Part 18. Propose

604 82 9
                                    

Hujan sudah mulai reda di sebagian wilayah Seoul. Meski rerintik masih tersisa, gelegar petir yang bersaut-sautan tak lagi terdengar memekakkan telinga. Kelsi duduk di atas lantai dengan segelas sampanye di tangan. Matanya sembab, namun sudah tak ada airmata yang meluruh jatuh lagi. Ia bukannya sudah melupa, hanya saja, sudah tak ada gunanya lagi menangis sebab Taehyung pun tidak akan pernah kembali padanya; pada dunia.

Kelsi membenturkan kepalanya ke kaca jendela, meneguk sisa sampanye dalam gelasnya.

Pemandangan kota dari atas sini begitu menawan, ia harusnya menikmati semuanya dulu bersama Taehyung sebelum petaka muncul secara tiba-tiba. Lelaki aneh itu pasti akan tersenyum dengan konyol dan bilang bahwa seluruh gemerlap lampu di bawah sana ia persembahkan untuk gadisnya. Kelsi bahkan menyesali perbuatannya, kenapa ia tak bersama Taehyung sejak awal saja; kenapa baru akhir-akhir ini ia sadar bahwa ada lelaki gila yang mencintainya sepenuh hati, bahkan rela mengorbankan nyawa untuk dirinya?

Kenapa baru saja ia memeroleh kebahagiaan yang selalu dicurahkan Taehyung pada setiap ucap dan perbuatannya, lelaki itu lantas pergi meninggalkannya bersama gumpalan rasa kecewa yang luar biasa besar?

Kelsi sekonyong mengerang, membenturkan kepala kian keras ke kaca jendela. Detik berikutnya, gadis Rusia tersebut kembali menuang sampanye ke dalam gelas kosongnya. Ketika lengan sudah terangkat dan siap menghabiskan minuman beralkohol itu sekali teguk, seseorang tahu-tahu merebut gelasnya dan meneguk minumannya hingga tak bersisa. Gelasnya kemudian dilempar serampangan dan pecah berserakan.

"Kau sedang hamil, kenapa malah minum-minum?!"

Kelsi tertawa mendengar nada marah yang begitu kentara dari lawan bicaranya. Gadis tersebut meraih botol sampanye dan meminumnya langsung dari sana.

Park Jimin membelalak, tidak menyangka jika respons Kelsi akan begitu mengejutkan. Tanpa banyak berpikir, lelaki itu lantas merebut botol tinggi tersebut dan menjauhkannya dari posisi Kelsi Song. Membuat si gadis mengerang dan mengucapkan serapah dengan suara berlenggok. Toleransi alkoholnya buruk, jadi bisa dipastikan jika gadis ini telah mabuk.

"Kembalikan minumanku!" katanya setelah mengeluarkan segala bentuk makian pada Jimin. Ia mencoba merangkak dan menjangkau posisi Jimin, namun justru jatuh tertelungkup di atas lantai. Kelsi kemudian tertawa. "Berengsek! Kalau begitu kembalikan Taehyung padaku!"

"Dulu kau membencinya, bukan?" Ucapan Jimin sukses membungkam mulut Kelsi. Gadis tersebut hanya melirik tajam ketika Jimin lantas berjongkok di sebelahnya. "Andai kau tidak pernah berurusan dengan Taehyung, semua ini tidak akan terjadi."

"Kau menyalahkanku?" Kelsi menyambar cepat, matanya kembali digenangi airmata.

Jimin tak segera menjawab, ia justru memosisikan dirinya duduk bersila di sebelah Kelsi yang masih tertelungkup di lantai. Hening sejenak, sampai akhirnya Jimin menyahut lirih, "Andai aku juga tak menyentuh Joeun hari itu, semua ini juga tak perlu terjadi."

Kelsi kemudian membalik posisi, ia telentang dengan menatap langit-langit apartemen milik Taehyung. Keempatnya salah, mereka berada dalam lingkaran yang tak seharusnya. Benar ucapan Taehyung padanya waktu itu, jika tak ada yang berniat memutus salah satu ikatan, maka hal buruk cepat atau lambat akan terjadi. Dan itu kini menimpa mereka, tepat setelah Kelsi meyakinkan dirinya untuk hidup bersama Taehyung selamanya.

Gadis itu memejamkan matanya sejenak, lalu membagi pandang ke arah Jimin yang masih menatap lurus ke luar jendela. Lelaki itu pasti yang paling menderita di sini, ia sudah ditinggalkan oleh teman dan juga saudarinya. Jimin mungkin tak akan menangis seperti Kelsi, tapi gadis itu sadar betul arti dari tatapan matanya yang sendu. Jimin sudah kehilangan topangan hidupnya.

[M] Locked InTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang