Cold Water

898 120 5
                                    

Hari kembali berganti ketika matahari kembali menjulang dari ujung langit timur. Yifan membuka matanya ketika hidungnya menangkap bau asap rokok di sampingnya. Rasa kantuk masih menyelimutinya ketika ia melihat Chanyeol duduk bersandar pada pagar besi lapangan bola basket itu. Sebatang rokok terselip di antara jemari pucatnya. Mata Chanyeol terlihat menerawang jauh. Lingkar hitam semakin kentara di kantung matanya. Merasa diperhatikan, pemuda itu menolehkan kepalanya dan matanya bertemu Yifan.

"Kau sudah bangun?" Sapa Chanyeol sambil menghisap asap tembakau itu.

Dengan perlahan dan sambil meregangkan tubuhnya, Yifan akhirnya bangkit. Rambutnya masih mencuat tidak beraturan setiap kali ia bangun tidur dan kedua matanya semakin terlihat sipit. Yifan menguap lebar.

"Jam berapa sekarang?" Tanya Yifan setelah ia menyadari ponselnya mati.

Chanyeol mengangkat bahunya. Ia sendiri tidak mengetahuinya karena ponselnya juga dalam keadaan sama. Yifan melihat ke sekelilingnya, beberapa kaleng bir kosong dan sebotol vodka yang masih utuh terlihat di berserakan.

"Apa kita tidak punya minuman biasa di sini?" Ujar Yifan.

"Kau pikir kita sedang camping?" Jawab Chanyeol ketus. Yifan melirik sinis ke arah pemuda yang masih menghabiskan rokok di tangannya.

Pada awalnya, Yifan tidak habis pikir dengan sifat Chanyeol yang sering berubah setiap saat tanpa bisa ia duga. Tapi setelah beberapa waktu ia habiskan dengan pemuda itu, ia mencoba mengerti dengan sifatnya meskipun hal itu terkadang sulit ia lakukan. Yifan kembali memandangi Chanyeol.

"Apa?" Chanyeol membuang rokoknya. Asap berwarna keputihan mengepul di antara bibirnya. Mata keduanya bertemu.

"Kau mau pulang sekarang?" Tanya Yifan, menghancurkan sihir aneh yang sedang menyelimuti mereka. Chanyeol memalingkan wajahnya. Kata pulang terdengar asing baginya, karena ia tidak pernah mengerti arti sebuah rumah.

"Kau bisa ikut denganku kalau kau tidak mau pulang." Kata Yifan lagi ketika ia melihat ekspresi wajah Chanyeol yang semakin terlihat murung.

Chanyeol mencoba untuk tersenyum. "Aku akan pulang. Aku harus mengambil mobil. Aku janji mengajakmu ke pantai, ingat?"

"Kita tunggu sampai Ayahmu berangkat kerja kalau begitu." Yifan kemudian beranjak dan duduk di samping Chanyeol. Dan seperti sudah dipersilahkan, Chanyeol menyandarkan kepalanya pada pundak Yifan.

Keheningan mengelilingi suasana pagi itu hingga Chanyeol akhirnya kembali membuka suaranya.

"Aku tidak bisa tidur semalam." Ucapnya pelan.

"Aku tahu."

.

.

"Jangan buat Ibu berpikir kalau Chanyeol adalah pengaruh yang buruk untukmu, Yifan." Kata Mrs. Wu ketika Yifan masuk ke dalam rumah.

Pemuda itu terkejut ketika Ibunya belum berangkat kerja. Waktu menunjukkan pukul 10.00 pagi kala itu.

"Sudah sarapan?" Ujar Yifan mengalihkan pembicaraan sambil membuka kulkas untuk mengambil air putih.

"Kau kemana saja?" Tanya Mrs. Wu masih belum menyerah.

Yifan menghela nafasnya. Ia tahu Ibunya hanya khawatir tapi ia juga tidak bisa menjelaskan begitu saja bahwa ia baru menghabiskan malam bersama Chanyeol dengan minum bir dan merokok. Ia yakin Ibunya akan terkena serangan jantung pada saat itu juga.

"Aku tidak melakukan hal yang tidak-tidak, Ma." Jawab Yifan sekenanya.

"Itu bukan masalah yang Ibu tanyakan. Kau baru pulang dari Beijing dan sudah keluyuran semalaman." Mrs. Wu melipat kedua tangannya di dada, masih menunggu penjelasan dari putra semata wayangnya itu.

PARADISEDove le storie prendono vita. Scoprilo ora