18. Dimensi Perdebatan

9.3K 1K 34
                                    

"Iya, Ma." Kuvvi menggantung handuknya di paku yang menancap di dinding kamarnya lalu berjalan keluar kamar. Pasti tamu itu adalah Alfa. Karena sepulang sekolah tadi, ia berpapasan dengan anak kecil itu. "Nanti sore, Alfa main ke rumah Kakak, ya!" serunya.

Ketika tiba di ruang tamu, Kuvvi mendapati Alfa sedang duduk bersama Nazo. "Hai, Kakak!" Anak TK itu langsung melambaikan tangannya.

"Hai, Ultraman! Mau main apa hari ini?" Kuvvi lantas duduk di samping Alfa.

"Eh mau minum apa? Nazo mau minum apa?" tawar Kuvvi seraya menatap dua beradik itu.

"Kak Kuvvi, ultraman suka nyusu, gak?" Tiba-tiba Alfa menanyakan sesuatu yang aneh.

Kuvvi tersenyum memandang Alfa. Ia nampak berpikir, apa yang harus sebaiknya ia jawab. "Ultraman minum susu, makanya dia kuat."

"Alfa mau nyusu aja, Kak. Tapi susu Alfa kan ada di ibu. Kak Kuvvi ada susu? Merk-nya child-kid." Alfa bertanya polos sekali.

"Air putih aja, Vi," potong Nazo. "Nanti aja, Dek, minum susunya. Pas di rumah." Ia meyakinkan adiknya.

"Alfa maunya sekarang, Kak. Kan Kak Kuvvi nawarin minum tadi." Anak kecil itu tetap pada pendiriannya.

"Kak Kuvvi gak punya susu, nanti aja, Ok?" ucap Nazo kembali meyakinkan anak kecil itu.

"Gak mau, Alfa maunya sekarang!" Bukan Alfa kalau langsung menurut tanpa berdebat. Dan bisa dipastikan, kalau tidak dituruti, Alfa pasti akan menangis, merengek tak berhenti.

"Bentar, ya, Vi. Gue balik ke rumah dulu. Bawain susu anak ini."

"Iya, Naz. Hati-hati."

"Dadah, Kak Nazo! Hati-hati, ya!" Alfa berseru ketika Nazo sudah berjalan ke depan pintu.

"Kamu minum susu berapa kali hari ini? Tumben pengen banget, biasanya  disuruh dulu, baru diabisin susunya."

"Alfa pengen aja, Kak. Kakak kan bilang kalo ultraman suka nyusu. Alfa kan mau kayak ultraman," Jawaban anak itu begitu polos.

"Oh, iya. Nanti susunya diabisin, ya. Kasihan kak Nazo udah susah-sudsah bikinin dan bawain susunya buat Alfa."

"Iya, Kak." Alfa menuruti setiap omongan Kuvvi.

"Alfa di rumah lebih deket sama Kak Nazo atau Abang Ansel?" Anak kecil itu menjawab kalau ia dekat dengan dua-duanya tergantung kondisi. Kalau mau jadi anak yang jahil, Nazolah temannya. Kalau mau diturutin permintaannya, Alfa memilih Ansel.

"Tapi galakan siapa? Kan Nazo atau abang kamu?" tanya Kuvvi lagi.

"Kak Nazo suka nyubit, Kak. Kalo abang, Alfa agak takut." ALfa berkata jujur.

"Kak, kita main ke kamar kakak, yuk! Alfa pengen liat kamar kakak." Mereka pun ke kamar bernuansa biru milik Kuvvi. Ranjang Kuvvi berwarna putih, sedangkan lemarinya berwarna biru. Kuvvi terinspirasi dari doraemon. Bukannya ia menyukai kartun yang memiliki kantung ajaib tersebut, ia hanya menyukai kombinasi warnanya. Kartun favoritnya adalah spongebob. Tapi ia tidak mau mengecat warnanya jadi kuning.

"Kamar Kakak gak bagus, gak ada wallsticker ultraman. Kamar Alfa dong, banyak wallsticker-nya." Tak lama kemudian, Nazo datang membawa sebotol susu cokelat untuk Alfa. Anak kecil berparas arabian blasteran bule itu meminumnya hingga habis. Spertinya ia memang haus.

"Aan lagi apa, Naz?" tanya Kuvvi.

"Aan? Abang gue?" Kuvvi mengangguk.

"Elo seenaknya aja genti nama dia. Jam segini kalo dia di rumah, biasanya tidur, kalo gak tidur, main PS, kenapa, Vi?"

DIMENSI (Completed)Where stories live. Discover now