55. Dimensi Panas

6.8K 1K 487
                                    

Hadooooh ngakak baca komenan, pada ragu ngarep si Ansel wkwkwkwkwk kenapa kalian lucu banget

Btw, anu, cuma mau ngasih tahu, kalo siaguskampret udah mencair berarti ceritanya udah mau tamat

Jangan kaget kalo ada tulisan "assalamu'alaikum" di akhir part entah part berapa, itu artinya ceritanya bener-bener tamat, bukan prank lagi.

Ini serius⚠️

Kedua orang itu begitu fokus mengobrol hingga tak sadar, sedari tadi ada seorang cowok yang menatap dan mendengar perbincangan mereka lalu berjalan menghampiri

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kedua orang itu begitu fokus mengobrol hingga tak sadar, sedari tadi ada seorang cowok yang menatap dan mendengar perbincangan mereka lalu berjalan menghampiri. Cowok itu lantas duduk di antara Kuvvi dan Ejak setelah menyuruh Ejak bergeser.

"Ganggu aja, sih, We!" rutuk Ejak.

"Selow, bentar doang, mau BAK gue." Awe beranjak dari tempat duduknya lalu masuk ke dalam rumah.

"Bukannya cepet-cepet, buruan! Nanti ngompol!" Seperginya Awe, muncul satu cowok lagi.

"An, nggak bisa tidur juga?" tanya Kuvvi berbasa-basi ketika cowok itu berjalan mendekat.

"Iya."

Di sebelah kanan Kuvvi, Ejak menggerutu, "Masih gue liatin ya, dua kali gue disuruh geser dari tadi," setelah Awe, kini Ansel menyuruhnya bergeser. "Segede apa, sih, badan lo, Sel?"

Ansel menoleh, "Lo ga usah." Ia menghentikan Kuvvi yang hendak bergeser, memberikan tempat untuknya.

"Biar gue aja, Pik!" sahut Ejak yang sudah memberikan ruang untuk sahabatnya itu, "Tidurlah, Pik, udah malem."

"Bentar lagi, ngabisin teh dulu," ucap Kuvvi masih memegang cangkirnya.

Ansel mengambil alih cangkir di tangan Kuvvi lalu meminum teh itu hingga habis. Ejak dan Kuvvi dibuat terkejut abang terheran-heran. Seorang Ansel, bisa seperti itu?

"Mingkem," ujar Ansel yang melihat Kuvvi melongo, ia menyuruh Kuvvi menutup mulutnya. Sebenarnya bagi anak mapala sejati, minum di gelas yang sama adalah hal biasa, tapi Kuvvi bukan anak mapala. Apalagi, jika Ansel pelakunya.

"Aku pamit tidur," Kuvvi beranjak seraya mengatur napasnya. Ia berjalan ke tendanya, menyusul Nazo yang sudah tertidur pulas. Meski tak begitu yakin, sehabis ini, ia bisa tidur atau tidak. Cewek itu menutup tendanya rapat-rapat.

Kini, tinggallah Ansel dan Ejak di sana. Mereka terdiam sejenak sampai Ansel bersuara, "Berhenti, Jak."

Ejak menoleh ke arah sahabatnya yang menatap lurus ke depan. "Berhenti apaan?" tanyanya.

"Manasin gue."

Ejak terkekeh, "gue berhenti kalo lo udah panas."

"Lo temen siapa?"

DIMENSI (Completed)Where stories live. Discover now