Part 18

817 140 103
                                    

Aku dan Kimberly kembali membunuh.

Pada malam natal, kami membunuh orang-orang bangsat yang menyiksa sekumpulan anjing malang. Lima orang pengecut. Brandon menggigit telinga dua di antaranya hingga putus. Kimberly mematahkan tulang-tulang dua korbannya. Aku tak melewatkan satu tikaman pun. Kuucapkan selamat natal pada mereka. "Santa Klaus mengirimkan hadiahnya lebih awal pada kalian, ini hadiahmu!" lalu kutikam ulu hati salah satu lelaki itu.

Yah, tewas di malam natal. Mengagumkan sekali, ya?

Pagi ini Kimberly mendapatkan gilirannya yang pertama kali. Yah, biasa. Urusan kewanitaan. Kau tahu maksudku. Ia berteriak kencang sekali dari kamar mandi, aku sempat panik setengah mati hingga langsung mengambil pisauku kemudian menggedor-gedor pintu kamar mandi, barangkali ada sesuatu terjadi di dalam sana. Kimberly enggan membukakan pintu. Lalu beberapa menit kemudian ia keluar dengan wajah memerah dan menghampiri ruang pemilik apartemen untuk meminta pembalut. Ia kembali dengan wajah tertekuk. Rasanya sangat aneh, adikmu sendiri akhirnya mendapat gilirannya. Aku bersyukur Ibu sudah pernah mengajarkannya hal-hal yang perlu ia lakukan jika mendapat menstruasi. Aku laki-laki, mana aku tahu perihal itu?

Lihatlah dia sekarang! Menatapku penuh permusuhan. Ia meneguk Spritenya, masih menatapku sinis. Aku bahkan tak tahu apa salahku. Dan omong-omong, mengapa ia meminum soda di saat sedang menstruasi?

Dalam hati aku mengaduh. Ketika belum puber saja ia sudah sangat labil, menyebalkan, membuat repot, dan galak. Sekarang ia akan semakin galak. Yah, selamat datang di neraka yang baru, Ezra.

Kuletakkan kantong plastik berisi belanjaan yang baru saja kubeli-atas suruhan Kimberly tadi pagi, tentunya-dari mini market. Isinya berkantong-kantong keripik kentang, Snickers, Oreo, dan berkaleng-kaleng soda. Malam ini adalah tahun baru. Sudah menjadi tradisi tersendiri bagi keluargaku untuk melakukannya. Aku tahu aku harus menghemat sebab kami adalah yatim-piatu yang mandiri dan aku tak memiliki penghasilan dari mana pun, tetapi yah, pengecualian untuk hari ini.

Dan tidak, aku tak membeli minuman alkohol meski aku adalah seorang pembunuh berantai yang seenaknya saja. Aku masih mematuhi peraturan dari negara. Damn, Inggris harus bersyukur memiliki pembunuh sepertiku.

"Ergh, tidak enak," gerutu Kimberly sambil menggeliat tak nyaman di sofa.

"Oh kasihan, tidak bisa berguling-guling sesuka hati lagi," sahutku sambil memasukkan snack-snack ke dalam kulkas.

"Diamlah," desis Kimberly.

***

Aku ingin bercerita tentang apa yang kulakukan siang ini. Tak biasanya aku menceritakan korbanku secara mendetail-terkecuali untuk Tiga Serangkai-dan kini aku ingin menceritakannya.

Bosan di apartemen, aku memutuskan pergi siang tadi. Aku tahu, nekat memang. Namun aku berhasil menyamar tadi. Rasanya menegangkan ketika melangkah melewati mobil polisi yang terparkir di pinggir jalan. Menjadi buronan memang merepotkan.

Lalu aku bertemu dengan gadis ini, Julia. Ia bukan gadis yang spesial, malah kelewat biasa bagiku. Aku tak pernah menganggapnya teman. Boro-boro teman, menganggapnya ada saja tidak penting. Lalu mengapa aku ingin menceritakannya? Ah, di sini bagian serunya.

Julia mengenalku semenjak di bangku sekolah menengah pertama. Ia menyukaiku-entah karena apa aku tidak peduli dan tak mau peduli. Ia bahkan memasuki sekolah yang sama denganku lagi ketika naik ke sekolah menengah atas. Gadis itu selalu rajin menyapaku di sekolah, atau mengkhawatirkanku jika aku berkelahi dengan cecunguk-cecunguk bangsat itu. Ia juga sangat baik pada Kimberly. Julia telah mengejarku selama tiga hampir empat tahun. Mengherankan.

Aku tak sengaja bertemu dengannya tadi. Seperti biasa ia berbasa-basi, menanyai kabar, hingga mengucapkan bela sungkawa atas kematian ibuku. Aku hanya menimpalinya seadanya. Toh aku tak pernah peduli.

I Am a Killer [versi revisi]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz