14. Pulang

72 12 0
                                    

"Untukku Kamu Sempurna. Udah itu aja"


----- Langit Antariksa -----

     Senja melototkan matanya ketika harus siap mendengar dan menerima keputusan yang telah dititahkan sang kakek. Saat ini mereka semua berada diruang keluarga. Semuanya. Termasuk Mentari, sang mama yang telah tiba dirumah mewah itu sejak matahari terbit di ufuk timur.

"Apa?! Senja tidak setuju! "tolak Senja mentah-mentah pada keputusan kakeknya yang disampaikan Kevin, pamannya itu.

"Alasanya? "tanya Kevin.

"Senja bisa menerima keputusan itu Kalo hanya kakek dan keluarga paman yang ikut. Tapi, Senja menolak jika mereka semua ikut! "

"Ini permintaan kakek, Senja. "ucap Kevin dengan lembut.

"Tinggal seatap selama beberapa hari saja sudah membuat Senja muak! "ucap Senja dengan intonasi marah.

"Kamu pikir saya juga mau tinggal seatap sama orang seperti kamu, " sindir Juli, anak ketiga dari David.

"Saya juga tidak mau tinggal seatap dengan orang-orang jahat seperti anda dan keluarga anda yang lain, "sindir Senja tidak mau kalah.

"APA KAMU BILANG?! KAMU PIKIR KAMI SUDI SERUMAH DENGAN MU? SERUMAH DENGANMU ITU SAMA SAJA KAMU BISA MEMBUAT KAMI MATI PELAN-PELAN! "teriak Siska, anak bungsu David.

"SUDAH! "bentak Kevin membuat semuanya diam.

"Juli, Siska, tolong jangan buat suasanan makin runyam. Ini permintaan langsung dari Papa. Jika kalian tidak mau, kalian bisa mencari tempat tinggal yang lain dan pastinya bukan rumah keluarga Saverius, "ucap Kevin dengan tatapan tajam dan berhasil membuat seluruh om, tante dan para sepupunya Senja memasang wajah panik karena harus meninggalkan kemewahan.

"Mau atau tidak mau. Suka atau tidak suka. Kita semua akan pindah kerumah Lucas Alexanders Saverius anak pertama dari David Gregorian Saverius. Tidak ada bantahan! Dan jika tidak suka, silahkan cari tempat tinggal lain diluar lingkungan Saverius. Sekian. "ucap Kevin tegas lalu beranjak pergi meninggalkan ruangan keluarga.

*****

     Senja menapakkan kakinya kehalaman rumah yang telah 1 minggu dia tinggal karena 'penculikan' yang dilakukan oleh orang suruhan kakeknya. Senja menghirup napas dalam-dalam. Dia selalu rindu dengan suasana dan kenangan yang ada dirumah dihadapannya. Rumah yang terlihat sederhana dari luar tapi memiliki banyak ruangan yang berada dirumah ini. Pernah suatu hari Senja dengan iseng menghitung jumlah ruangan dirumahnya ini.  Terhitung ada 35 ruang kamar, 2 ruang keluarga, sebuah ruang makan dengan meja panjang dan kursi yang banyak, 1 taman yang tidak terlalu luas tetapi nyaman dibelakang rumah, 2 garasi yang dapat menampung banyak mobil dan motor, dapur yang luas, 2 ruangan untuk studio musik dan lukis, 1 ruangan perpustakaan yang menyimpan banyak buku dan 5 ruangan kosong yang entah untuk apa dikosongkan.

"Sen, mama minta tolong bawain ini kekamar mama ya, "pinta mamanya menyerahkan tas besar pada Senja.

"Iya ma. Mereka kapan sampai? "

"Kalo gak macet mereka sampai sore ini tapi kalo macet bisa sampai malam, "jawab mamanya masih fokus membenahi bagasi mobilnya.

"Jadi ini gunanya Papa dulu pengen banget buat banyak kamar dirumah ini,  "ucap Senja dan secara otomatis membuat Mentari mengalihkan perhatiannya pada sang putri.

"Papa kamu dulu pengen punya banyak anak, terus punya banyak cucu terus kalo liburan anak dan cucunya bisa nginap dirumah ini. Biar ramai, itu yang Papa kamu selalu bilang, "ucap Mentari dengan tatapan menerawang pada kenangan masa lalu.

"Yaudah, cepat antar tasnya kekamar mama. Selesai itu kamu istirahat ya. Pasti kamu capek, "ucap Mentari dan Senja menuruti ucapan mamanya itu. Namun sebelum pergi, Senja sempat menangkap ekspresi sedih Mentari dan hal itulah yang membuat Senja menyesal mengungkit soal Papanya.

"Mama jangan sedih. Mama gak sendiri kok, masih ada Senja. Senja gak akan kemana-mana lagi. Senja gak akan tinggalin mama lagi. Mama gak bakal sendirian lagi, jadi mama gak boleh sedih ya, "ucap Senja memeluk Mentari. Mendapati hal mengejutkan dan sangat jarang dari putri satu-satunya itu membuat tangis Mentari pecah seketika.

"Maafin Mama ya. Mama belum bisa buat kamu diterima sama yang lain. Mama belum bisa jadi mama yang baik buat kamu. Maafin mama... Mama menyesal membawa kamu dan Sam kedalam masalah ini. Mama menyesal sudah membuat Sam---"

"Mama adalah orangtua paling hebat dan baik yang diberikan Tuhan untuk Senja. Mama adalah mama yang baik. Mama yang ajarin Senja jadi kuat walaupun keluarga dan dunia menolak Senja, "ucap Senja memotong perkataaan Mentari dan seraya menepuk bahu Mentari yang bergetar karena menangis.

"Mama berdosa sama kamu dan Sam. Mama merasa gak pantas untuk dipanggil mama sama kamu, "tangis Mentari yang sangat memilukan membuat Senja harus tetap tegar, karena ia tahu bahwa Mentari sering menangis sendirian dikamar saat tengah malam. Jika ia tidak tegar, maka siapa yang akan menguatkan mamanya disaat-saat seperti ini contohnya.

"Senja janji gak akan ninggalin mama lagi, "ucap Senja menghirup dalam-dalam aroma tubuh yang menenangkan mamanya itu.

"Makasih sayang. Makasih karena gak ninggalin mama. Mama bersyukur karena Tuhan telah memberikan anak hebat sepertimu, "ucap Mentari seraya mengelus kepala putri satu-satunya itu.

"Mama jangan nangis lagi. Nanti jelek, kerutannya nambah banyak, "ucap Senja disertai nada bercanda agar mamanya tertawa.

*****

DOUBLE UPDATE!!!!

Semoga suka 😘😘

Tapanuli Tengah, 26 Agustus 2018

Author

Mengejar Senja (Complete) Where stories live. Discover now