20. Flash

61 12 10
                                    

Lika-liku hidup membuatku mengerti

Bahwa luka dan suka akan selalu ada

Bahwa tawa dan tangis akan selalu datang bersamaanm

Sakit dan perih hidup ini membuatku tahu

Jika untuk menjadi kuat kita harus menyamar

Menyamarkan diri lemah kita dari semua insan

Rindu dan bahagia dalam perjalanan kita hanya fana belaka

Karena semuanya akan berakhir dengan perpisahan dan kepergian.

Teruntuk : Boneka Panda Sore Hari

*****

     Senja mengerjapkan matanya berkali-kali berusaha menyesuaikan matanya dengan cahaya matahari yang masuk ke retina nya.

"Dimana aku? "tanya Senja pada dirinya sendiri ketika mengetahui dirinya berada di tempat yang asing.

"Bukannya tadi aku dikamar? Kenapa sekarang ada di taman? "tanya Senja bermonolog sendiri.

"Lama tidak berjumpa, "ucap seseorang dengan suara serak dari belakang Senja. Mendengar suara yang bahkan sampai sekarang Senja hapal siapa pemilik suara serak itu dan membuat Senja menegang ditempatnya ketika sosok itu memeluknya dari belakang. Rasanya seperti nyata, ia bahkan dapat merasakan hangat pelukan itu, mendengar detak jantungnya dan merasakan setiap sentuhannya.

"Abang? "tanya Senja membalikkan badannya dan melihat wajah orang yang tadi memeluknya sekaligus wajah orang yang di rindukannya.

"Adik abang makin cantik dan centil, "ucapnya di sertai dengan tawa khas yang selalu terpasang diwajahnya dan selalu di ingat oleh Senja.

"Kenapa? Kenapa baru sekarang, abang sadar? "tanya Senja disertai dengan airmata yang mulai menetes di kedua pelupuk matanya dan dibalas dengan tawa renyah dari sosok yang dia rindukan di hadapannya saat ini.

"Aduh, kok adik abang ini makin mengemaskan ya? Sini peluk abang, "ucapnya merentangkan kedua tangannya.

"Gak mau! Abang masih bau belum mandi, "balas Senja disertai derai tawa namun airmatanya belum berhenti untuk mengalir.

"Nanti abang beliin lolipop sekardus buat Dina, "ucapnya dengan senyum mengembang yang selalu terpasang diwajah tampannya lalu membawa Senja dalam rengkuhan di kedua lengannya.

"Dina, Rindu sama abang gak? "tanyanya mengelus-elus rambut hitam panjang Senja.

"Iya... Pake banget, "jawab Senja semakin memeluk erat lelaki yang sangat di rindukannya itu.

"Adik abang ternyata makin cantik ya... Dulu Dina itu masih kecil masih banyak ingusnya, "kekehnya.

"Kan Dina adiknya bang Mudra, pastinya Dina cantik, "

"Aduh, tingkat PD kamu yang tinggi ini darimana sih? "tanya abangnya itu.

"Dari lelaki jelek dan ceroboh yang bernama Samudra, "jawab Senja dan berhasil membuat Samudra mengerucutkan bibirnya.

"Abang gak jelek tau! Dulu banyak cewek yang suka sama abang tau! "protes Samudra.

"Mereka semua perlu periksa mata kalo sampai suka sama abang, "sahut Senja masih setia di pelukan abang yang di sayanginya itu.

"Padahal abang udah bilang Dina cantik, tapi gak jadi karna Dina bilang abang jelek, "ucap Samudra merajuk dan mengerucutkan bibirnya.

"Iya, abang ganteng tapi lebih ganteng papa. Beliin Dina lolipop dulu baru abang lebih ganteng dari papa, "ucap Senja dengan senyuman menghiasi wajahnya.

"Udah lama ya? "tanya Samudra mengelus kepala Senja yang masih setia berada dipelukannya.

"Jangan pergi lagi, "ucap Senja semakin membenamkan kepalanya di dada Samudra.

"Aduh, kok suasanyanya melankolis kayak drama ya? "gerutu Samudra dan berhasil membuat Senja tertawa lepas.

"Udah ya peluk-peluknya, abang pegel,  "ucap Samudra melepas pelukannya.

*****

     Senja mengerjapkan matanya beberapa kali demi menyesuaikan cahaya yang masuk ke retinanya.
Tak sengaja Senja menatap kearah jendela yang berada disisi kanannya. Langit berwarna jingga dan matahari yang berada di ufuk barat menandai bahwa hari akan segera usai.

"Rasanya seperti nyata, "gumam Senja ketika ingatannya kembali pada mimpi yang barusan dialaminya.

"Tapi itu semua hanya mimpi, "gumam Senja lagi dan kali ini tangannya meraih dan mengusap sebuah bingkai foto yang berada di meja didekat tempat tidurnya.

"Terima kasih telah datang...terima kasih telah memberikan ku semangat lagi, "gumam Senja menatap lekat-lekat  foto ditangganya.

"Maaf, Dina gak bisa penuhi janji buat gak nagis lagi, "

"Maaf, Dina masih jadi anak cengeng, "ucap Senja mengusap airmatanya yang terus keluar.

"Dina gak bisa janji untuk mengabulkam permintaan abang. Tapi Dina akan berusaha untuk melakukannya, "

"Tenang disana bang. Dina sayang abang, "ucap Senja lalu mengecup foto itu.

*****

Yuhuuu gaiss...
Author comeback!

Sesuai janji author, kalau misalnya ada 10 comment dari seluruh part yg udh author up, author bakal up cerita baru!

Yeayyy, akhirnya update!
Udah dari lama author pengen update tapi karna author juga sibuk di real life dan pengen tau apakah masih ada yang mau baca atau nyempat-nyempatin waktunya buat baca cerita ini😂

Big thanks and loves for you my beloved readers 💞💞💞


Medan, 11 Mei 2019

Author

Mengejar Senja (Complete) Where stories live. Discover now