Part 13

975 128 65
                                    

Kimberly Hazel Razer

Kimberly Hazel Razer

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

**

Lagi-lagi, aku tak memakan makananku. Perutku terasa begitu perih, tapi aku benar-benar tak bernafsu makan.

Aku hampir membunuh seorang perawat dua hari yang lalu. Aku mencekiknya, dapat dipastikan ia mati hari itu jika saja petugas tak buru-buru datang dan meringkusku. Dan kini aku dikurung di kamar ini seharian—yang tak berefek apa pun padaku, karena aku juga tak berminat untuk keluar dari kamar ini. Aku benar-benar kehilangan kendali.

Kali ini aku juga sudah tak menghiraukan Dokter Ruby. Ia mencoba mengajakku berbicara pelan-pelan, tapi yang kulakukan hanyalah menatapnya kosong. Dokter Ruby begitu sabar, tetapi entah mengapa aku tak menyukainya.

Pintu kamar terbuka. Tampak seorang perawat lelaki muncul. Namun ia tak sendirian. Seorang lelaki lain yang mengenakan mantel cokelat tua juga melangkah memasuki kamarku. James. Ia menyuruh perawat laki-laki itu untuk pergi lalu menatapku dingin. Aku tak pernah menyukai James, dan kurasa ia juga berpikiran sama denganku. Sama halnya dengan Mrs. Elle, aku sudah mengibarkan bendera perang ketika pertama kali aku bertemu dengan James. Wajahnya selalu kaku dan dingin setiap kali kami bertemu.

James berdiri sambil bersedekap, sorot matanya sedikit angkuh. Ia menipiskan bibir.

"Kudengar kau menyerang salah satu perawat," katanya.

Aku tak menjawab, hanya menatapnya dingin.

"Apa yang sebenarnya ada di otakmu itu?" tanyanya. "Berhenti membuat ulah, Ezra. Aku muak sekali dengan remaja sepertimu."

"Aku kehilangan kendali," kataku enteng. "Dan jika kau muak denganku, tak usah urus kehidupanku lagi. Mudah, 'kan?"

"Kau berkata seakan itu mudah bagiku," desisnya. "Jika saja bukan karena pekerjaan, aku tak sudi mengurusmu dan adikmu. Jadi alangkah baiknya kalian diam dan jangan berulah."

"Kau tak tahu apa saja yang telah kami lalui," kataku. "Kau pikir aku ingin menjalani kehidupan seperti ini? Tak pernah, James. Tak pernah."

"Kau pembunuh. Tak hanya satu nyawa, tapi sepuluh nyawa. Atau bahkan lebih. Dan kau bilang kau tak ingin menjalani kehidupan seperti itu?" James tergelak penuh sarkastis. "Untuk remaja seumuranmu rupanya kau cukup tolol sebab kau yang memilih hidupmu sendiri, biadab."

"Pergi saja kau ke neraka," desisku.

"Jika kau terus seperti ini, kau bisa berada di tempat ini cukup lama," kata James. "Aku memperingatimu, Ezra. Berhenti berulah."

Ia hendak pergi, dan seringaian muncul di bibirku.

"Bagaimana jika aku tak mau?"

Ia menghentikan langkahnya. Lalu berkata tanpa menoleh. "Kau akan segera mengetahui konsekuensinya."

***

Manusia tak mengerti apa pun. Terkadang mereka bersikap sok tahu, semena-mena terhadap manusia lain. Dan hal itulah yang kualami bersama Kimberly.

I Am a Killer [versi revisi]Where stories live. Discover now