Part 3. Octagirl

1.9K 252 30
                                    

Dalam sejarah pertemanan mereka, belum pernah sekali pun Jimin mendapati Taehyung duduk tenang melamun sambil merokok seperti hari ini. Enam bulan lalu, ketika mengetahui pacarnya tidur dengan lelaki lain, pemuda itu tidak henti-hentinya menyebutkan nama hewan sekebun binatang. Setelahnya, ia sudah kembali hidup normal seolah tidak baru terjadi apa-apa. Taehyung tidak pernah meratapinya sampai terlihat seperti orang gila begini.

Bahkan saat Jimin sempat menjenggut kepalanya sebelum akhirnya menyiapkan peralatan untuk pertandingan malam nanti, Taehyung yang biasanya akan mengeluarkan segala sumpah serapah, hari ini hanya diam sambil mendesis pelan, lalu kembali mengisap rokoknya tanpa berucap apa-apa.

Jimin tahu jika saat ini Taehyung sedang dalam masalah. Bisnis kelab malam yang dirintis sejak lima tahun lalu itu kini disabotase oknum tidak bertanggungjawab dan ia bisa berurusan dengan polisi jika sampai itu terendus ke luar. Setelah tiga hari, belum juga ada jalan keluar yang berarti, ia masih kesulitan mencari tahu siapa pelaku pengedar kokain tersebut.

Tapi untuk saat ini, Taehyung harus berganti peran sebagai manager Park Jimin. Dan pemuda itu ingin Taehyung fokus sejenak pada pekerjaannya sekarang.

"Kau bisa lanjut merokok setelah pertandingan, Tae. Kita harus berangkat sekarang." Jimin menukas pelan, menjinjing tas hitam berisi perlengkapannya untuk bertanding nanti. "Seharusnya kau tahu jika menghirup asap rokok itu bisa memberi dampak yang lebih buruk dari si perokok sendiri. Bukankah kau juga yang memberi larangan agar aku jauh-jauh dari asap rokok?" lanjutnya sarkas.

Sekali lagi, hanya suara desisan samar yang tertangkap gendang telinga Jimin tatkala ia melewati posisi Taehyung. Pemuda Kim yang disindir akhirnya menghancurkan puntung rokok ke dalam asbak sebelum akhirnya menarik diri. Tanpa mengucapkan apa-apa, ia menyambar tas yang dijinjing Jimin dan membawa dalam genggamannya. Keduanya kini berjalan bersamaan menuju basement tanpa adanya obrolan.

Jimin mendesah, memerhatikan punggung Taehyung yang berjalan di depannya dengan heran. Rekannya itu sudah mirip pecundang yang kehilangan arah. Jika ini hanya tentang kelab dan si pengedar yang belum tertangkap, Taehyung tidak akan senelangsa ini. Pasti ada hal lain yang membuat lelaki Kim itu irit bicara sejak tadi.

"Kemarikan kuncinya." Taehyung bicara pelan, menengadahkan telapak tangan begitu mereka sampai di mobil milik Jimin.

"Biar aku yang menyetir," cetus Jimin, membuka pintu kemudi dan membiarkan Taehyung memutar melewati bagian depan mobil sebelum akhirnya masuk dan duduk di jok sebelahnya. "Syukurlah jika ternyata kau masih bisa bicara. Kupikir sebuah kecelakaan merenggut suaramu yang berharga itu―meskipun aku benar-benar ingin itu terjadi, sih."

"Bangsat!" Taehyung mengumpat selagi meletakkan tas jinjingnya ke jok belakang. "Akan kucekik jika kau masih bicara macam-macam. Aku sedang malas berdebat."

"Wow, aku takut, Man!" balas Jimin, mulai menyalakan mesin mobilnya. Ia melirik Taehyung yang tengah menatap lurus-lurus ke depan dengan tampang super masam. Dan Jimin tidak bisa menahan kikikan tawa saat melihatnya seperti itu. Ia mulai menjalankan mobilnya ke luar basement. "Kau sudah punya pacar baru?" tanya Jimin.

Kontan saja, Taehyung menoleh cepat ke arah rekannya tersebut. "Tidak, kenapa memang?" balasnya, masih memerhatikan Jimin yang tengah menyetir.

"Tidak, hanya saja kau jadi aneh." Jimin berkemam. "Atau kau baru saja ditolak? Makanya kau diam seperti orang bisu seharian ini?"

Taehyung mencebik jengkel. Ia memalingkan wajahnya dan kembali menyorot lurus, menempatkan satu-satunya fokus ke jalanan kota. "Sudah kuperingatkan untuk berhenti bicara macam-macam, bukan?"

Jimin mengendikkan bahu. "Ayolah, aku hanya penasaran. Apa ini soal kelab?"

"Bukan." Taehyung menjawab cepat, umpan Jimin termakan sempurna.

[M] Locked InWhere stories live. Discover now