Lighter

1.7K 186 19
                                    

"Kau datang lagi besok pagi ke sini. Sebagai ucapan terima kasih, aku akan mengantarmu ke sekolah."

Pada hari di mana seharusnya menjadi hari pertama Yifan masuk sekolah kemarin, Ibunya berpesan bahwa untuk sampai di sekolah ia harus menaiki bis nomor 4 dari halte dekat apartemen yang mereka tinggali. Kemudian ia harus turun di halte dekat taman kota untuk transit ke bis nomor 6 yang nantinya akan melewati halte dekat sekolahnya. Namun kemarin Yifan hanya menyelesaikan perjalanannya di halte dekat taman kota saja dan berhenti di sana. Ia lupa nomor bis selanjutnya yang harus ia naiki untuk sampai di sekolah dan ia terlalu malas untuk bertanya pada orang lain. Ia justru melangkah menjauhi halte dan duduk di taman kota memperhatikan lingkungan di sekitarnya. Sampai pemuda itu menyapanya.

Hari Selasa ini hujan turun cukup deras. Begitu sampai di halte dekat taman, Yifan yang pagi itu memastikan kembali pada Ibunya nomor bis kedua yang harus ia naiki, tampak ragu-ragu. Kemarin pemuda yang memperkenalkan diri dengan nama Park Chanyeol itu menawarkan diri untuk berangkat ke sekolah bersamanya. Tetapi kalau memang mereka akan berangkat bersama dari taman kota, nanti tentunya mereka akan berangkat dari halte ini. Dan juga, Yifan tidak terlalu mempercayai pemuda itu. Ia terlihat jahil dan tidak serius. Lagipula, kalau ia memutuskan untuk menemui pemuda itu –yang entah jadi datang atau tidak, di kursi taman kota, itu artinya ia harus mengeluarkan payung, berjalan di atas genangan air dan membuat sepatunya basah. Sungguh merepotkan.

Yifan dalam dilema. Dan saat itu, bis nomor 6 sudah muncul dari ujung jalan.

-

-

-

"Ku kira kau tidak akan datang." Chanyeol tersenyum ketika melihat Yifan datang dengan tangan kiri terselip di saku celananya dan payung di tangan kanannya. Tas ranselnya terlihat menggantung di salah satu bahunya.

"Hm." Gumam Yifan yang sebenarnya tidak menyangka akan memutuskan untuk datang ke kursi itu dan menemukan Chanyeol sudah berdiri di bawah payung menunggunya. Tapi sebenarnya Yifan sedang penasaran, benarkah Chanyeol akan menepati janjinya untuk berterima kasih atas sebatang rokok yang ia berikan kemarin.

Tanpa berkata apa-apa lagi, Chanyeol melangkahkan kakinya ke arah yang berlawanan dari arah Yifan datang dari halte tadi. Tunggu, jika mereka akan ke sekolah bukankah seharusnya..

"Kau mau berangkat atau tidak?" Panggil Chanyeol dengan tidak sabar.

"Kau mau ke mana?"

"Um, sekolah?" Chanyeol memandangnya dengan heran.

"Tapi bukankah sekolah itu ke arah.."

"Kalau aku bilang akan mengantarmu ke sekolah, itu berarti kita pasti ke sekolah. Aku tidak akan menculikmu ke Disneyland, tenang saja." Potong Chanyeol. Nada bicaranya terdengar ketus. Sungguh bertolak belakang dengan senyuman yang tadi menghiasi wajahnya.

Yifan mengikutinya dengan diam. Yifan tidak menyadarinya kemarin, tapi baru kali ini ia bertemu seseorang di kota ini yang tingginya hampir menyamainya.

-

-

-

-

Ternyata Chanyeol tahu jalan pintas dari taman kota menuju sekolah. Itulah sebabnya mereka tidak perlu menaiki bus nomor 6. Mereka hanya perlu berjalan sekitar 10 menit untuk sampai di sekolah. Sudah banyak murid yang datang ketika mereka berdua tiba, dan seperti melihat sebuah pemandangan langka, kebanyakan dari murid-murid itu menatap Chanyeol dan Yifan yang berjalan berdampingan menuju ke lobi sekolah.

"Um, kau mungkin perlu lapor dulu. Ruang guru ada di ujung koridor ini." Ujar Chanyeol yang sedang melepas jaketnya.

"Thanks." Yifan mengangguk dan berjalan melewati koridor itu tanpa Chanyeol.

PARADISEWhere stories live. Discover now