Part 15. Bloody Scuffle

916 113 25
                                    

⚠ 18+ ⚠

Park Jimin bukannya tak menyadari adanya hal janggal yang terjadi. Sekembalinya Joeun secara tiba-tiba―tanpa melewati proses rumit untuk pembebasannya―ia semakin memperketat kewaspadaan. Rasa percaya yang semula diberikan sepenuhnya pada dua gadis ini, perlahan mengalami keretakan.

Joeun dan Lila, di antara mereka berdua pasti ada yang terlibat.

Beberapa kali, pemuda tersebut selalu melirik hati-hati, tak ingin terlihat mencolok jika tengah mengawasi. Lila tampak sangat cemas, pula Joeun menunjukkan ekspresi serupa. Keduanya beberapa kali menengok ke menara, memastikan tidak ada hal membahayakan yang terjadi. Tatkala senja berangsur-angsur pudar, satu dari mereka menyenggol lengan Jimin. Menimbulkan keterkejutan, serta tolehan refleks yang terlihat begitu cepat. Apa Jimin ketahuan?

"Kita harus ambil tindakan," ucap Joeun lirih, menggeser posisi supaya lebih dekat dengan Jimin. "Tidak akan ada yang berubah ketika kita hanya menunggu di sini."

Jimin membagi pandangan menelisik, hanya sejenak, karena setelahnya ia merasakan Lila meremas ujung kemejanya seraya mengangguk samar―seolah menyetujui usul Joeun.

"Kalau pun harus membuat tindakan, maka aku tidak ingin kalian terlibat." Jimin membalas tegas.

"Tapi kami juga tak bisa diam saja." Lila menimpali dengan suara seraknya, gadis tersebut tampak sedang menahan tangis.

Jika saja ia tak harus berpikir waspada saat ini, Jimin mungkin bisa menaruh simpati atau bahkan memberi kalimat penenang apa pun pada gadis ini. Ia dapat mengerti, saat mengetahui bahwa teman yang selama ini tampak begitu baik dimatanya, lantas berubah menjadi sosok keji yang belum tahu akan seperti apa perbuatannya nanti, Lila pasti syok berat; tak menduga sama sekali. Tapi jika dipikirkan lagi, ada yang tidak beres dengan kedatangannya. Tiba-tiba menjadi akrab dan masuk ke kehidupan mereka, memecahkan beberapa teka-teki, lalu kini ikut menghadapi masalah yang dilakukan oleh temannya sendiri.

Jimin patut mencurigai, keduanya berpotensi untuk menjadi pembohong dan berpihak pada lawan. Meski ia tak pernah mengharapkan mereka melakukan itu, terutama Joeun.

Sejenak melirik gadis yang belakangan memikat hatinya tersebut, Jimin kemudian membuang napas berat. Ini sudah lewat dari waktu yang diperkirakan Taehyung untuk ke luar dari tempat itu―menandakan bahwa sekarang memang waktunya untuk Jimin melakukan sesuatu. Ia mengambil sebongkah batu berukuran cukup besar, menimbangnya beberapa kali sembari berujar, "Lari ke arah timur setelah aku melempar batu ini, cari jalan memutar dan temui aku di sisi barat menara," katanya kepada Joeun dan Lila.

Tak ada yang bertanya lagi, kedua gadis tersebut mengangguk bersamaan. Jimin segera mengambil kuda-kuda, mendorong mereka berdua agar sedikit membuat jarak. Dalam dua sekon setelahnya, ia melemparkan batu dengan segenap tenaga menuju arah berlawanan. Bunyi keresak membuat dua penjaga tersebut terkesiap, satu di antaranya berdiri dan segera menuju sumber suara, sementara satunya masih berjaga di depan menara.

Joeun dan Lila sudah berlari menuju arah yang ditunjukkan Jimin, sedang pemuda tersebut mengambil sebuah potongan besi terbengkalai yang tampaknya telah ada di tempat itu dari cukup lama. Ia berjalan maju tanpa rasa takut, menodong tongkat besi tersebut dan mengayunkan cepat mengenai kepala si penjaga sebelum lelaki itu sempat membuat tindakan apa-apa. Tubuhnya ambruk tak sadarkan diri tak lama kemudian. Tapi Jimin belum bisa berlega hati, seorang penjaga lain yang semula dikecohnya, kembali dengan wajah terkejut saat mendapati ia telah melumpuhkan temannya.

Lelaki besar itu menerjang maju tanpa tendeng aling-aling, membuat Jimin harus melayangkan kembali tongkat besinya ke arah kaki Sang Lawan. Melihatnya tersungkur, Jimin segera melakukan tendangan ke bagian belakang kepala, namun berhasil ditangkis dan membuatnya ikut terjatuh ke tanah. Ketika lelaki itu berbalik menyerang, Jimin melakukan pertahanan dan menggunakan trik kecil yang biasanya ia pakai saat pertandingan; sebelah tangan digunakan menangkis, sementara sebelahnya ia siapkan untuk memberi pukulan lurus mematikan. Saat dirasa waktunya telah siap, ia melayangkan pukulan tersebut dan mengenai tepat di ulu hati lawannya. Lelaki itu beringsut mundur, lantas terjatuh tidak sadarkan diri tak lama kemudian.

[M] Locked InWhere stories live. Discover now