1. Si Gila Pengganggu

531 37 14
                                    

Teruntuk Senjaku...

Maaf aku ucapkan padamu.

Maaf karena telah jatuh dan mencintaimu begitu dalam.

Seperti nama indahmu, kau adalah senja bagiku.

Kau adalah akhir dari perjalanan hari-hari siangku.

Kau adalah tempat nyaman untukku berhenti dan terbuai dalam sorotan teduhmu.

Aku laksana pelita kehabisan minyak, jika sedetik saja kau tak memberi teduhmu.

Kita bagai bulan dengan matahari.

Kita cocok dan dapat saling melengkapi kekosongan jiwa masing-masing.

Jika kau adalah gelapku maka aku dengan senang hati menjadi terangmu.

Jika kau adalah dukaku maka aku dengan senang hati menjadi sukamu.

Jika kau adalah Sukmaku maka aku dengan senang hati menjadi Ragamu.

Teruntuk Senjaku...

Aku bukanlah sang pujangga yang mampu dengan gamblang merangkai bait-bait indah untukmu.

Aku hanyalah aku, sang pecundang yang menyimpan rasa dan kagum padamu.

Kumohon janganlah beranjak dari hidupku.

Kumohon janganlah pergi membawa teduhmu menjauh.

Dan meninggalkan ku dalam rasa sendu yang menggila ini.

*****

     Pagi hari seorang Senja Ellendina harus terusik kembali oleh seorang pengganggu yang dengan seenaknya memakai loudspeaker sekolah untuk membacakan puisi cinta setelah 1 minggu si pengganggu itu tidak berulah. Senja berjalan terburu-buru menuju sumber suara yang berada tepat disamping ruang guru. Dia harus secepatnya menghentikan ulah gila itu sebelum dia semakin malu karena kelakuan si pengganggu itu.

" sial... "umpatnya dalam hati ketika mendapati banyak pasang mata menatap penuh arti padanya. Sedangkan si pengganggu tersenyum lebar ketika melihat Senja berjalan menuju kearahnya melewati kerumunan manusia yang secara sukarela memberikan jalan untuk Senja.

     Dengan wajah merah padam dan dengan tatapan seperti singa yang siap menerkam siapapun yang ada dihadapannya. Senja berjalan menuju dia 'si gila pengganggu' sedangkan sipengganggu dengan santainya memberikan senyuman lebar dan lambaian tangan menyambut Senja.

" Plakk... "suara tamparan yang diberikan Senja begitu keras hingga seluruh orang yang berada didekat itu menahan napas dan melototkan mata mendengarnya. Senja bahkan tidak lagi memperdulikan jika ada guru yang melihat kejadian ini.

" Bisa gak sih lo tenang?! Diem anteng aja napa?! Buat malu aja lo! Lo pikir dengan gaya lo bacain gue puisi didepan umum gini gue bakal luluh sama lo?! Lo pikir ini romantis?! Gak!! Norak tau!! Lo pikir gue gak malu?! Lo pikir gue kayak lo yang urat malunya udah putus?! Jijik gue liat lo! Jangan pernah ganggu gue lagi karna Gue gak suka cowok alay kayak lo! "ucap Senja dengan penuh penekatan pada tiap kata dan yang ditampar hanya terdiam menatap lekat-lekat Senja,seakan jika ia sekali berkedip Senja akan menghilang dari jangkauan netranya.

Mengejar Senja (Complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang