If I Have

855 112 3
                                    

Chanyeol pernah jatuh cinta -atau setidaknya ia pikir begitu ketika ia mengenal Kim Jongwoon, guru magangnya ketika ia masih duduk di SMP. Wajahnya akan memanas setiap kali bertatap muka dengan laki-laki itu, atau ketika ia ketahuan mencuri-curi pandang padanya, akan ada perasaan aneh yang menggelitiki perutnya, atau pada saat Jongwoon tersenyum padanya, jantungnya akan berdetak lebih cepat dari biasanya. Chanyeol kira itu adalah rasanya jatuh cinta. Dan sekarang, ketika ia bersama dengan Yifan, efek yang ditimbulkan pemuda itu pada dirinya jauh lebih dahsyat. Lalu jika dengan Jongwoon itu saja ia sebut jatuh cinta, maka dengan Yifan harus ia sebut apa?

Chanyeol mengerang ketika Yifan menggigit bagian belakang telinganya. Ia hanya sanggup mencengkeram bagian depan seragam Yifan ketika pemuda itu menindih tubuhnya dan bibirnya menjelajahi setiap jengkal lehernya. Sesuatu yang bahkan tidak pernah dengan Jongwoon ia lakukan. Yifan tiba-tiba berhenti. Ia mengangkat sedikit tubuhnya dan mencari-cari mata Chanyeol yang tidak fokus.

Yifan memandangi mata besar Chanyeol yang akhirnya menatapnya. Wajah kedua pemuda itu memerah dengan nafas tersengal. Keduanya membisu namun tatapan mereka seolah mengungkapkan sesuatu yang tidak sanggup mereka sendiri mengerti dan utarakan. Tidak ada kata-kata cinta yang keluar dari mulut keduanya bahkan ketika Yifan kembali memagut bibir Chanyeol. Sesuatu yang ia sadari tidak akan pernah lelah ia lakukan. Namun ketika tangan Yifan menelusup di balik seragam Chanyeol dan mencengkeram pinggangnya dengan tangan besarnya, Chanyeol mendorong tubuh Yifan pelan.

Chanyeol tersenyum dan mengecup bibir Yifan singkat sebelum menyingkirkan tangan itu dan duduk. Yifan mengalihkan pandangannya dari Chanyeol yang kini sedang merapikan kembali seragamnya yang berantakan.

"Sorry-"

"No-Don't." Potong Chanyeol ketika ada nada bersalah dalam nada bicara Yifan. Chanyeol bahkan tidak mengerti kenapa Yifan harus meminta maaf. Jika memang mereka berakhir melakukannya, itu adalah karena keputusan mereka berdua sendiri dan bukan karena Yifan memaksanya atau sebaliknya, tapi mereka tidak melakukan apa-apa jadi Chanyeol pikir tidak ada yang perlu disesali.

Mereka berdua kemudian hanya bisa terdiam dengan perasaan canggung. Beberapa kali Yifan terlihat salah tingkah ketika ia berusaha mengalihkan pandangannya dari Chanyeol.

"Aku akan ke toilet sebentar." Kata Chanyeol sambil bangkit dengan terburu-buru ke arah toilet yang ada di kamar Yifan.

Setelah mendengar Chanyeol menutup pintu kamar mandi, Yifan menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidur sambil memegangi dada sebelah kirinya yang rasanya akan meledak. Yifan belum pernah merasakan sensasi seperti ini -dan bukannya ia membenci hal itu, akan tetapi ini adalah sesuatu yang baru dan juga asing baginya.

Sementara itu, Chanyeol segera berdiri di hadapan cermin yang ada di wastafel kamar mandi milik Yifan. Dengan hati-hati ia memeriksa lehernya jika saja Yifan tanpa sengaja meninggalkan bekas di sana. Jantungnya masih berdegup dengan cepat dan seperti akan keluar dari dadanya. Pemuda itu kemudian membasuhkan air dingin pada wajahnya agar tubuhnya kembali bereaksi normal. Tapi rasanya hal itu mustahil jika ia berada di dekat Yifan. Setelah memastikan tidak ada bekas gigitan atau ruam merah di lehernya, Chanyeol keluar dari kamar mandi dengan wajah dan rambut yang sedikit basah.

Yifan sudah tidak ada di kamarnya ketika Chanyeol kembali. Namun samar-samar Chanyeol mendengar suara perempuan dari arah luar. Ia menduga Mrs. Wu sudah pulang kerja. Pemuda itu sudah berniat untuk ke luar dan menyapa wanita itu ketika ia tanpa sengaja mendengar percakapan Yifan dengan Ibunya. Chanyeol mengintip sedikit dari arah pintu, hal tidak sopan yang jarang ia lakukan.

"Ada tamu?" Tanya Mrs. Wu sambil meletakkan beberapa kantung plastik hitam ke atas meja makan.

Yifan mengangguk dan meneliti isi dari kantung plastik itu. "Ada Chanyeol." Jawabnya.

PARADISEWhere stories live. Discover now