024.

4.5K 787 6
                                    

lee taeyong yang hendak membuka pintu depan mendadak dilanda mual tak tertahankan. perutnya serasa diaduk-aduk, sehingga lambung terpaksa dikosongkan. nyeri pada ubun-ubun menyusul, sehingga ia menyerah. kemeja berikut dasi terburai di lantai, sedangkan sang pemilik merebahㅡmerasai pegas di balik hamparan busa.

mungkin ini efek kelelahan tempo hari. tiap jengkal tulangnya seolah mencuat dari posisi semula. lalu, taeyong pun mendekati kloset seperti menit-menit sebelumnya (meski kali ini yang keluar hanyalah saliva dan pahit cairan empedu).

pukul sebelas siang, bunyi nyaring berdering ke penjuru kamar. taeyong mempercepat langkah untuk mengayun pintu. tak lekang rasa haru berkat dua sosok di baliknyaㅡten dan winwinㅡyang membawa kantung belanja masing-masing (ada secuil geram kala melihat winwin tersenyum canggung. ketidaksukaannya masih bersisa).

"kau tidak apa-apa, taeyong-ssi?"

taeyong, tentu saja, menggeleng. "maaf. rasanya ... sakit sekali. ini lebih mengesalkan dibanding biasanya."

"mengesalkan?" ten bingung antara memasang ekspresi takjub atau cemas.

"benar." jemari kurus taeyong menyusun telur di pintu kulkas. "mual dan pusingnya luar biasa, aku sampai kesal."

winwin terkekeh, ringan dan riang. "lucu, ya. kesal karena muntah-muntah." yang dibalas tatap tajam dari taeyong. rupa-rupanya dendam masih tersimpan.

"oh, iya." ten merogoh saku celananya. "taeyong-ssi, ini untukmu."

taeyong menerima pemberian ten dengan sukarela. "ini, kan ...." keringat dingin seketika mengaliri pelipis. firasat buruk menyergapnya bertubi-tubi.

"aku hanya curiga, taeyong-ssi." ten tersenyum miring. "mual, muntah-muntah, pusing, dan kelelahan. apalagi kalau bukan tanda-tanda kehamilan?"

TRES LECHES / JAEYONG.Where stories live. Discover now