What is Love?

921 111 7
                                    

Senja di tepi pantai kala itu menghamparkan pemandangan langit berwarna lembayung dengan iringan suara ombak berdeburan. Burung camar laut yang berhabitat di sekitar pantai itu pun mulai kembali ke peraduannya. Tidak ada keheningan di antara perpaduan alam di sekitar tempat itu, tetapi keramaian yang ditawarkan cukup menenangkan.

Dua orang pemuda yang baru saja mengganti pakaian basah mereka dengan pakaian kering duduk di atas hood mobil sport merah milik salah seorang di antaranya. Chanyeol membentangkan sebuah selimut berwarna biru dan menyelimutkannya pada bahunya dan bahu Yifan yang duduk berdampingan.

"Kau datang dengan persiapan." Komentar Yifan ketika selimut itu melindungi tubuhnya yang hanya memakai kaos pendek milik Chanyeol karena ia tidak membawa baju ganti. Mengingat ukuran tubuh mereka yang cukup sama membuat kaos itu tampak pas dipakai Yifan.

Chanyeol kemudian sekotak rokok sisa semalam dan menyalakan sebatang. Asap rokok segera mengepul ketika Chanyeol menghembuskannya dari mulutnya, hingga kemudian memudar di udara. Angin pantai masih bertiup kencang, membuat rambut basah kedua pemuda itu berkibas berantakan. Yifan meraih rokok yang ada sela jari Chanyeol sebelum menghisapnya.

"Aku sudah menemui psikiater selama beberapa tahun terakhir." Ujar Chanyeol memecahkan keheningan di antara mereka.

Yifan tidak segera menanggapi. Ia kembali menghisap rokok ditangannya sebelum mengarahkannya pada bibir Chanyeol agar pemuda itu melakukan hal yang sama. Chanyeol sedikit terbatuk ketika asap rokok itu membuatnya tersedak.

"Aku tidak bermaksud untuk membuatmu terjebak dalam kekacauan ini, tapi ak-mmph"

Yifan membungkam mulut Chanyeol menggunakan bibirnya. Mata Chanyeol yang semula membulat perlahan-lahan menutup ketika Yifan memagut bibir bawahnya. Pemuda itu kemudian memiringkan wajahnya dan membuka mulutnya ketika Yifan melesakkan lidahnya ke dalam mulutnya dan memperdalam ciuman mereka. Sesaat keduanya begitu tenggelam dalam ciuman itu hingga kebutuhan akan oksigen membuat mereka akhirnya berhenti. Bibir pink Chanyeol terlihat basah oleh saliva.

"Katakan padaku kalau lain kali kau berpikiran untuk bunuh diri lagi." Ucap Yifan pelan.

Senyuman mengembang di wajah Chanyeol tanpa bisa ia tahan. Dan tanpa ragu-ragu pemuda itu mengalungkan lengannya pada leher Yifan sebelum menariknya pada ciuman panjang selanjutnya. Selimut yang sebelumnya melindungi tubuh mereka teronggok di belakang mereka ketika kedua pemuda itu jatuh pada sebuah candu yang mereka sendiri tidak bisa menyebutkan namanya.

.

Kedua alis Yifan bertaut dengan matanya yang menatap horor pada hidangan yang tersaji di hadapannya. Sementara Chanyeol sudah siap dengan pencapit dan gunting di tangannya tidak sadar dengan ekspresi wajah Yifan.

"Tidak bisakah kita memesan menu lain?" Kata Yifan yang sepertinya tidak sanggup lagi menatap sebuah panci berisi kuah dengan sayuran dan gurita hidup yang masih menggeliat di atasnya.

Chanyeol akhirnya mendongak dan tidak bisa menahan tawanya ketika melihat wajah Yifan.

"Jangan bilang kau takut dengan gurita ini." Chanyeol mengangkat gurita berukuran besar itu menggunakan pencapit dan memajukannya ke arah Yifan yang otomatis memundurkan tubuhnya.

"Put it down, Chanyeol." Yifan mengambil sumpitnya dan mendorong gurita itu agar kembali ke panci berisi kuah yang sudah mendidih itu. Chanyeol kembali tertawa.

"Ini tidak akan menggigitmu." Chanyeol kemudian mulai memotong kaki-kaki gurita yang masih menggeliat itu.

"Oh god..." Yifan memalingkan wajahnya melihat pemandangan itu. Menuruti Chanyeol untuk makan malam di sebuah restoran di dekat pantai itu adalah sebuah kesalahan, tapi ia juga tidak bisa menahan rasa lapar yang sudah menyerang perutnya mengingat pemuda itu hanya memakan beberapa potong dumpling di rumah sebelum berangkat tadi.

PARADISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang