2. Si Pria Tidur

194 31 2
                                    

"Ku Mohon Kembalilah Kalau Kau Mau Kembali, Dan Ku Mohon Pergilah Kalau Kau Mau Pergi. Jangan Membuatku Semakin Panjang Menunggumu Jika Hasilnya Kau Pergi Dan Semua Waktuku Serta Usahaku Untuk Menunggumu Jadi Sia-sia"

-----Senja Ellendina-----

     Senja berlari menyusuri koridor yang dipenuhi puluhan orang-orang. Tidak dipedulikannya lagi semua tatapan kesal serta beberapa umpatan yang sempat didengar oleh indera pendengarannya untuknya. Dipikirannya sekarang hanya satu, bertemu dengan 'Dia'. Dia yang telah ditunggu lama kehadirannya. Dia yang telah membuat seorang Senja berubah. Dia yang telah membuat Senja dilanda Rindu yang menggila.

     Tempat yang dituju Senja telah ada didepan mata kepalanya sendiri. Hanya pintu didepannya yang menjadi penghalang Senja bertemu dengan Dia. Keringat membanjiri wajah cantiknya yang tanpa make up. Dengan tangan gemetar Senja menyentuh handle pintunya dan butuh beberapa lama bagi Senja untuk menormalkan detak jantungnya yang berdetak tidak karuan dan usaha itu dilakukannya bukan karena berlari tadi tapi karena penghuni ruangan yang berada dihadapannya.

"Senja... "panggil seorang pria paruh baya dengan jas kerja putihnya.

"Iya dok, "balas Senja menoleh pada dokter Arga.

"Boleh ikut saya sebentar? "ajaknya lalu pergi lalu diikuti oleh Senja yang telah melepaskan tangannya dari handle pintu. Senja terus mengikuti dokter Arga yang berjalan didepannya. Entah kemana dokter Arga akan membawanya yang pasti sepenghitungan Senja sudah tiga lorong dan dua tikungan mereka lalui dan belum sampai tujuan.

"Kita sudah sampai, "ucap dokter Arga berhenti tepat disebuah pintu kamar. Otomatis Senja mengernyit bingung dengan maksud dokter Arga mengajaknya kesini.

"Dia sudah dipindahkan kekamar rawat baru dan dengan fasilitas lebih lengkap untuk menunjang keadaannya. "

"Boleh saya melihatnya? "tanya Senja meminta izin.

"Boleh,tapi kamu harus tau bahwa Dia belum sadar dari tidur panjangnya, "ungkap dokter Arga dengan suara lembut khas kebapak-an.

"Tapi tadi suster telpon saya mengatakan bahwa Dia sudah sadar, "

"Maaf sayang, tadi hanya...ya hal biasa seperti sebelumnya. Kamu pasti paham kan? "

"Baiklah Dok...Saya paham. Terimakasih sudah merawatnya. Saya masuk dulu. " ucap Senja meminta izin untuk masuk keruangan itu.

"Senja, semoga usahamu tidak sia-sia dan kamu harus semangat. Dokter yakin suatu saat nanti dia pasti sadar. "ucap dokter Arga menyemangati Senja dengan menepuk dua kali bahu Senja lalu pergi dari hadapan Senja.

     Senja melangkahkan kakinya memasuki ruangan tersebut. Dan pandangan matanya langsung tertuju pada sesosok tubuh pria yang terbaring dengan segala alat-alat yang terpasang ditubuhnya. Matanya masih setia tertutup setelah bertahun-tahun lalu.

     Rindu. Kata itu yang tepat mewakili perasaan seorang Senja saat melihat tubuh lemah itu. Senja rindu mendengar suaranya khasnya. Senja rindu melihat senyumnya. Senja rindu mendengar dan ikut tertawa dengannya. Senja rindu pada tatapan mata indahnya. Senja rindu pada pelukan hangat yang selalu dia berikan. Senja rindu pada segalanya yang ada pada pria itu.

"Kapan bangun? Apa gak rindu sama Senja? Senja kesepian. Senja sendiri. Kapan mau ngajak Senja jalan-jalan lagi? "tanya Senja pada pria itu walaupun Senja tau semua pertanyaan dan perkataannya tak akan pernah dibalas oleh pria itu.

"Maaf...Senja harus pulang sebelum mama nyariin. Senja gak mau mama larang Senja untuk kerumah sakit kalo Senja telat pulang, "

"Good Night Sleeping Man. Tidurlah dan semoga besok mata indahmu bisa ku lihat lagi. "ucap Senja lalu mengecup kening pria itu dan beranjak pergi meninggalkan sosok itu dalam kepekatan hening.

*****

     Langit berarak mengikuti sang mentari menuju peraduannya diufuk barat. Langit berganti dari jingga menjadi gelap dan dipenuhi bintang yang berkelap-kelip. Untuk sesaat bayangan itu mulai muncul diingatan Senja. Bayangan yang membuatnya kehilangan semuanya. Bayangan yang membuatnya harus melupakan segala mimpi-mimpinya. Bayangan yang harus membuatnya dibenci oleh keluarga-keluarganya dan beruntung ada mamanya yang selalu percaya dan membelanya ketika mereka semua menyerang Senja dengan segala tuduhan dan cercaan.

     Rasa sesak mulai memenuhi rongga dada Senja. Mengingatnya lagi membuat tanpa sadar airmatanya menetes. Mengingatnya lagi membuat Senja semakin tak suka pada dunia. Karena dunia telah berhasil membuatnya seperti ini. Dunia telah berhasil mengacak-acak hidup seorang gadis berusia 16 tahun. Dan dunia telah berhasil merebut segala kebahagiaan seorang gadis 16 tahun.

"Seandainya Papa ada disini, pasti papa udah meluk Senja terus ceritain cerita lucu karangan papa sendiri biar Senja senang dan ketawa, "ucap Senja mengingat kenangan dia bersama papanya.

"Good Night Pa...Miss You. Very very miss you My Lovely Hero. "ucap Senja lagi sambil memegangi dadanya yang terasa sakit dan sesak dan airmata masih betah untuk mengalir dan membasahi pipi lembut Senja.

"Tuhan tolong kembalikan papa Senja. Senja janji gak akan bandel lagi. Senja janji akan nurutin semua omongan papa sama mama. Tolong Tuhan kembaliin keluarga Senja. Senja kangen sama mereka
Senja kangen sama Oma dan Opa. Senja pengen ketemu sama mereka. "ucap Senja menengadah kan kepalanya menatap ke langit dengan terbata-bata.

*****

Hola... Part 2 udah update.
Semoga suka ya 😄😄

And Ditunggu comment dan vote nya ya 😉

Tapanuli Tengah, 5 Juli 2018

Author

Mengejar Senja (Complete) Where stories live. Discover now