18. Roti Bantal

61 12 2
                                    

" Aku Adalah Hilang Dalam Hidupmu. Aku Adalah Tangis Dalam Sukamu. Aku Adalah Ketidaksempurnaan Dalam Sempurna Hidupmu "

----- Galang Andromeda -----

     Senja berjalan santai menyusuri koridor sekolahnya. Suasana sepi menemani langkah kakinya, karena jarum jam masih menunjukkan pukul 6.45 pagi. Senja memilih berangkat lebih cepat dan sendirian kali ini, karena beberapa hari belakangan ini pikirannya sedang kacau. Dan untuk pertama kalinya dia bingung dengan otaknya sendiri. Banyak hal yang tidak dia ingat, bahkan sebagian kenangan masa kecilnya pun ia tidak ingat. Saat Daniel dengan semangat menceritakan tentang masa kecil mereka berdua yang selalu bertengkar karena hal-hal sepele dan bahkan ia tidak bisa untuk mengingatnya.

"Dina! "panggil seseorang dari belakang Senja, dan Senja sudah hapal betul siapa pemilik suara itu.

"Apa?! "tanya Senja ketus.

"Weh, baru pagi-pagi udah ketus aja, "gerutu Daniel.

"Mau ngapain manggil gue? "

"Emang salah manggil lo? "tanya Daniel namun Senja hanya diam saja.

"Lo masih marah soal kemarin ya? "tanya Daniel lagi.

"Enggak, "jawab Senja datar.

"Tuh kan, beneran marah soal kemarin. Maaf ya soal kemarin. Gue gak tau kalo lo lupa. Beneran gue gak ada maksud buat lo marah, "

"Na, maafin gue ya. Please, maafin gue, "pinta Daniel dengan puppy eyes nya.

"Niel, lo ada nyembunyiin sesuatu dari gue kan? "tanya Senja dan otomatis membuat Daniel tersentak kaget.

"Hah? Lo ngomong apaan? Gue mana ada nyembunyiin sesuatu dari lo, "jawab Daniel gelagapan.

"Mampus gue! Ya Tuhan, jangan sampai Dina tau dulu, "batin Daniel.

"Lo paling buruk dalam hal berbohong, "ucap Senja lalu pergi mendahului Daniel.

"Emangnya keliatan jelas banget ya? "tanya Daniel pada sebuah sosok tak terlihat disampingnya.

*****

     Sudah 5 menit sejak bel istirahat berbunyi, namun kelas yang didiami oleh Senja, Rara dan Bulan masih belum juga dapat merasakan kenikmatan waktu istirahat. Hal ini karena pengumuman ulangan fisika mendadak dari pak Esran, guru fisika dengan tampang sangar yang bahkan jentik nyamuk pun takut padanya.

"Pssttt...Na, Dina, "panggil Daniel setengah berbisik yang berada tepat dibelakang tempat duduk Senja.

"Nomor 1 sampai 3, please! "pinta Daniel dengan muka memelas.

"Lah, soal kayak gitu masa lo gak tau? "

"Gue gak tau, Na. Gue baru masuk hari ini dan juga kurikulum pelajaran Indonesia sama Aussie kan beda, "

"Tolongin gue ya, "pinta Daniel sambil mengedip-ngedipkan matanya.

" 5 Menit. Cepetan! "ucap Senja menggeser kertas ulangannya dan dengan cepat segera di salin oleh Daniel.

"Kumpul sekarang! "perintah pak Esran dengan tatapan mata setajam elang.

"Bentar pak, satu nomor lagi, "keluh beberapa siswa dan siswi.

"Saya hitung sampai 3. Kalau tidak ada yang mengumpulkan, maka nilai kalian semua kosong saya buat! "ancam pak Esran dan otomatis saja membuat seluruh siswa dan siswi langsung berjalan ke depan untuk mengumpulkan kertas jawaban mereka. Begitu juga dengan Daniel yang harus pasrah kertas jawabannya masih berisi satu jawaban.

Mengejar Senja (Complete) Where stories live. Discover now