Part 2. Flirting

2.3K 306 22
                                    

Sudah menjadi kebiasaannya setiap pagi, Taehyung akan mengunjungi apartemen Jimin lebih dulu sebelum melakukan kegiatannya sendiri. Mengetahui jadwal apa yang dimiliki kawannya di pagi hari dan memastikan pemuda itu benar-benar berlatih untuk menyiapkan pertandingan untuk beberapa hari kemudian. Pun, Taehyung juga akan berlatih bersama partner kerjanya tersebut hingga jam makan siang dan kembali berlatih lagi sampai petang.

Namun pada hari ini, ia terpaksa menjeda jadwalnya mengawasi dan berlatih bersama Jimin lantaran ada hal mendesak yang harus dilakukan. Satu hal yang cukup penting karena menyangkut tentang bisnisnya.

Taehyung membuka pintu ruang kontrol dengan tergesa, membuat seorang pegawai di sana berjengit kaget atas kedatangannya yang tiba-tiba―nyaris pula menyemburkan remahan roti yang tengah disantapnya. Pemuda itu membungkuk sepintas pada atasannya, sementara Taehyung segera menduduki spot kosong di sebelah kursi pegawai itu.

"Woojin, tunjukkan rekaman kamera pemantau seminggu belakangan," perintah Taehyung, yang segera dilakukan oleh Woojin tanpa banyak bertanya. Sepasang iris kelabu milik pria tersebut bergulir cermat mengawasi setiap rekaman yang ditunjukkan oleh pegawainya yang bekerja di bagian ruang kontrol.

"Berhenti! Playback sedikit. Cukup! Perbesar," tukasnya begitu mendapati satu gerakan yang mencurigakan dari seorang pengunjung kelabnya. Ia menajamkan pandangan, namun semakin diperbesar, wajah si pengedar kokain yang dicarinya justru semakin buram. Lebih-lebih, separuh wajahnya tertutupi semacam pilar kecil di bagian lantai dua kelab.

"Sial!" Taehyung menggebrak meja, "Sepertinya dia tahu di mana saja letak CCTV. Dia pasti bukan orang baru; sudah lama tahu tempat ini," ocehnya, sementara Woojin hanya mengangguk menyetujui ucapan bosnya selagi membetulkan letak kacamata yang melorot dari tempat semula.

"Mau saya tunjukkan rekaman lain, Pak? Barangkali ada yang lebih jelas." Woojin memberi solusi.

Taehyung meliriknya sekilas, mengangguk kecil tak lama kemudian. Ia mengawasi beberapa rekaman lain yang Woojin tunjukkan, tapi nyaris semua tangkapan memiliki hasil yang sama. Sudah jelas jika orang tersebut mengetahui setiap sudut dalam kelabnya dengan baik. Dan jika hal itu benar, maka bisa jadi itu adalah orang terdekat atau mungkin juga bisa salah satu pegawai di kelabnya.

"Park Woojin, kirimkan beberapa tangkapan layar dari rekaman itu ke ponselku, segera!" tegas Taehyung sembari berdiri dari kursinya.

"Baik, Pak!"

Lelaki itu akhirnya melangkah pergi dengan langkah-langkah cepat. Bersiul pelan memasuki kelab dan duduk di depan meja bartender. Matanya mengerling mesum kala mendapati seorang pegawai perempuan mengelap gelas-gelas basah dan beberapa botol anggur. Taehyung mengetuk-ngetuk permukaan meja menggunakan jemarinya, meminta atensi dari gadis blasteran Rusia yang masih saja sibuk dan memilih mengabaikan bosnya.

"Hai, Kels, masih sangat pagi untuk bekerja, bukan? Kelab buka pukul lima sore, Sayang," sapa Taehyung.

Mendengar si gadis mendengus dan meletakkan gelas dengan suara keras akibat sapaannya, membuat Taehyung tak mampu menahan gelak tawa untuk mengudara. Ketika satu picingan mata seram dilayangkan, lelaki tersebut barulah menghentikan tawa lantas berdeham-deham kecil.

Kelsi Song bukan bermaksud kurang ajar pada bosnya, tapi Taehyung tahu betul sejak awal gadis itu bekerja di kelabnya, ia sudah melabeli Taehyung sebagai bos super sinting yang hobi mengganggunya. Tidak dengan pegawai lain, hanya dirinya saja, hanya pada Kelsi saja. Bagaimana si gadis tidak merasa terganggu dengan itu? Padahal, ia sudah kerap memperingatkan Taehyung jika dirinya sudah bertunangan, tapi itu tak menyurutkan niat lelaki tersebut untuk menggodanya setiap waktu.

Benar-benar.

"Saya tidak akan bekerja sore nanti, Seika akan menggantikan saya. Jadi, saya mengerjakan pekerjaan sekarang dari pada Anda memotong gaji saya jika tahu saya absen," jawab Kelsi, berusaha tetap santun.

[M] Locked InWhere stories live. Discover now