Stay With Me

1K 120 7
                                    

Malam ini Chanyeol kembali ke tempat yang terasa tidak asing itu lagi. Namun kali ini suasana tidak segelap seperti sebelumnya. Cahaya di ujung lorong itu kembali. Kali ini dengan cahaya yang lebih terang. Chanyeol menajamkan indera pendengarnya ketika dengan perlahan ia melangkah untuk mendekati cahaya itu. Hening. Tidak ada gumaman wanita yang biasanya mengiringi. Ketika tangan Chanyeol akhirnya berhasil meraih kenop pintu yang lagi-lagi terbuka sedikit itu, ia mendengar teriakan nyaring seorang wanita yang memekakkan telinga hingga membuat Chanyeol melepaskan pegangannya pada kenop pintu untuk menutup telinganya.

Nafas Chanyeol memburu ketika ia membuka matanya. Kali ini tidak ada Kukkie di sampingnya, Mr. Park memperingatkannya untuk tidak terlalu sering membiarkan anjing itu tidur di kamarnya. Tanpa punya alasan untuk mengelak, Chanyeol dengan terpaksa membiarkan anjing itu tidur di kandangnya yang bertempat di halaman rumah.

Karena tidak bisa kembali tertidur, Chanyeol memutuskan untuk beranjak dari tempat tidurnya dan pergi ke dapur untuk mengambil segelas air putih. Keadaan di luar gelap mengingat semua orang yang tinggal di rumah itu sudah tertidur. Semua kamar utama berada di lantai dua, termasuk kamar Chanyeol dan Ayahnya. Sementara kamar yang ditempati Bibi Kim berada di lantai bawah, berdampingan dengan kamar tamu.

Setelah membasahi tenggorokannya dengan segelas air dingin, Chanyeol memilih untuk kembali ke kamarnya. Ketika ia menaiki tangga dan berhenti di lorong yang menghubungkan kamar-kamar yang ada di lantai dua, entah kenapa Chanyeol merasakan de javu. Ia seperti pernah mengalami hal ini sebelumnya. Lorong gelap dengan beberapa pintu di kiri kanannya. Chanyeol menyipitkan matanya, berusaha menyambungkan ingatannya dengan kenyataan yang dihadapinya saat ini.

"Kau tidak tidur?" Suara Mr. Park yang mendadak muncul dari balik pintu kamarnya membuat Chanyeol terlonjak. Ia hampir saja menjatuhkan gelas yang dipegangnya.

"Aku baru saja mengambil minum." Ujar Chanyeol mengangkat gelasnya agar Mr. Park bisa melihatnya.

"Kembali tidur." Perintah Mr. Park.

Tanpa berkata apa pun Chanyeol masuk kembali ke kamarnya. Namun ia tidak berniat untuk kembali tidur dan justru menyibakkan tirai yang menutup jendela kamarnya dan menatap ke luar.

Selama beberapa tahun belakangan, Chanyeol sering mengalami kesulitan tidur. Ada kalanya ia akan tertidur begitu pulas seperti orang pingsan, namun ia lebih sering terjaga dan tidak bisa kembali tidur setiap malamnya. Mimpi buruk yang ia alami beragam, kebanyakan mengenai kejadian-kejadian yang ia sendiri merasa tidak pernah mengalaminya. Namun belakangan ini, ia sering bermimpi mengenai lorong gelap dan pintu yang sedikit terbuka itu. Ia tidak menceritakan hal itu pada psikiaternya tentu saja, karena ia yakin dokter gila itu akan memberinya resep obat-obatan lain yang justru menyiksanya.

"Aku tidak ingin kau berakhir seperti Ibumu."

Chanyeol kembali terngiang ucapan Ayahnya beberapa waktu yang lalu. Entah kenapa kalimat itu seakan tidak bisa keluar dari kepalanya. Ia terus berusaha mencari makna di balik kalimat itu karena hingga sekarang ia sama sekali tidak mengerti maksudnya. Semenjak ia lahir, bahkan sekalipun, ia tidak pernah melihat wajah Ibunya.

Mr. Park akan memilih diam atau justru memarahinya setiap kali pemuda itu menanyakan tentang orang yang telah melahirkannya. Pernah Bibi Vic—pengasuhnya dulu mengatakan bahwa Ibunya telah meninggal karena melahirkannya. Tetapi yang ia tidak mengerti, kenapa Mr. Park seolah tidak ingin Chanyeol mengenal Ibunya.

.

.

.

"Jangan pulang lebih dari jam 11 malam, Yifan." Mrs. Wu mengingatkan putranya yang sedang mengikat sepatunya itu.

PARADISEWhere stories live. Discover now