Sometimes, Somewhere

812 108 3
                                    

Memberikan segalanya untuk orang yang kita cintai tidak pernah salah, hanya saja terkadang beberapa orang memang tidak ditakdirkan untuk berada dalam kehidupan kita. Mr. Park telah belajar mengenai hal itu sejak mendiang istrinya dinyatakan menderita kelainan mental yang membuatnya tidak bisa berfungsi normal seperti orang kebanyakan. Tidak perlu diragukan lagi betapa Mr. Park mencintai istrinya itu dengan segala yang ia miliki, tetapi terkadang hal itu saja tidak cukup.

"Kau sudah meminum obatmu?" Tanya laki-laki berkacamata itu.

Wanita di sampingnya tersenyum dan mengangguk. "Tentu saja. Aku tidak akan pernah lupa."

Laki-laki itu bisa sedikit bernafas lega. Sejak melahirkan putra pertama mereka, wanita itu lebih sering mengalami ketidakstabilan. Ia sering tiba-tiba linglung dan emosinya meledak-ledak.

"Yeobo,"

Mrs. Park mendekap bayi di dalam lengannya lebih erat dari sebelumnya dan menatap ke arah suaminya. Mr. Park menunggu pernyataan apa yang akan meluncur dari bibir istrinya. Wanita itu jarang memanggilnya dengan sebutan itu selama pernikahan mereka.

"Apa kau benar-benar mencintaiku?" Tanya Mrs. Park pelan.

Mr. Park merangkul bahu wanita itu dan sesekali memperhatikan putra pertamanya yang terlelap.

"Tentu saja." Jawab Mr. Park dengan yakin.

Mrs. Park terlihat puas dengan jawaban itu. "Apa kau juga mencintai Chanyeol?"

"Kenapa kau bertanya seperti itu? tentu saja aku mencintai Chanyeol." Mr. Park tiba-tiba merasa khawatir.

Mrs. Park memang sering tiba-tiba menanyakan hal-hal yang aneh padanya, dan hal itu biasanya ia lakukan ketika sedang merasa tidak aman atau tidak percaya diri dengan dirinya sendiri. Pada saat seperti itu, Mr. Park akan selalu memastikan bahwa ia akan berada di sampingnya.

"Kalau begitu, berjanjilah padaku bahwa apapun yang terjadi kau akan melindungi dan mencintai Chanyeol. Bahkan jika aku sudah tidak ada nanti." Ucap Mrs. Park dengan jemarinya yang mengelus pipi chubby putranya itu. Bayi kecil itu menggeliat dalam tidurnya merasakan sentuhan Ibunya.

Mr. Park melepaskan diri dari istrinya.

"Apa yang kau bicarakan? Aku tidak suka jika kau berbicara seperti ini."

Mrs. Park tiba-tiba menangis. "Berjanjilah." Pintanya.

Mr. Park memalingkan wajahnya. Masih segar dalam ingatannya ketika wanita itu sudah melakukan percobaan bunuh diri selama beberapa kali. Ia pikir Mrs. Park akan merasa lebih baik ketika putra mereka lahir, namun sepertinya hal itu tidak terjadi.

"Aku tidak akan menjanjikan apapun padamu. Aku justru akan bersumpah akan membenci Chanyeol seumur hidupku kalau kau berani meninggalkan aku." Ucap Mr. Park.

Mrs. Park semakin tersedu, namun ia berusaha menahan isakannya agar putranya tidak terbangun dalam dekapannya.

Mr. Park menyesali kalimat yang baru saja ia ucapkan. Bagaimana ia akan membenci putra semata wayang yang sudah ia tunggu-tunggu kehadirannya itu.

"Aku tidak bisa bertahan lagi. Aku sudah lelah." Kata Mrs. Park.

"Lalu bagaimana dengan aku dan Chanyeol? Apa kau akan meninggalkan kami begitu saja?"

Mrs. Park menggeleng lemah. Wajahnya sudah basah oleh air mata yang terus berjatuhan dari pelupuk matanya.

"Bertahanlah lebih lama lagi. Demi Chanyeol." Kata Mr. Park dengan suara bergetar.

PARADISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang