Part 7. Squabble

1.3K 184 45
                                    

Sudah sejak tiga puluh menit yang lalu, Kelsi tiba pada sebuah unit apartemen di bilangan Yongsan. Mengetahui informasi yang harus ia bayar dengan harga mahal―lantaran Park Woojin, si informan, sedang butuh cukup banyak uang―tampaknya tak membuat gadis tersebut lekas berlega hati. Pasalnya, jangankan untuk masuk ke dalam, Kelsi bahkan tak punya keberanian untuk sekadar mengetuk pintu atau menekan bel. Yang dilakukannya sejak tiga puluh menit terakhir hanya berjalan mondar-mandir di depan pintu―dan berharap si empunya tidak ke luar dalam waktu-waktu dekat ini.

Kelsi jelas sudah meneguhkan hati, sangat, namun ketika menjalankannya secara langsung, ada sesuatu yang mulai mengikis pilar kokoh dalam benaknya sedikit demi sedikit. Terbersit secuil keraguan, pula rasa takut yang tahu-tahu menyerang.

Lima hari tepatnya, ia berpikir sangat keras mengenai hal ini. Lima hari pula, usai kejadian di kelab saat itu, ia tidak pernah bertandang lagi ke sana karena telah resmi dipecat. Dan selama itu, pikiran Kelsi hanya berkecamuk tentang bagaimana ia meminta maaf kepada bosnya, Kim Taehyung. Rasa-rasanya memang mustahil, mengingat bagaimana perkataan Woojin saat ditemuinya dua hari lalu di sebuah kafe. Tentang bagaimana kepribadian bos mereka selama yang Woojin ketahui, dan Taehyung adalah tipikal orang yang sulit memberi maaf kendati telah melepaskan.

Kelsi memang tak banyak tahu, karena ia pun enggan menyelami lebih dalam tentang bosnya itu. Namun belakangan, setelah semua yang terjadi di antara mereka, Kelsi menjadi sedikit penasaran. Ia perlu mengumpulkan segelintir informasi sebelum hari ini memutuskan untuk mendatangi kediaman Taehyung.

Gadis tersebut masih sibuk meremas jemarinya sendiri; berpikir tentang apa yang seharusnya ia lakukan. Mengetuk atau menekan bel? Mana di antara itu yang akan membuat Taehyung tidak lebih marah dan tidak merasa terganggu? Tetapi, kedua opsi tersebut membuatnya makin tak dapat berpikir dengan benar. Tentu saja, keduanya tetap akan mengganggu si empunya meski Kelsi harus memutar otak seribu kali.

Suara kenop pintu yang terbuka membuatnya berjengit dan membeku di tempat. Tepat ketika itu, sosok Taehyung menyembul ke luar dengan menunjukkan tampang yang luar biasa masam. Ia berdiri di ambang selagi menatap Kelsi lurus-lurus, tampaknya ia sudah mengetahui keberadaan si gadis di depan apartemennya sejak tadi. Dan Kelsi menyesal karena terlambat menyadari, ada layar interkom yang tersemat di sebelah pintu. Jelas saja pemuda itu akan tahu.

"Mau berapa lama lagi mondar-mandir di depan apartemenku?" Taehyung bertanya dengan suara rendah khasnya yang kontan menimbulkan remang di tengkuk leher Kelsi. Pemuda tersebut menyandar pada kusen pintu, lantas melipat tangan di depan dada.

Kelsi belum menjawab, sekujur tubuhnya masih menegang sebab tertangkap basah oleh si pemilik. Ia masih ingin berpikir lebih lama lagi mengenai perkataan apa yang sesuai dikatakan nanti, namun kemunculan Taehyung secara tiba-tiba membuat otaknya semakin ruwet. Apa yang harus ia lakukan sekarang?

"Maaf jika mengganggu, saya datang untuk menjelaskan kejadian hari itu dan―meminta maaf atas kesalahan yang telah melibatkan Junwoo di dalamnya."

"Kau meminta maaf untuk lelaki itu?" Taehyung mencebik setengah geram. "Jawab aku, apa kau masih akan menikah dengan lelaki yang tidak punya masa depan begitu?"

Kelsi kontan bungkam. Ia merunduk dalam, menyembunyikan rasa malu yang sekejap menyeruak ke luar. Bagaimana ia harus menjawab? Taehyung baru saja memberi pertanyaan pamungkas yang paling ia hindari dalam percakapan. Dengan siapa pun, terutama dengan pemuda ini. Kelsi tidak ingin menjelaskan, namun sorot tajam Taehyung menampakkan hal lain; ia tengah menuntut Kelsi untuk segera menjawabnya.

Gadis tersebut berdeham singkat, mencoba mengusir kekalutan yang mendera hatinya. Sebisa mungkin untuk terlihat tenang, kendati dadanya bergemuruh dengan kencang.

[M] Locked InWhere stories live. Discover now