22. Dimensi Ikan Lohan

8.5K 1.1K 53
                                    

Mencoba tak terlalu memusingkan penderitaannya, ia pun meneruskan langkahnya ke pasar paling ujung. Tempat di mana ikan-ikan hias dijual. Ia berjalan cepat ketika melihat seorang cewek yang sedang ia cari-cari dari tadi tengah berdiri di toko ikan hias. "Nazo!"

Mata Kuvvi bergeser ke kanan. Ia agak terbelalak ketika melihat seorang cowo yang mirip dengan Nazo tengah berdiri menatap ikan lohan fokus sekali. "Aan!"

Cewek itu cepat-cepat menghampiri Ansel dan Nazo. "Kupi!" seru Nazo sementara cowok yang Kuvvi panggil Aan, tidak menoleh sama sekali. Lagian namanya memang bukan Aan.

Kuvvi langsung mengomel saat sudah berada di hadapan Nazo. "Kamu ninggalin aku. Aku nyari-nyariin kamu sampe mau pingsan. Liat nih kaki aku hitam semua."

Sebelum mengucapkan rasa kasihannya, Nazo menertawakan Kuvvi dahulu. "Kok bisa gini?"

"Ketubruk ibu-ibu."

"Ooh yaudah sabar aja. Ibu-ibu selalu benar. Gak boleh marah, nanti kualat." Nazo menepuk pundak Kuvvi.

"Iya. Kalo aku marah juga percuma. Nanti dijawab, 'siapa suruh berdiri di depan saya? Ketabrak kan jadinya'."

Nazo terbahak. "Yaudah, anggep aja kenang-kenangan pas pertama kali ke pasar."

Kuvvi mengangguk, ini memang pengalaman pertamanya ke pasar setelah ia pindah. "Naz, kok kamu bisa bareng Aan?" Ia berbicara seraya melirik cowok yang masih memperhatikan ikan yang jidatnya jenong.

"Oh, tadi kan gue nyariin elo, gak tahu kenapa bisa sampe ke sini, terus gue ngelihat abang gue lagi milih-milih ikan. Gue samperinlah dia. Nah, gak lama itu, elo muncul."

Kuvvi ber-oh panjang mendengar cerita Nazo. Sejurus kemudian, ia menghampiri Ansel yang masih fokus menatap ikan lohan. Duh, kalo gini pingin jadi ikan biar ditatap gitu, batin Kuvvi.

"Berapaan, Bang?" tanya Kuvvi pada penjual ikan.

"Yang ini dua juta."

"Waduh, kalo beli beras udah dapet tujuh karung, Bang."

"Emang segitu harganya."

"Setahu Kuvvi, ini ikan lohan golden base anakan, harganya empat ratus lima puluh ribuan per ekornya, ga sampe jutaan."

Penjual ikan itu terdiam. "Kalo ikan lohan golden base yang dewasanya, bolehlah kalo abang mau jual dua jutaan," lanjut Kuvvi.

Ansel yang mendengar ucapan Kuvvi refleks menoleh. Dari mana cewek ini tahu, jenis-jenis dan harga ikan lohan. "Kenapa, An? Kaget ya? Aku emang tahu kok jenis-jenis ikan lohan. Pasti kamu nyangkanya aku cuma tahu jenis-jenis lipstick aja kan?" Kuvvi nyengir.

Ansel tak menanggapi ucapan cewek itu. Ia menunjuk salah satu ikan yang ia suka. "Bungkus, Bang."

"Eh, jangan yang itu, An! Bakal jenongnya gak kelihatan. Gak bagus. Yang ini aja." Kuvvi menunjuk salah satu ikan yang cukup bagus menurutnya.

Nazo yang berdiri di samping Kuvvi ikut berceletuk. "Dia emang nyari ikan lohan yang kecil jenongnya, Pik."

"Hah?"

"Iya. Emang gitu dari dulu. Kalo ikan yang dia beli, udah muncul jenongnya, pasti ikan itu langsung dikasihin sama om Adit," papar Nazo lagi.

"Bungkus, Bang," ucap Ansel sekali lagi. Penjual ikan itu langsung menuruti ucapan Ansel.

"Abang, yang dibungkus itu harganya berapa?" tanya Kuvvi.

"Tiga ratus ribu."

"Sip! Tapi kenapa tadi yang anakan golden base abang jual mahal?"

DIMENSI (Completed)Where stories live. Discover now