Part 23 - The Dark Shadow

26K 2K 257
                                    

Tantangan untuk kalian hari ini :

Gunakan kata "Daebak!" jika kalian merasa tebakan kalian salah dan kamu merasa dikerjai oleh author 😂😂😂

Once again, genks!
This is dark romance which means you'll get shocking surprise inside the story!

Happy Reading 💋


🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷



Ashley menatap sebuah alat dalam genggamannya dan tertera dua buah garis merah disitu. Dia terdiam begitu lama di dalam kamar mandi dan duduk diatas kloset dengan tatapan kosong kepada alat tes kehamilan yang memberikan hasil positif padanya.

Apakah dia senang? Tidak tahu.

Apakah dia sedih? Tidak juga.

Apakah dia sakit hati? Bahkan dia lupa apakah saat ini dia masih memiliki hati atau tidak di dalam tubuhnya.

Apakah dia marah? Dia sudah mati rasa.

Lalu apakah dia ingin mati? Cih! Ashley langsung mendesis saat pertanyaan yang melintas dalam benaknya barusan. Dia tidak akan sepengecut itu menghadapi kenyataan yang sudah ada.

Menyesal tidak ada artinya. Menyayangkan kesalahan yang sudah dia lakukan juga tidak ada gunanya. Sekarang ini dia harus memikirkan bagaimana caranya dia menjelaskan hal ini pada ayahnya. Itu saja.

Karena sepulangnya dari Seoul sekitar seminggu yang lalu atau sejak dari dia terbangun di kamar mansion keluarga Adrian tanpa ada sosok Hyun disana dengan tatapan bingung dari mereka, dia belum menceritakan apapun.

Adrian menjelaskan bahwa keponakannya itu mengantarnya pulang dan mengatakan bahwa dirinya mabuk berat sampai tidak sadarkan diri lalu undur diri karena ada pekerjaan dadakan yang harus dikerjakannya. See? Pengkhianat keparat itu pintar bersilat lidah dan Ashley cukup heran kenapa Adrian bisa dengan mudah mempercayai keponakan sialannya itu.

Ditambah lagi saat itu orangtuanya belum kembali dari kencannya sehingga saat Ashley terbangun, Juno masih bersikap maklum dengan dirinya yang suka mabuk sampai bangun kesiangan. Sial!

Ashley pun langsung meminta untuk pulang ke Jakarta setelah itu dan langsung pergi ke Surabaya untuk menyendiri dengan menempati sebuah rumah danau yang tenang dan sunyi milik ayahnya. Dia meminta cuti pada ayahnya dalam kurun waktu yang tidak dia sebutkan karena membutuhkan waktu untuk menenangkan diri.

Lamunannya terbuyar saat ponselnya berbunyi dan dia hanya menghela nafas. Dia menghancurkan alat tes kehamilan itu lalu membuangnya ke tempat sampah. Kemudian, dia beranjak dari kloset itu dan mengambil ponselnya yang dia letakkan di washtafle.

Sebuah permintaan conference call dari Alena dan Vanessha. Kedua sahabatnya itu terus berusaha menghubungi dirinya sejak kemarin.

Ashley menerima panggilan telepon itu dan muncullah wajah kedua sahabatnya di layar ponselnya. Ketiganya saling menatap dan terdiam saja seolah sedang mempelajari ekspresi masing-masing tanpa ada sapaan ataupun teguran satu sama lain. Hal itu terjadi selama beberapa saat sampai akhirnya Alena yang menyeletuk duluan.

"Sehabis keluar dari rumah sakit ini gua bakal samperin sih orang Korea itu dan membunuh dia dengan tangan gue sendiri", desis Alena dengan wajah pucatnya yang masih kentara.

Ashley memberikan senyuman hambar karena sikap konyol yang ditunjukkan Alena barusan. Temannya itu baru melahirkan kemarin karena sudah mengalami pendarahan di usia kandungannya yang baru genap tujuh bulan. Alhasil, dia menjalani sectio untuk melahirkan bayi kembarnya yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan kemarin pagi. Dia mendapat kabar itu dari Joel kemarin.

Incomprehensible Partner (COMPLETED)Where stories live. Discover now