1. Dimensi Setelah Kepergianmu

27.1K 2.2K 88
                                    

Enam bulan sebelumnya...

Langkah kaki Kuvvi berhenti di sebuah rumah yang begitu sering ia datangi. Rumah yang tidak berpenghuni lagi. Rumah yang pernah menyimpan berjuta kenangan. Rumah yang pemiliknya begitu ia rindukan. Rumah yang menyimpan befitu banyak luka yang mendalam. Saksi bisu kenangan indah terlewati.

Cewek itu terus melangkah hingga sampai di ruangan yang tidak bercat warna apapun. Tembok batu bata terlihat begitu saja. Hanya ada buku terserak di mana-mana. Sprei putih pun masih terpasang di ranjang yang ada di ruangan itu. Bau khas kamar yang telah lama tidak ditempati menyeruak ke hidung cewek itu.

Mata Kuvvi tertuju pada sebuah bingkai yang memajang foto dirinya tengah tersenyum riang bersama seorang cowok berkaca mata yang memeluknya dari samping. Ia tersenyum lirih memandang foto itu. Andai saja, waktu bisa diulang kembali, ia tidak akan melewatkan sedetik pun hari tanpa cowok itu.

Kuvvi tidak pernah membayangkan jika kejadiannya akan secepat ini. Rasanya, hidup Kuvvi sudah sangat beruntung, memiliki keluarga yang sangat menyayanginya, pacar yang begitu mencintainya, juga sahabat yang selalu ada untuknya. Keluarga, sahabat, pacar, paket lengkap sudah ia dapatkan. Namun, takdir merenggut salah satunya.

Alif, sahabat yang naik pangkat menjadi pacar Kuvvi selama dua tahun lamanya, harus menyelesaikan tugasnya di dunia. Hidup ini seperti suatu pertandingan maraton. Suka atau tidak suka, seseorang akan menuju ke garis akhir.

Hari itu, tepat anniversary hubungan mereka. Kejadiannya persis di malam minggu, dan Alif kecelakaan saat ia hendak pergi ke rumah Kuvvi.

Flashback on

Dengan piyama spongebob, Kuvvi berdiri mondar-mandir di teras rumah, menunggu seseorang yang berjanji akan datang. Beberapa kali ia melihat jam, namun, Alif tak juga datang. Minyak telon yang dipakainya di ketiak pun, sudah tidak tercium lagi, saking lamanya. Hand body di tangan pun sudah bercampur dengan keringat.

Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam, entah mengapa orang yang ditunggu Kuvvi tak kunjung menampakkan batang hidungnya. Biasanya, jam tujuh malam ia sudah nongol sambil membawa hadiah untuk Kuvvi.

"Belum dateng, Nak?" tanya mama Kuvvi yang baru dari dapur.

"Belum, Ma."

"Mama tidur bentar, ya. Bangunin aja kalo Alif udah dateng." Mama Kuvvi pamit ke kamar, sementara Kuvvi masih mencoba menelpon Alif.

Kuvvi tersungut-sungut. Padahal cewek berponi itu sudah memakai piyama bergambar kartun kesukaan cowok itu. "Kamu gak usah dandan cantik pakai dress kurang bahan buat nyambut aku. Gak usah formal banget. Pakek piyama juga gapapa. Tapi gambar spongebob," pinta cowok itu sore tadi.

Kuvvi mulai gelisah, ia mencoba menghubungi pacarnya itu, tapi, tetap saja, ponselnya masih tidak aktif. Sampai jam sepuluh ketika Kuvvi masih memakai piyama berwarna kuning itu, cowok itu belum juga datang.

Di sini Kuvvi kesal sekali.

Ia pun memutuskan untuk tidak menunggunya lagi.

Lelah.

Setelah mengunci pintu depan, ia bergegas ke kamar dan mengganti piyama itu dengan baju daster yang biasa dipakainya. Lalu memakai skincare sesuai urutan. Sambil menahan kesal, ia mencoba untuk memejamkan matanya. Entah mengapa, saat itu, matanya sulit untuk diajak kompromi. "Bodo amat mau dateng, mau enggak, bodo amat!" Dalam ucapan, ia seolah tidak peduli tapi, dalam hati, ia masih bertanya-tanya,

DIMENSI (Completed)Where stories live. Discover now