22. Cousin's

63 10 6
                                    

"Aku adalah garis delusi dan kau terlalu nyata untuk ku"

----- Senja Ellendina -----

     Senja saat ini berada disebuah kamar dengan nuansa hitam putih. Dia sibuk membongkar kardus penuh barang-barang dan menentukan posisi yang tepat untuk barang-barang itu.

"Na, udah selesai? "tanya Daniel memasuki kamar itu dengan 2 tumpukan kardus yang lebih kecil.

"Belum,bentar lagi selesai, "

"Bang Danang nyusahin banget deh. Dia yang mau pulang kok kita yang ribet ngatur barang-barangnya sih? Masa bisa barang-barangnya sampai duluan dari orangnya. Sengaja nih pasti bang Danang buat nyusahin gue, "gerutu Daniel membongkar isi kotak yang dipegangnya.

"Kayak lo gak ngerepotin gue aja kemarin pas lo beres-beres kamar, "ucap Senja dan telak membuat Daniel diam.

"Ihh... Lo mah bela aja terus bang Danang. Awas aja kalo nanti lo ngadu ke gue karna dikerjain manusia curut berhati balok kayu itu, "gerutu Daniel memajukan bibirnya dan dengan setengah hati membongkar kardus-kardus itu.

"Siapa yang lo bilang manusia curut berhati balok kayu? "tanya sebuah suara bariton dari arah luar kamar.

"Ehh, abang. Kapan nyampe? "tanya Daniel tergagap.

"Baru 10 menit yang lalu saat lo masuk ke kamar, "jawab Danang melihat jam tangannya sedangkan Daniel menelan ludahnya karena takut. Bisa habis dia dibanting Danang yang notabene nya memegang sabuk hitam Taekwondo dan Karate itu.

"Jadi manusia curut berhati balok kayu itu siapa? "tanya Danang dengan alis menukik dan dengan sorotan mata siap menerkam sedangkan Senja berusaha menahan tawanya meledak karena melihat kepanikan Daniel.

"Ehh... Maksud aku itu....Dina. Iya Dina, Gara-gara Dina tadi Daniel gak sengaja nabrak pohon, "ucap membuat Senja jadi kambing hitam.

"Cihh... Lo gak ada bakat buat bohong. Kali ini gue maafin lo karna gue capek habis perjalanan jauh, "

"Oh iya, makasih udah bantuin. Kalian boleh keluar. Sisanya biar gue aja yang beresin, "

"Tanggung bang tinggal dikit lagi, "ucap Daniel menunjuk dua kardus lagi yang belum di bongkar dan di setujui oleh Senja.

"Yaudah deh terserah kalian. Gue capek pengen istirahat. Jangan berisik, "ucap Danang langsung menelungkupkan badannya diatas kasur.

"Dan, tolong ambilin gue minuman dong. Gue haus, "minta Danang pada Daniel dan Daniel langsung turun ke bawah untuk mengambilnya.

"Lama gak jumpa, "ucap Danang membuka percakapan dengan posisi menyamping dan menghadap kearah Senja namun Senja membelakangi Danang.

"Apa kabar?  "tanya Danang.

"Baik, "jawab Senja singkat. Memang selalu begini. Canggung. Setelah dia dan Danang berbaikan beberapa tahun lalu dan menambah jumlah orang yang tidak membenci Senja dan masa lalunya.

"Sekolah nya gimana? "tanya Danang.

"Masih ditempatnya, "jawab Senja singkat dan dibalas tawa kecil dari Danang.

"Gue nanya gimana sekolah lo, bukan nanya tempatnya udah gimana, "ucap Danang disertai kekehan geli.

"Baik-baik aja, "

"Bisa gak jawabannya jangan singkat-singkat mulu? "tanya Danang.

"Tergantung... "jawab Senja dan berhasil mendapat tatapan bingung dari Danang. Walalupun Senja tidak melihat nya namun ia yakin Senja pasti tau itu.

"Tergantung pertanyaannya juga. Kalo pertanyaannya butuh jawaban singkat, ngapain juga jawab panjang-panjang, "

"Ck... Lo paling bisa buat gue berpikir dua kali buat nanya lo, "decak Danang.

"Rambut lo udah panjang. Terakhir waktu gue sama Daniel balik ke Aussie rambut lo masih pendek. Udah lama banget berarti, "ucap Danang merubah posisinya menjadi duduk.

" 2 tahun lalu, "sahut Senja masih tetap membelakangi Danang dan fokus membongkar isi kotak.

"Nanti temeni gue berkunjung ke 'rumah' Samudra, " Mendengar hal itu langsung saja aktivitas Senja terhenti. Entah kenapa airmatanya mulai menggenang di pelupuk matanya.

"Iya, "balas Senja singkat dengan suara sedikit bergetar.

     Jeli akan ketidakberesan dari suara Senja, Danang menarik tangan Senja untuk mendekat kepada dirinya. Samar Danang bisa melihat bahu Senja bergetar. Hatinya mencelos melihat itu. Danang tahu bagaimana perasaan Senja, bagaimana dekatnya ia dengan Samudra. Pasti sulit bagi gadis yang berada dihadapannya ini untuk menerima kenyataan itu. Apalagi keluarga mereka masih terus-menerus menyalahkan Senja.

"Kamu kenapa? Kamu bisa cerita kok. Jangan dipendam sendiri, "ucap Danang lembut lalu menarik Senja untuk duduk disampingnya. Danang langsung memeluk dan membiarkan gadis itu menenangkan diri dipelukannya.

"Yaudah kalo gak mau cerita. Nangis aja sepuasnya kalo bisa membuat perasaaan lebjh lega, "ucap Danang mengusap rambut Senja dan semakin mengeratkan pelukannya saat isakan Senja semakin keras.

"Bang, ini minum--- "ucapan Daniel terhenti ketika melihat Senja menangis.

"Na, lo kenapa? "tanya Daniel panik dan menaruh asal gelas minuman yang daritadi dibawanya.

"Bang Danang ngapain Dina sampai nangis gini? "tanya Daniel penuh selidik. Namun saat hendak mengajukan pertanyaan lagi, Danang menepuk jidatnya dan menyuruh Daniel mengerjakan pekerjaannya yang masih belum selesai.

*****

Holaaa readers...
Author comeback lagii...😘

Author mau minta maaf karena lagi dan lagi author gak lanjutin cerita ini. Maafin author ya 🙏

Author lagi sibuk ngerjain final test dari dosen author. Di suruh nyari bule dan buat vlog.  Jadinya waktu author tersita seluruhnya buat tugas.

Maafkan author yang selalu buat kalian kecewa ya 🙏

Medan,  29 Juni 2019

Author

Mengejar Senja (Complete) Where stories live. Discover now