Surefire

760 104 3
                                    

Sesuai dengan diskusi yang melibatkan pengacara pihak Mrs. Park dan tim dokter yang merawat pemulihan kejiwaan Chanyeol, mereka sepakat untuk tidak melakukan terapi rangsangan pada pemuda itu untuk mengembalikan ingatan masa lalunya. Mereka akan lebih fokus untuk menstabilkan emosi pemuda itu sebelum mengembalikannya ke dunia luar dan menjalani kehidupan seperti orang normal lainnya.

Baekhyun sesekali akan menahan nafasnya ketika ia membaca rekam medis Chanyeol yang diserahkan oleh tim pengacara beberapa hari yang lalu. Dokter Kim memberinya tugas untuk mempelajarinya dan membuat laporan mengenai hal itu di akhir hari. Skandal dengan seorang guru magang, penyalahgunaan obat penghilang rasa sakit dan bullying. Kehidupan seperti apa yang Chanyeol jalani sebelumnya.

Pada setiap sesi yang dilakukan selama beberapa hari sekali, Baekhyun bisa melihat perkembangan signifikan yang ditunjukkan Chanyeol. Tidak ada tatapan kosong atau respons lambat dalam interaksi yang mereka lakukan, tetapi ketika Chanyeol memalingkan wajahnya, Baekhyun tahu masih ada luka di sana.

"Knock. Knock." Baekhyun memutar kenop pintu ruang perawatan Chanyeol dan melongok ke dalamnya.

Calon dokter itu mengira Chanyeol sedang di toilet ketika ia mendapati tempat tidurnya kosong. Namun tubuh Baekhyun seketika itu mematung ketika pandangannya jatuh pada seorang pemuda yang duduk di ujung ruangan sambil memeluk lututnya yang ditekuk.

Baekhyun memberanikan diri untuk berjalan mendekat pada sosok itu.

"Chanyeol?"

Pemuda yang semula menundukkan kepalanya itu mendongak dan menatap Baekhyun dengan tatapan yang sama persis ketika Baekhyun pertama kali menemuinya.

"Hey..." Chanyeol berjengit ketika Baekhyun semakin mendekat padanya.

Baekhyun melangkah mundur ketika mendapatkan reaksi itu. Ia menunggu hingga Chanyeol melakukan –atau mengatakan sesuatu. Namun hasil yang ia dapatkan adalah nihil ketika Chanyeol masih tetap termangu di tempatnya.

Waktu terus berjalan dan masa koas Baekhyun akan berakhir dalam beberapa minggu. Ia sudah optimis bahwa Chanyeol sudah siap keluar dari rumah sakit itu bersamaan dengan akhir masa koasnya ketika hari ini ia menyaksikan sebuah kemunduran dalam perkembangan pemuda itu.

Namun Baekhyun tidak akan mengeluh mengenai hal itu. Calon psikiater itu justru meletakkan jurnalnya di lantai sebelum membuat dirinya duduk bersila di hadapan Chanyeol dalam jarak satu meter. Ia tidak mengatakan apapun ketika Chanyeol memperhatikan setiap gerak-geriknya.

"Aku tidak akan bertanya apa yang terjadi hari ini atau apa yang kau rasakan sekarang. Aku hanya akan duduk di sini dan tidak melakukan apapun." Kata Baekhyun.

Chanyeol tidak bergeming dan justru semakin mengeratkan pelukannya pada lututnya sendiri. Ia kemudian meletakkan kepalanya di atas lututnya dalam posisi miring, mengarahkannya pada jendela kamar yang menampakkan pemandangan langit sore dan bunga sedap malam yang bergantung terbalik di luar.

Sudah hampir setengah jam ruangan itu diisi kesunyian hingga akhirnya Chanyeol mendongakkan kepalanya kembali dan menatap Baekhyun.

"Kenapa Ayahku begitu membenciku?" Tanya Chanyeol dengan ekspresi wajah datar.

Baekhyun membuka jurnalnya dan membuat beberapa catatan. Hal itu bahkan masih menjadi misteri ketika Chanyeol mengutarakan pertanyaan mengenai Ibu kandungnya yang meninggal bunuh diri pada kunjungan terakhir Bibi Vic dan tim pengacara. Dan sekarang pemuda itu kembali membuat pertanyaan yang Baekhyun tidak tahu jawabannya.

.

.

.

Yifan mengerjap-ngerjapkan matanya beberapa kali untuk membiasakan diri ketika sinar matahari menerpa wajahnya. Pemuda itu kemudian melihat ke sekeliling dan menyadari bahwa ia tengah berbaring di sebuah tempat. Tempat yang tidak asing baginya –lapangan basket yang terletak di pinggiran taman kota di Seoul. Sebuah bayangan di atas kepalanya membuat wajah Yifan sedikit teduh dan tidak lagi terpapar sinar matahari secara langsung. Yifan mendongak dan mendapati sebuah wajah yang begitu ia rindukan.

PARADISEWhere stories live. Discover now