⚠039.

5K 636 15
                                    

lee taeyong sungguh menganggapnya mimpi. bahkan setelah hari-hari terlewati, ia akan terbangun di pagi hari sambil bertanya-tanya mengapa jung jaehyun berbaring di sampingnya. saraf-saraf pada tubuhnya berkedut asing seraya menjeritkan delusi, meski sesungguhnya ialah kenyataan.

kejanggalan taeyong temui sebab jaehyun tidak menyentuhnya samasekali. maksudnya, yah ... mereka, kan, sudah resmi. omega itu belum mencapai masa heat-nya, tetapi menurut kalender harusnya sekitar dua-tiga hari lagi. ia menopang dagu sembari menatap layar televisi dengan pandangan kosong. pernikahannya terasa hambar karena curahan kasih jaehyun sekadar angin lalu. pria alpha itu terlalu sibuk dengan pekerjaannya, pulang larut malam, dan lebih banyak tidur ketika akhir pekan tiba.

sialnya, momen itu tiba di saat yang tak terduga-duga. sehari mengawali, tubuhnya gemetar oleh gejolak ragawi. panas, panas, panas. tangannya menggeliat selagi lengkung punggungnya berbaur dengan udara. ia bagaikan syahdu irama evaporasiㅡmenguap tanpa henti dan enggan kembali.

enam jam lagi. jung jaehyun baru menginjakkan kaki di rumah enam jam lagi. taeyong mendesah frustrasiㅡbagaimana mungkin dia menunggu jaehyun dalam rentang waktu menyakitkan itu? yang ada ia bisa kawin dengan alpha lain demi melepas segumpal kalor dari jengkal kulitnya.

ah, mengapa menjadi omega sebegini sulitnya? ketika rasionalitas tertutup kabut dan taeyong tak kuasa berpikir jernih, sepasang lengan menangkup pinggangnya dari belakangㅡmengirim daya kejut luar biasa bagi sang omega.

"jaeㅡhyun?" suaranya tenggelam bersama napas pendek-pendek. "ke-kenapa kau ada diㅡhaahㅡsini?"

lawan mainnya tersenyum miring. "sst, jangan berisik. lihat, kau sendiri sedang dalam urgensi." dan seketika, sentuhan sehalus kupu-kupu hinggap di dada taeyong.

"j-jae ...." jari-jari kaki taeyong bergetar nikmat, pening pada kepalanya pun makin menjadi-jadi. "... aku tidak tahan lagi."

jaehyun tak banyak bicara, hanya tangannya yang bergerak gesit. ia menanggalkan sweter taeyong dalam satu sentakan, lalu menjamah dengan indra peraba, saling bertabrakan.

━━━━

"jae."

taeyong yang separuh tubuhnya terbalut selimut, tampak konyol dengan wajah semerah tomat (tapi jaehyun suka) dan keringat meluncur di pelipisnya yang licin.

"hm? kenapa?"

ragu-ragu sang omega bertanya, "apakah kau mencintaiku?"

jaehyun sontak mengangkat kedua alis. "kenapa kau bertanya hal seperti itu?"

"aku pikir, kau mungkin menikahiku karena itu sebuah keharusan ...." taeyong menerawang. "... atau rasa simpati? kalau kau tidak menikahiku, mungkin aku akan memilih sendiri seumur hidup."

jaehyun terperangah. "tidak baik berpikiran seperti itu, taeyong-ie."

ada spasi di antara mereka setelahnya. baik taeyong maupun jaehyun larut dalam pemikiran masing-masing.

"taeyong."

"hm?"

"aku sudah menyukaimu jauh sebelum itu."

taeyong terkekeh lembut. "pembohong. sejak kapan?"

"aku tidak berbohong, sungguh." jaehyun menghadapkan jarinya ke arah taeyong. "kau diterima di kantorku karena ... aku jatuh cinta pada pandangan pertama ...." wajahnya seketika merah padam.

taeyong jarang melihat sisi manis jaehyun menjadi gemasㅡrefleks mengusap rambut sang alpha.

"ngomong-ngomong ..." taeyong mendekatkan bibirnya ke arah telinga jaehyun. "... kau masih mauㅡmelakukannya satu kali lagi, kan?"

jaehyun mafhum saja sebab taeyong sedang dalam masanya.

TRES LECHES / JAEYONG.Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα