25. Kakek

47 10 3
                                    

Rasanya Lebih Sakit Ketika Aku Mengetahui Kebenarannya. Ternyata Mereka Semua Hanya Memakai Topeng Dihadapanku."

----- Senja Ellendina -----

     Senja mengerjapkan matanya menyesuaikan penglihatannya dengan cahaya didalam ruangan itu.

"Sayang, kamu sudah sadar?" tanya Mentari khawatir.

"Aku dimana ma?"

"Kamu dirumah sayang. Tadi Daniel yang anterin kamu katanya kamu pingsan di rooftop."

"Ma, Senja sudah tau semuanya. Senja sudah tau kenapa Senja dibenci semua keluarga. Kenapa mama gak bilang sama Senja ma? Senja itu anak haram dari papa dan mantan sekretaris papa dan mama kandung Senja udah meninggal. Kenapa mama gak cerita sama Senja? Kenapa mama harus nanggung ini semua?"

"Sayang, mama minta maaf sayang. Mama gak mau buat kamu makin kepikiran. Kamu sudah banyak melalui hal buruk sayang dan mama gak mau buat kamu makin sedih."

"Tapi, kenapa mama mau nerima aku ma? Aku kan bukan putri kandung mama?" tanya Senja.

"Sayang, ketika papa kamu jujur sama mama kalah papa kamu selingkuh dengan sekretarisnya dan sekretarisnya itu lagi hamil, mama terima karna mama juga wanita, sayang. Mama ikhlas kalau papa ceraikan mama, tapi takdir berkata lain sayang. Mama sedih saat mama.kandung kamu pergi begitu saja. Mama sedih karena memikirkan kamu dan mama kandung kamu karna saat itu sedang hujan lebat. Saat papa kamu beritahu mama kalau kamu sudab ditemukan di panti asuhan, mama senang banget. Mama gak pernah benci sama kamu karna kamu gak tau apa-apa sayang. Mama sayang sama kamu seperti mama juga sayang sama Mudra. Ketika kamu berjalan dengan malu-malu ke pelukan mama, mama senang banget karna mama sudah ketemu kamu. Kamu adalah kebahagiaan mama walaupun kamu bukan putri kandung mama. Mama..."ucapan Mentari tersendat karena Mentari tidak sanggup menahan harunya ketika mengingat kembali ingatan masa lalunya.

"Mama selalu bersyukur mendapatkan putri cantik sepertimu sayang. Maafin mama karna mama gak jujur sama kamu. Mama bakal tetap ngasih tau kamu kebenarannya tapi mama masih menunggu waktu yang tepat. Tapi ternyata kamu lebih cepat mengetahuinya. Maafin mama ya."ucap Mentari mencoba tersenyum walau rasanya sangat getir.

"Ma...apa benar kakek mau coba bunuh aku waktu itu?" tanya Senja.

"Sayang, kamu jangan membenci kakekmu dan keluargamu ya. Mama mohon sama kamu." pinta Mentari.

"Jawab pertanyaan aku ma! Kakek beneran mau bunuh aku waktu itu?"

"Iya...tapi mama mohon kamu jangan membenci kakekmu. Beliau khilaf melakukannya."

"Ma, mama tau karna kelakuan kakek itu ayah angkat temanku yang mencoba menyelamatkanku meninggal, aku bahkan melupakan sahabat kecil ku ma! Aku seperti orang bodoh! Aku bahkan tidak mengenali sahabat kecilku ma! Aku bahkan kasar padanya, aku bahkan... Bahkan..." Senja tidak kuasa menahan tangisnya.

"Aku bahkan mengatakan hal kasar padanya..."

"Tiap malam, aku selalu mimpi buruk. Mama tau aku mimpi apa? Aku bermimpi aku mati dibunuh oleh keluargaku sendiri. Aku juga sering bermimpi tentang aku diculik dan dipukuli dengan kayu. Aku..." Senja tak kuasa menahan tangisnya. Hati Mentari mencelos melihat putri yang sangat disayanginya itu. Ini pertama kalinya, putri kecilnya itu sesedih ini setelah kepergian Samudra. Senja kecilnya ini selalu bersikap dingin, menutup dirinya dari orang lain hanya karna ia tak mau ada orang-orang yang terluka karna dia. Mentari mengetahuinya walau Senja tak pernah mengatakannya.

     Senja bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan menuju kamar kakeknya. Rasa pusing yang berat masih dirasakan oleh Senja tetapi ia memaksakan dirinya. Beberapa kali ia hampir terjungkal dari tangga namun ia berpegangan kuat pada sisi tangga. Mentari terkejut melihat Senja hampir jatuh dan segera membantu Senja berdiri namun ditepis oleh Senja.

Mengejar Senja (Complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang