Part 5 - Insanity comes into reality

25.9K 1.9K 73
                                    

Ashley menatap sekitaran lokasi dengan tatapan menilai. Di hadapannya ada sebuah saluran pipa pembuangan yang sengaja dilubangi sehingga terjadi adanya kebocoran. Belum lagi alur pipa dibengkokkan ke sembarang arah seolah memang hal itu sengaja dilakukan untuk membuat pencemaran lingkungan.

Ashley pun bekerja untuk memotret hasil pencarian informasinya di lokasi itu. Berhubung ayahnya yang suka dengan fotografi, jadi Ashley tahu sedikit mengenai kamera karena ayahnya pernah mengajarkannya bagaimana mencari sudut gambar yang jelas dan menarik. Dia bahkan sempat menjadi blogger untuk perkembangan kuliner dan make up saat masih SMU dulu.

Seharian ini dia sudah mengitari satu lokasi yang ditugaskan oleh bajingan tengik Kim Hyun itu. Mengingat pria itu spontan membuatnya mendengus kesal. Pria sialan itu menciumnya dan mengambil ciuman pertamanya saat di pesawat kemarin. Lalu dia seperti orang yang tidak berdosa karena sudah melakukan hal itu padanya dan bersikap seperti tidak terjadi apa-apa.

Bahkan setibanya di Baton Rouge, Lousiana, orang itu seperti menghilang ditelan bumi sampai hari ini. Pria itu bahkan menugasinya hanya lewat sebuah sms yang menuliskan akan ada yang menjemput dan menemaninya untuk ke lokasi yang sudah ditentukan. Sungguh sangat tidak bermartabat sekali, rutuk Ashley dalam hati.

“Apakah kau hanya seorang diri datang kesini, Ms. Ashley?”, tanya Matthew Hunt, sang kepala kepolisian daerah situ yang menemani Ashley saat ini.

Ashley terdiam sejenak lalu mengulum senyuman

Oops! Această imagine nu respectă Ghidul de Conținut. Pentru a continua publicarea, te rugăm să înlături imaginea sau să încarci o altă imagine.

Ashley terdiam sejenak lalu mengulum senyuman. “Yeah. Aku sendiri”.

“Betulkah? Apakah benar kalau kau adalah kuasa hukum dari pertambangan ini?”, tanya Matthew lagi sambil mengarahkan jalan kembali pada Ashley untuk berbelok kearah kanan.

“Iya. Ada apa memangnya?”, tanya Ashley heran.

“Aku hanya tidak menyangka kalau kau begitu cantik dan mau turun lapangan seperti ini. Aku harap kau akan baik-baik saja dan aku sudah mengatur beberapa anak buahku untuk menjaga dirimu”, jawab Matthew kemudian.

“Apakah ada hal yang serius sampai kau harus melakukan hal itu?”, tanya Ashley dengan alis berkerut.

“Cukup serius dan berbahaya”, jawab Matthew sambil mempersilahkan Ashley untuk masuk terlebih dulu ke dalam mobilnya.

“Maksudmu?”.

“Sejak adanya pencemaran, lokasi itu tidak pernah didatangi oleh siapapun karena adanya larangan dari pihak perusahaan sampai ada satu orang yang katanya ditugasi untuk menggali informasi dari lokasi. Tapi belum sampai lima jam dia kembali ke hotelnya, dia sudah terbunuh dalam perjalanan pulang ke kota”, jawab Matthew saat mobil sudah melaju.

Ashley terdiam. Apakah hal ini tidak cukup gila dengan adanya ancaman seperti ini dimana dia dilepaskan begitu saja oleh Hyun tanpa pengawasan lebih lanjut? Meskipun kepala kepolisian menemani dirinya sekarang, apakah itu menjamin kalau pria ini bisa melindunginya tanpa kekurangan satu apapun?

Hal baru yang diterima oleh Ashley hari ini tentang Hyun adalah pria itu memang benar-benar bajingan. Dengan brengseknya dia menyuruh Ashley terjun lapangan padahal dia adalah seorang wanita. Kini pria itu entah pergi kemana karena tidak kelihatan batang hidungnya sejak mereka tiba di Baton Rouge kemarin sore.

“Dari apa yang kau sampaikan barusan, tanpa perlu pihak kami mengajukaan tuntutan pun, kau tahu kalau apa yang ada di lokasi tadi ada penyelewengan disitu. Bukan begitu?”, tanya Ashley datar.

Matthew mengangguk. “Yeah. Dan sangat disayangkan sekali sepertinya ada yang mengatur semuanya hingga pemerintah tutup mata mengenai penyelewengan ini. Aku harap kau bisa mendapatkan apa yang kau mau disana tadi dan kau baik-baik saja”.

“Terima kasih untuk harapanmu, sir”, balas Ashley pelan.

“Sama-sama”, sahut Matthew dengan senyuman lalu melanjutkan. “Aku masih tidak menyangka kalau pertambangan itu mengirim seorang bidadari cantik sepertimu. Apakah kau tidak merasa jijik atau tidak nyaman dengan lingkungan seperti tadi? Bagaimana mungkin wanita sepertimu bisa terjun ke lapangan seperti ini?”.

Ashley tersenyum masam sambil mengangkat bahunya setengah. “Long story. Jika hidupmu dikelilingi oleh para bajingan dan lahir menjadi anak salah satu dari mereka, maka tidak ada kata jijik ataupun tidak nyaman selain menikmati kehidupanmu dengan caramu sendiri”.

Matthew mengerjap bingung tapi memaksakan seulas senyuman penuh pengertian. Mereka terdiam selama perjalanan dan Ashley mencoba melirik kearah luar jendela lalu menatap kearah kaca spion depan. Pengemudi yang diutus oleh Hyun terlihat seringkali mengawasi dirinya dengan tatapan mencurigakan. Entahlah. Dia merasa ada yang menjanggal disini.

Saat dia tiba di lokasi dan sepanjang dirinya berada disitu, gerak geriknya seperti ada yang mengawasi dan omongan Matthew mungkin ada benarnya. Bahwa ada pihak terkait yang tidak menginginkan urusan ini diusut dan tahu bahwa Joel akan bertindak. Dan konyolnya lagi dia sendirian disini. Itu berarti dia dalam misi bunuh diri tanpa ada siapapun yang menemaninya. Sial! Kemana sih keparat Hyun sekarang? Apakah sesibuk itu dirinya saat dia sendiri diutus kemari bersamanya untuk terjun ke lapangan?!

Setengah jam kemudian yang terasa seperti berjam-jam untuk Ashley karena harus meladeni obrolan basi dari Matthew yang berujung mengajaknya makan malam, akhirnya Ashley tiba di hotel tempatnya menginap. Dia keluar saat pintu dibukakan oleh Matthew untuknya.

“Senang berkenalan denganmu, Ashley”, ucap Matthew hangat sambil mengulurkan tangan kearahnya.

Ashley tersenyum ramah sambil membalas uluran tangannya dalam jabatan yang erat. “Sama-sama. Aku ucapkan terima kasih untuk waktumu karena sudah menemaniku seharian ini”.

“Tidak perlu. Aku cukup senang bisa menemanimu. Apakah kau yakin tidak berminat untuk keluar denganku malam ini? Ada restoran yang menyajikan makanan lezat disini”, ucap Matthew dengan sebuah senyuman penuh harapan.

Sebagai seorang anak dari chef ternama, sudah tentu semua restoran akan menyajikan makanan lezat dan pria bernama Matthew ini harus lebih cerdas dalam menarik perhatian wanita untuk mengajak kencan. Basi banget!

“Terima kasih untuk ajakanmu, sir. Aku masih banyak pekerjaan dan akan lembur malam ini. Maaf”, tolak Ashley untuk kesekian kalinya.

Ada kekecewaan dari wajah Matthew tapi dia menyembunyikannya lewat senyuman hangat seperti sekarang. “Baiklah. Jika kau membutuhkan sesuatu, kau bisa menghubungiku”.

Ashley mengangguk sambil tersenyum lalu menatap kepergian Matthew dari hadapannya. Kemudian dia segera masuk kedalam lobby dan menaiki lift untuk mengantarnya ke lantai suite tempatnya menginap. Hari ini begitu panjang dan dia sangat lelah.

Dia masuk ke dalam suite-nya dan langsung berjalan menuju kamarnya untuk menaruh barang-barangnya dan duduk di kursi sambil menyalakan laptopnya. Ada beberapa hal yang ingin dilakukannya dan menanyakan sesuatu kepada Joel sekarang.

Sambil membuka line video call, Ashley mengeluarkan kamera dari dalam tasnya dan mengambil memory card lalu memasukkannya kedalam sisi laptopnya untuk membuka data. Dia mulai menekuni setiap gambar yang diambilnya tadi dan melihat ada banyak kejanggalan disitu. Dia meneliti foto itu satu per satu dan mencari celah mana yang bisa dia dapatkan sebagai bukti konkret untuk memperkuat asumsinya.

Layar laptopnya berubah tampilan berupa wajah Joel yang terlihat masam disebrang sana.

Hello, jerk brother!”, sapa Ashley tanpa ekspresi. Dia melihat Joel sedang mencoret-coret berkas yang ada dimejanya sambil melirik sinis kearahnya. Sepertinya dia sedang dalam mood tidak baik.

“Apa yang kau dapatkan disana?”, tanya Joel langsung.

“Aku barusan mengirimkanmu beberapa gambar yang berhasil kuambil tadi. Itu sudah pasti ada sabotase! Dan apa kau tahu kalau ada pihak dari perusahaanmu mati terbunuh saat mencoba investigasi kesana?”, sahut Ashley.

Alis Joel terangkat setengah tanpa mengalihkan tatapannya pada laptop yang ada disampingnya. Dia terlihat menekuni apa yang dikirim Ashley tadi.

“Maksudmu Ben? Yeah. Dia mati ditengah perjalanan. Ada yang menabrak mobilnya sampai mobilnyaa terbalik dan jatuh ke jurang”, ucap Joel tanpa beban.

Ashley terperanjat dan mengusap wajahnya dengan kalut. “Dan kau tidak memberitahuku apa-apa soal itu? Demi Tuhan, El!  Aku sendirian kesana tanpa ada pengawasan selain kecurigaanku kalau ada yang berusaha menguntitku!”.

Joel menoleh kearahnya. “Bukankah Hyun ada bersamamu? Yang kutahu adalah kau akan berkolaborasi dengannya dan Matthew Hunt, opsir Baton Rouge yang sudah kuperintahkan untuk mengawasi keadaan disana”.

“Oh... Hyun? Aku tidak tahu kemana bajingan itu pergi sejak kemarin mendarat disini! Apakah dia memang sesibuk itu? Atau apakah kau memiliki urusan lain yang harus diselesaikan olehnya?”, desis Ashley sinis.

“Kalian pasti bertengkar lagi”, ucap Joel dengan suara bergumam lalu kembali menekuni pekerjaannya.

“Sih bajingan itu sudah dengan lancang menciumku, brother! Lakukan sesuatu padanya karena aku sudah dirugikan!”, seru Ashley kesal.

Joel langsung menghentikan aktifitasnya untuk menoleh kearah kameranya dan menatap Ashley dengan ekspresi yang tidak terbaca. “Dia... menciummu?”.

Ashley mengangguk.

“Bukankah kau memang menyukainya? Kenapa tidak kau nikmati saja ciumannya? Itu berarti perasaanmu terbalaskan”, ucap Joel sambil terkekeh geli.

Ashley mengerang kesal sambil menatap Joel tajam. “Ini semua gara-gara kau yang seenaknya menyuruhku pergi bersamanya kesini. Kau juga harus bertanggung jawab atau aku akan adukan masalah ini pada Alena karena kau tidak jujur padanya!”.

Ekspresi Joel berubah dan kini dia menatap Ashley dengan teguran. “Jangan coba-coba! Cih! Mentang-mentang kau adalah salah satu dari kuasa hukumku lantas bisa main mengancamku akan mengadukanku pada Alena. Aku tidak mengatakan padanya bukan karena aku ingin membohonginya. Kondisinya sudah cukup parah mengingat kehamilannya yang cukup merepotkan”.

“Sudah berapa bulan kandungannya? Aku bertanya pada Alena tapi dia jawab tidak tahu dan malah merutukimu terus-terusan”, ucap Ashley sambil terkekeh mengingat sahabatnya yang mencak-mencak saat Ashley menanyakan keadaannya.

Sepulangnya mereka dari bulan madu sekitar enam bulan yang lalu, Alena dinyatakan positif hamil dan kini wanita itu tidak bisa melakukan apa-apa selain terbaring lemah karena dia tidak bisa memakan apapun. Dia begitu lemah dan pucat, mudah menangis dan kalang kabut setiap kali melihat makanan.

“Sudah masuk bulan keenam. Dia semakin lemah dan aku tidak tega meninggalkannya sendirian. Makanya aku tidak bisa kesana untuk mengurus permasalahan ini secara langsung. Karena itu tolong lakukan pekerjaanmu dan ingat semua tugasmu, Ashley. Aku yakin kau mampu melakukannya”, ujar Joel dengan lugas.

“Aku tahu. Serahkan saja padaku. Kau urus saja istrimu yang rewel itu”, ucap Ashley maklum.

Joel mengangguk lalu menatapnya tajam. “Pergunakan kemampuanmu dalam berintuisi, Ashley! Aku yakin kau akan menemukan sesuatu disana. Untuk itulah kau dikirim kesana”.

“Sure”.

Kemudian video call itu dimatikan. Ashley menarik nafas lelah sambil memijit pelan keningnya. Rasanya dia membutuhkan penyegaran dan berpikir untuk berenang saja.

Dia segera membereskan barang-barangnya dan memasukkannya kedalam brankas yang tersedia di kamar hotelnya. Dia mengganti pakaiannya berupa bikini untuk berenang lalu memakai long cardigan untuk menutupi tubuhnya. Setelah yakin dia sudah menyimpan barang-barangnya, Ashley menuju ke kolam renang yang terletak paling atas di gedung hotel itu.

Jam sudah menunjukkan pukul enam sore tapi suasana kolam renang tampak begitu lengang. Hanya dirinya saja yang ada disitu. Hal itu membuat Ashley merasa cukup lega karena bisa dengan bebas menggunakan kolam renang itu. Dia melepas cardigannya dan melakukan sedikit pemanasan. Setelah itu dia menceburkan diri kedalam kolam dan melakukan renang sebanyak enam putaran atau sampai dia merasa otot-otot tubuhnya mulai terasa lemas.

Kurang lebih sejam dia berenang dan berpikir untuk beranjak dari situ. Tadinya, Ashley merasa tidak ada yang aneh selama berada disana tapi sudut matanya menangkap adanya pergerakan dari seseorang yang mencurigakan. Dengan cepat, Ashley mengeringkan tubuhnya dan memakai kembali cardigannya sambil menatap koridor yang menuju ke tempat bilas. Dia yakin ada seseorang yang masuk kedalam sana dan perasaannya sudah mulai waswas.

Incomprehensible Partner (COMPLETED)Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum