21. Benang Kusut

66 12 7
                                    

" Seseorang Tidak Pernah Dapat Mengetahui Akhir Cerita Hidupnya. Apakah Ia Akan Bahagia Atau Ia Akan Tersiksa Dan Menderita "

----- Galang Andromeda -----

     Galang menghembuskan napasnya kasar sambil menatap langit biru yang berada diatas kepalanya. Lelaki berkulit putih itu sedang berkutat dengan rumitnya pikirannya sendiri. Dia menyesal telah melakukan hal itu kemarin. Dia menyesal. Ya, penyesalan selalu datang di akhir bukan? Begitulah yang terjadi dengan Galang.

"Gue kok tolol banget. Mana mungkin Dina percaya sama gue, "gerutu Galang memukuli kepala nya.

"Kenapa gue gak sabaran sih? Idiot lo Galang, "gerutu Galang masih bermonolog dengan dirinya sendiri. Dan dia tidak sadar bahwa dari tadi ada seseorang yang terus mengamatinya dan berada hanya beberapa langkah dibelakangnya.

"Galang? "tanya seseorang dari arah belakang lelaki itu.

"Kamu... "ucap Galang terkejut ketika melihat sosok yang berada dibelakangnya.

"Long time no see... Dan banyak yang berubah, "ucap sosok itu tersenyum menampilkan deretan giginya.

"Pergi lo. Jangan ganggu gue, gue lagi gak mood buat berantem, "usir Galang tidak menghiraukan sosok itu.

"Gue bisa bantu lo buat dapetin apa yang lo mau, "tawar sosok itu.

"Terus gue harus percaya? Hell,  gue gak mau. Gue gak mau kejadian yang sama terulang kembali, "tolak Galang mentah-mentah.

"Enyah lo dari hadapan gue sekalian dari muka bumi ini, "ucap Galang Sarkastis. Namun perkataan sarkas dari Galang hanya dibalas gelak tawa yang terdengar menjijikkan ditelinga Galang.

"Oke, kita liat nanti siapa yang bakal minta tolong sama gue, "ucap sosok itu dengan percaya diri lalu pergi dari hadapan Galang.

*****

     Langit memandang nanar layar handphone nya yang sejak 10 menit lalu terus berdering. Rasa malas, enggan dan marah bercampur aduk dibenak Langit ketika melihat deretan nomor asing yang sedari tadi menelpon. Dia tahu siapa pemilik nomor asing itu yang selalu menghubunginya di ujung saluran telepon. Dia hapal betul setiap digit nomor itu. Nomor seseorang yang sangat dia benci dan orang itu pulalah yang membuat dia secara terpaksa berada di Indonesia.

     Akhirnya setelah 15 kali mencoba menghubungi Langit, si penelpon menyerah. Langit akhirnya dapat bernapas lega karena akhirnya seseorang di ujung sambungan telepon berhenti untuk menghubunginya.

"Kita lihat siapa yang sekarang menyesal. Aku atau kamu?? "tanya Langit dengan senyuman sinis memandangi handphonenya.

*****

     Daniel sedang berjalan-jalan di mall terkemuka di Indonesia. Dengan kaus kasual,  jaket denim, celana jins hitam, sepatu putih serta kacamata hitam membuat banyak netra kaum hawa memandang kagum padanya.

"Nasib jadi cogan mah gini. Jalan dikit aja banyak yang liatin, "gumam Daniel dengan percaya dirinya.

"Aduh, papa sama mama kemana sih? Ini nih kalo papa udah ngajak jalan-jalan, pasti selalu kencan berdua dan lupa kalo anaknya ikut bareng, "gerutu Daniel kesal karena sudah berkeliling mall namun belum menemukan jejak-jejak keberadaan kedua orang tuanya yang selalu lupa umur dan lupa kalau anaknya selalu ketinggalan setiap jalan-jalan.

"Nasib amat punya ortu yang jiwanya kayak anak muda. Hilang terus, sekali kedip udah hilang aja,  "gerutu Daniel kesal.

    
     Lelah mencari kedua orangtuanya, akhirnya sebuah ide terlintas di otak Daniel. Dengan seringai penuh makna Daniel melangkahkan kakinya kearah meja Informasi. Sedangkan ditempat lain, namun dibawah naungan yang sama Kevin dan Liana sedang asyik memilih aksesoris dan pakaian. Sampai kegiatan mereka terhenti saat mendengar pengumuman aneh dan konyol dari bagian Informasi.

Mengejar Senja (Complete) Where stories live. Discover now