040.

4.4K 493 13
                                    

minggu pagi, taeyong dan jaehyun mengawalinya dengan memasak sarapan bersama. tangan terampil sang omega menumis bumbu herbal selagi pasangannya mengiris tomat dan selada. ia bersikukuh pada diet terapannya (pun tidak ada salahnya untuk memasak hidangan sehat sekali-kali).

"kau terlalu banyak mengonsumsi makanan cepat saji, jae." taeyong memasukkan asparagus dan kacang-kacangan ke dalam tumisan. "jadi, hari ini spesial. ah, terima kasih juga karena telah membantuku."

membantu? jaehyun refleks mengernyit. apakah mengiris sayur dan berakhir melukai jari sendiri itu termasuk 'membantu'? atau apakah taeyong sedang menyindirnya?

"tidak usah memasang ekspresi bersalah begitu." taeyong berusaha menenangkan. "wajar, kok. nanti akan kuajari memasak sampai terbiasa."

era yang semakin maju tidak membatasi peran omega dan alpha dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. sudah banyak omega yang mampu menduduki posisi pemimpin (direktur, menteri, kepala cabang, pemilik restoran, dan lain-lain) dan alpha pun tak bisa terus-terusan berlindung pada sistem kehidupan dahulu. dengan keterbukaan yang ada, semuanya dituntut untuk bertahan hidup di tengah kerasnya persaingan antar manusia.

pengecualian bagi jaehyun, yang tidak pernah mengalami kesulitan finansial sejak lahir. ia tidak bisa memasak, memperbaiki ban mobilnya yang bocor, maupun mengoperasikan mesin cuci.

taeyong ingat betul. hari minggu kala itu, sang omega menghadiri reuni sekolah. tentu jaehyun menetap di rumah. saat taeyong hendak pulang, jaehyun tak kunjung menjemput. rupanya mobil miliknya perlu diperbaiki dan memakan waktu nyaris sejam. akhirnya ia pulang dengan taksi.

tidak hanya ituㅡadakalanya di sela-sela kegiatan memasak, urgensi ke kamar kecil menginterupsi. taeyong pun menitipkan masakannya pada jaehyun, yang selalu berakhir buruk sekali.

semenjak kejadian bertubi-tubi itu, taeyong baru mengetahui kekurangan-kekurangan jaehyunㅡyang selama ini dianggap alpha sempurna oleh rekan sejawatnya. lalu, taeyong berpikirㅡah, ini gawat.

taeyong pun mendedikasikan diri untuk mengajari hal-hal yang jaehyun tak bisa lakukan secara mandiri. ia tidak menyukai kehadiran orang asing di kediamannya, sehingga jaehyun tidak merekrut satu pun pelayan. semua urusan rumah tangga diurus oleh taeyong dan jaehyun (yang masih dalam tahap pembelajaran).

"kalau dipikir-pikir, taeyong-ie lebih banyak menguasai hal-hal yang sering kuanggap remeh." jaehyun menghela napas. "aku ini sungguh payah."

taeyong menggeleng. "bukan begitu, jae. kita lahir di lingkungan yang berbeda. karena itulah, aku mengajarimu nilai-nilai berjuang dalam hidup agar kau bisa menjadi mandiri."

tidak mendengar adanya respons dari lawan bicaranyaㅡtaeyong mencuri-curi pandang ke arah jaehyun. ia bergeming di tempat, sepertinya melamun.

"kenapa, jae? apakah kau tersinggung?"

seketika jaehyun kembali ke realita. "ah, maaf. aku malah sibuk melamun. tadi kau bilang apa?"

"tidak, kok. tidak usah dipikirkan," jawab taeyong sambil terkekeh. "nah, sudah matang. ayo kita makan."

semua peralatan makan tertata rapi di meja. taeyong dan jaehyun pun duduk berhadap-hadapan, lalu mereka mulai mengambil suapan masing-masing.

"ugh ...."

mendadak saja, taeyong menjatuhkan sendoknya. terkejut, jaehyun bangkit dari posisi duduknya.

"kenapa, taeyong-ie?"

"tidak apa-apa." meski berusaha menenangkan jaehyun, pucat pada wajah taeyong kentara sekali. "aku mau ke kamar mandi dulu."

kekhawatiran jaehyun memuncak kala mendengar suara aneh dari kamar mandi. ia menghampiri taeyong, mendapati bahwa omega itu berhadapan dengan klosetㅡsedang mengeluarkan isi lambungnya tanpa sisa.

"haaa ...." taeyong menarik napas sejenak. "jae, kenapa kau disini? baunya tidak enak ... ugh ...."

taeyong meluruhkan makanannya kembali. anehnya, di balik raut wajahnya yang menahan mual, ia tersenyum semringah.

TRES LECHES / JAEYONG.Where stories live. Discover now