15. Cerita Seorang Gadis Kecil

72 10 2
                                    

" It Takes Me Back To When It All First Started. But I've Only Got Myself To Blame For It "

Kodaline - High Hopes

     Sepasang kaki mungil muncul dari balik pintu kamar yang didalamnya berada seorang lelaki dengan setelan jasnya. Kaki mungil itu berjalan dengan semangat menghampiri lelaki yang juga menyadari kehadiran sepasang kaki mungil itu.

"Papa! "teriak seorang gadis kecil berusia 5 tahun dengan semangat.

"Dina! "sapa lelaki itu tak kalah semangat dari putrinya seraya merentangkan kedua tanganya hendak memeluk putri kecilnya itu.

"Wah, princess kecil papa udah bisa jalan sampai sini, "ucap pria itu seraya menggelitik leher bocah 5 tahun itu menggunakan hidung mancungnya. Dan dibalas tawa dari putrinya itu.

"Udah dong Pa. Dina kan hebat, "ucap gadis kecil itu dengan semangat disela-sela tawanya.

"Papa bau! Dina baru habis mandi, nanti Dina bau lagi! "gerutu gadis kecil itu ketika papanya belum melepaskan pelukannya.

"Papa bau tapi Dina suka kan dipeluk-peluk Papa, "jawab papanya disertai senyuman hendak menggoda putri kecilnya itu.

"Iya sih... "balas Dina dengan nada malu-malu yang semakin menambah kegemasan sang papa pada putri kecilnya itu.

"Udah lancar membacanya? "tanya papanya dan dibalas anggukan penuh semangat dari Dina.

"Pa, disleksia itu apa sih? "tanya Dina menatap papanya dengan mata bulat besar miliknya.

"Hmm...tunggu bentar Papa mikir dulu buat jelasinnya, "ucap sang Papa dan Dina masih setia menunggu jawaban Papanya.

"Disleksia itu...contohnya gini, Nil-nil umurnya 6 tahun dan mestinya udah bisa baca sama nulis, tapi Nil-nil gak bisa baca sama nulis. Gitu contohnya, "ucap lelaki itu, sedangkan Dina mengernyitkan dahinya berusaha mencerna setiap perkataan papanya.

"Tapi kan, Nil-nil bisa baca Pa, "ucal Dina dengan polosnya.

"Kan papa bilang tadi contohnya, bukan berarti papa bilang Nil-nil gak bisa baca, "

"Kamu dapat kata disleksia itu darimana? "

"Dari ruang kerja Papa. Tadi Dina baca buku tentang disleksia. Tapi Dina gak ngerti bacanya, tulisannya aneh gak bisa Dina baca. Makanya Dina tanya sama Papa, "ucap Dina dengan muka polosnya dan berhasil memancing tawa dari Papanya.

"Itu tulisan dibukunya pakai bahasa Inggris, bukan bahasa Indonesia. Makanya Dina gak ngerti, "ucap sang papa dan Dina hanya mengangguk kan kepala nya sambil membulatkan mulutnya. Melihat tingkah putri kecilnya itu membuat sang papa semakin gemas untuk menciumi pipi bulat anak nya itu.

"Ih... Papa masih bau, jangan ciumi Dina terus, "gerutu Dina ketika Papa nya hendak menciumi pipinya lagi.

"Cium Papa dulu, setelah itu Papa gak cium Dina lagi, "ucap sang Papa menunjuk bagian pipinya.

"Papa mandi dulu, baru Dina mau cium Papa, "

"Papa jelek kalo belum mandi, "ucap Dina segera berlari menjauhi papanya disertai tawa yang masih melekat diwajah chubby nya.

*****

"Abang Mudra! "teriak Dina penuh semangat ketika melihat abangnya masuk kerumah dengan pakaian seragam putih abu-abunya.

"Dina, Sini peluk abang! Abang kangen tau, "ucap Mudra melebarkan kedua tangannya yang membuat Dina menghambur kepelukan abang kesayangannya itu.

"Dina juga kangen sama abang, "balas Dina dengan senyuman manisnya.

"Coba tebak, abang bawa apa? "tanya Mudra dengan senyuman terpajang diwajah tampannya.

"Ihh... Dina gak tau. Kan Dina bukan abang Mudra yang bisa tau apa aja, "jawab Dina dengan wajah sebal sambil mengerucutkan bibirnya yang terlihat sangat manis dan menggemaskan.

"Ini adiknya siapa sih? Kok bisa manis kayak gini, "ucap Mudra gemas sambil menarik pelan kedua pipi bulat Dina.

"Adiknya bang Mudra dong, "balas Dina dengan senyuman yang menampakkan giginya yang ompong.

"Nah karena adiknya bang Mudra manis terus udah mandi biar gak bau. Abang Mudra kasih hadiah buat adik abang, "ucap Mudra menunjukkan bungkus lolipop yang dibawa di tasnya sejak tadi. Dan disambut sangat antusias dari Dina.

"Yee... Permen! Makasih abang, "ucap Dina langsung mencium pipi Mudra setelah menerima lolipop dari abangnya.

"Pipi satunya belum, "ucap Mudra menunjuk pipi nya.

"Gak mau! Abang belum mandi, masih bau sama kayak papa, "tolak Dina sibuk menjilati permen  lolipopnya sedangkan Mudra langsung mengerucutkan bibirnya.

"Dina mah gitu... Kalo udah dapat permen lupa sama abang, "protes Mudra ketika Dina sibuk menjilati permennya.

"Abang mau? "

"Ya mau lah, "

"Abang beli lagi dong. Beli 1 lagi buat Dina. Boleh ya bang, "ucap Dina dengan senyum manis yang bertujuan untuk membuat abangnya luluh dan mau membelikannya permen lagi.

"Tolong, mukanya jangan gitu dong. Abang kan jadi gak tega. Yaudah, yuk beli permen, abang beliin 2 buat Dina, "ajak Mudra menarik tangan Dina untuk mengikutinya keluar dari rumah.

*****

TRIPLE UPDATE!!!

semoga suka ya 😘😘😘



Tapanuli Tengah, 26 Agustus 2018

Author

Mengejar Senja (Complete) Where stories live. Discover now