The Night in Questions

894 111 10
                                    

Some things, once you have loved them, become yours forever. And if you try to let them go, they only circle back and return to you. They become part of who you are, or they destroy you. *)

Beep. Beep. Beep.

Bunyi alarm meraung-raung dan mengisi setiap sudut ruang jaga bagi perawat dan dokter yang bertugas malam itu. Lampu emergency menyala pada angka 13, sebuah kamar VVIP yang saat ini menjadi ruang perawatan intensif seorang pasien. Beberapa perawat dan dokter berlari tergopoh-gopoh menuju ruangan itu. Ruang rawat VVIP itu terbuka dan menampakkan seorang pasien tengah terbatuk hebat akibat tersedak darahnya sendiri. Darah itu keluar dari mulutnya dalam bentuk gumpalan hingga mengotori masker yang terhubung pada tabung oksigen dan menjadi alat bantu pernafasannya selama ini. Wajah dan leher pucat pemuda itu tak lama kemudian bersimbah darah ketika dokter dan perawat membuka masker oksigennya, membuatnya gelagapan seperti ikan yang baru saja dikeluarkan dari dalam air. Begitu seorang perawat mengganti masker oksigennya dengan yang baru, pemuda itu menghirup nafas dalam-dalam, seolah paru-parunya begitu bergantung dengan alat itu.

Sementara itu seorang dokter menyalakan senter kecil di tangannya dan memeriksa mata pasiennya. Ia kemudian memperhatikan dengan seksama layar monitor yang menampakkan pergerakan detak jantung.

Dokter itu menghirup nafas dalam-dalam sebelum mengumumkan tindakan yang akan ia ambil. "Siapkan ruang operasi. Tekanan di paru-parunya belum berhenti. Kita akan melanjutkan operasi yang kedua." Ujarnya.

Perawat dan tim dokter yang berada di ruangan itu mengangguk sebelum mulai bergerak untuk melaksanakan tugas mereka.

Tubuh pasien bernama Park Chanyeol itu hanya bisa terkulai ketika tim dokter membuka kembali bekas jahitan di dadanya –yang bahkan belum sembuh total. Wajahnya yang pucat dihiasi dengan luka gores akibat terkena serpihan kaca. Kebanyakan sudah mulai mengering, namun tidak sedikit juga yang masih menganga. Sejak mengalami kecelakaan yang hampir merenggut nyawanya, pemuda itu telah koma selama 27 hari. Tim dokter sudah mengusahakan yang terbaik begitu ia dilarikan ke rumah sakit itu dan menjalani serangkaian operasi untuk mengobati luka dalam akibat kecelakaan. Namun semuanya kembali bergantung pada keberuntungan pemuda itu. Dan malam ini, pemuda itu sepertinya sudah memutuskan untuk siap hidup kembali.

.

.

.

"Kau belum pulang?" Tanya Kim Minseok, seorang mahasiswa kedokteran yang sedang menjalani masa Koas di salah satu rumah sakit ternama di Seoul.

Pemuda yang disapanya tadi kemudian mendongak dan menutup sebuah map yang berisi beberapa berkas yang beberapa jam lalu menjadi pusat perhatiannya.

"Aku rasa aku tidak akan bisa berkonsentrasi belajar kalau aku sudah sampai di rumah. Aku pasti akan langsung jatuh pingsan dan bangun untuk berangkat pada shift selanjutnya." Keluh pemuda bernama Byun Baekhyun itu.

Ruangan yang biasanya ramai oleh Koas yang lain itu terlihat sepi dan hanya di isi dua orang pemuda itu. Kebanyakan sudah pulang karena shift mereka berakhir atau ada juga yang baru saja memulai shiftnya. Waktu sudah menunjukkan pukul 04.00 pagi ketika Baekhyun melirik arlojinya.

"Aku baru saja mengikuti sebuah operasi pneumotoraks." Ujar Minseok seraya mengambil tempat duduk di hadapan Baekhyun yang kini menyangga wajahnya di salah satu telapak tangannya.

Lingkar hitam di kedua matanya membuat siapa saja yang melihat bisa menduga bahwa Baekhyun sudah kehilangan banyak jam tidurnya.

"Bagus untukmu. Setidaknya kau sudah benar-benar praktik dan mencoba hal yang nyata. Aku bahkan harus mengumpulkan latar belakang pasienku terlebih dahulu sebelum memulai observasi." Lagi-lagi Baekhyun mengeluh.

PARADISEWhere stories live. Discover now