028.

4.5K 764 35
                                    

taeyong berguling ke kanan dan kiri, sehingga winwin berusaha menahan tubuh sang pria agar tidak jatuh dari ranjang tinggi.

"taeyong-ssi, itu tidak baik untuk janinmu." winwin memegangi bahu taeyong. "kalau kau tak bisa tidur, akan kudongengkan sebuah kisah. itu jauh lebih baik."

si pemilik kamar menggeleng tegas. "aku masih terbayang-bayang."

"ini sudah seminggu, taeyong-ssi." winwin merapatkan jejarinya tepat di wajah taeyong. "seminggu, taeyong-ssi. seminggu, dan kau masih memikirkannya?"

taeyong memutar mata. "coba bayangkan. putar balik waktu sebelum kau dan yuta jadian. seandainya kau hamil ... kau tidak tahu siapa ayahnya, lalu yuta datang sambil melamarmu. aku berani bertaruh, kejadian itu terngiang-ngiang di kepalamu sebulan penuh."

"itu tidak mungkin." winwin memasang cengiran khasnya (diam-diam taeyong menangkap pipi mulusnya tersipu, tipis sekali). sweter kebesaran yang dikenakannya menutup sebagian dagu, sehingga kekehannya teredam oleh fabrik jelaga tersebut. "aku ini beta, mana mungkin bisa mengandung."

taeyong menyandarkan punggung. "itu hanya perumpamaan." jeda sebelum sepenggal ingatan terlintas di kepala. "sudah kubilang, jangan panggil aku taeyong-ssi. lama-lama kau terdengar seperti sajangnim."

"ah, benar." winwin mengerling jenaka. "bukankah sajangnim juga ingin dipanggil dengan 'jaehyun' saja?"

taeyong menimpuk kepala rekannya itu dengan sebuah buku dongeng. "kalau ketahuan sajangnim, kau bisa dipecat."

"tapi ... memang begitulah kenyataannya!" winwin menggerutu dalam hati. "aku akan mengadu pada sajangnim."

meski taeyong cukup tahu kalau winwin hanya bercanda, ia tetap bergumam rendahㅡbentuk kekesalan yang urung dilampiaskan.

━━━━

pukul tiga sore, jaehyun datang. paperbag berlogo daun musim gugur hinggap di meja makan. taeyong mengintip isinyaㅡlancang memang, tapi ia tak peduli. bolu labu utuh membuat liur terbit, namun seulur tangan menginterupsiㅡwinwin menepuk lengan taeyong, mendelik, lalu komat-kamit, "itu tidak baik, taeyong-ssi. bersabarlah, akan kupotongkan untukmu."

piring-piring mungil menyesaki meja sesudahnya, tak terlupa teko berisi seduhan teh. winwin sibuk menuang sirup mapel pada tiap irisan bolu labu, sehingga taeyong membasahi bibir, penuh ketidaksabaran.

"kau bisa makan duluan," ujar jaehyun tiba-tiba.

taeyong kikuk dibuatnya, malah tidak berani mencuil bolu sampai garpu milik jaehyun terjulur. sang alpha tersenyum tipis. "cepat buka mulutmu, taeyong-ssi. aku tahu kau suka sekali dengan bolu labu." sehingga taeyong terpaksa melahap sesuap. pipinya langsung bersemu merah.

"tidak usah sungkan. aku membelikan bolu ini untukmu." jaehyun terkekeh lembut. "maaf kalau aku tidak bisa berkunjung terlalu sering."

taeyong menegakkan punggung. "tidak apa-apa, sajangnim. anda pastilah sangat sibuk."

selanjutnya, tangan keduanya bertaut. taeyong yang gugup berkali-kali menggigit bibir. gurat kasar pada permukaannya malah mengayomi, sebab ada kehangatan terselubung. atmosfernya pun tidak berat menekan, berbeda jauh dengan pembicaraan di kantin berbulan-bulan lalu. aroma petrichor melengkapi keseluruhan, segar dan damai. tinggal sedikit lagi sampai taeyong jatuh dalam dekapan pria bermarga jung, apabila tidak dipecah dengan dering bel memekakkan telinga.

jaehyun bangkit terlebih dahulu, mencegah pergerakan taeyong. "biar aku saja."

namun taeyong keras kepala, sehingga langkahnya membuntuti dari belakang. tampaklah sosok yang paling dihindari taeyong saat ini, terpampang jelas di layar. wong yukheiㅡyang akrab dipanggil lucasㅡmembawa sebuket bunga (mawar merah menyala, bukti afeksi yang sebenarnya telah pupus). senyumnya tersungging, membuat taeyong gemas ingin menampar.

gabisa berhenti senyum pas baca komen bab sebelumnya. terima kasih banyak atas dukungannya♡

TRES LECHES / JAEYONG.Место, где живут истории. Откройте их для себя