Part 21. Annoying Figure

682 87 10
                                    

Park Jimin itu pembohong, dan Lila harusnya tak memercayainya begitu mudah.

Lelaki itu bilang jika esok Lila tak akan mungkin berjalan dengan baik setelah berhubungan dengannya, tapi tidak perlu menunggu hingga esok, malam ini saja Lila sudah berhasil membuat para suster di rumah sakit cekikikan lantaran cara berjalannya yang aneh. Oh, benar-benar terkutuk si bedevil itu. Kenapa ia harus setuju untuk melanggar batasan, sih? Tetapi, Lila juga sadar bahwa Park Jimin memang hebat di ranjang. Ia sanggup membuat si gadis terbuai, menurut, dan merelakan segalanya.

Akankah ada hari-hari panas lagi di antara mereka setelah ini? Oke, hentikan itu, Lila Lee.

Gadis Lee tersebut menyusuri lorong rumah sakit sambil sesekali mengumpat. Setelah bertanya di mana letak kamar pasien yang dua malam lalu diantarkannya bersama Jimin ke rumah sakit ini, Lila perlu menaiki anak tangga menuju ke lantai tiga. Sialnya, gadis itu tak dapat menggunakan lift karena sedang dalam perbaikan. Kamar rawat yang terletak di ujung koridor juga membuatnya perlu berjalan lebih jauh lagi. Biasanya, ia sangat aktif dan akan berjalan atau berlari sangat cepat ketika mencari berita, tapi ini memang semua ulah Park Jimin dan kebodohan Lila untuk menuruti maunya.

Lila suka, kok, ia hanya tidak suka efek sampingnya.

Perempuan itu lantas menggeser pintu hingga terbuka, namun ruangan yang hanya diisi dua orang pasien itu tampak sepi. Satu brankar kosong karena belum ada yang menempati, satu brankar lain terdapat selimut yang diletakkan serampangan dan satu nampan berisi makan malam di atas nakas yang belum disentuh sama sekali; menandakan bahwa sebelumnya brankar itu ada yang menempati. Lila mengerutkan kening, lalu berjalan masuk dengan hati-hati.

"Halo, apa ada orang?"

Tidak terdengar jawaban. Ia menajamkan pendengaran dan berjalan perlahan menuju arah kamar mandi, tapi tempat itu gelap dan tak terdengar gemericik air dari dalam. Harusnya ia keluar saja dan memutuskan untuk pulang, beristirahat yang cukup, agar besok ia kembali fit saat masuk bekerja di redaksi. Tapi rasa penasaran menuntunnya berjalan semakin dalam. Jemari lembutnya menyentuh tirai dan menyibaknya sekali sentak, namun memang brankarnya telah kosong.

Dengan sedikit berlari, Lila keluar ruangan tersebut dan menuju ruang keperawatan. Ia meminta informasi sekali lagi dan tetap diberikan nomor kamar yang sama. Dengan raut wajah cemas, Lila kemudian berujar, "Tidak ada siapa pun di kamar itu, kau bisa memeriksanya sendiri."

Gadis Lee tersebut, bersama seorang perawat bermarga Hong kembali memeriksa ke dalam ruangan. Mereka mencari ke segala sudut dan tak menemukan si pasien di mana pun. Panik, Perawat Hong berlari menuju ruang kontrol yang terletak di lantai satu. Masa bodoh dengan nyeri di sekitar pahanya, Lila mengikutinya berlari menuruni anak tangga, meski sedikit tergopoh, namun ia masih dapat menyeimbangkan langkahnya dengan baik. Ia tidak dapat masuk ke dalam begitu sampai di depan ruangan yang dimaksud.

Menunggu selama beberapa menit, Perawat Hong keluar dengan wajah tak kalah panik. Ia berkata dengan napas sedikit tercekat, "Pasien sedang ada di atap, di lantai lima."

"Kenapa? Apa dia mencoba untuk bunuh diri?"

"Kami tidak tahu persis, tapi bagian keamanan sudah mulai naik ke sana."

"Aku akan naik juga."

Mengabaikan peringatan si perawat yang melarang Lila untuk naik, gadis itu justru melesat dengan cepat menuju lantai yang dimaksud. Napasnya terengah-engah di tengah perjalanan, tapi ia tetap meniti naik anak tangga satu per satu. Ia bahkan beberapa kali meringis menahan nyeri yang masih terasa, namun itu tak menghentikan langkahnya sama sekali. Oh, baguslah rumah sakit ini hanya memiliki lima lantai di masing-masing gedung, tak tahu bagaimana para perawat dan dokter bisa bertahan kalau tempat ini memiliki tiga puluh lantai jika suatu hari lift dalam perbaikan seperti hari ini.

[M] Locked InWhere stories live. Discover now