Part 4. Get Out!

1.7K 237 27
                                    

Taehyung
| aku butuh bantuan

apa |

| datang ke kelab
| sekarang!

×

Park Jimin mendesis tipis selagi melajukan motornya ke luar basement. Sekeluarnya ia dari apartemen tadi, jam masih menunjukkan pukul delapan lebih lima menit. Ia memang tidak memiliki jadwal tanding malam ini, pun Jimin berniat melakukan healing time usai pertandingan kemarin malam. Tetapi, rencananya untuk ngaso semalaman gagal hanya dengan pesan singkat yang diterima dari Taehyung baru saja.

Sejak pagi, Jimin memang belum bertemu Taehyung―yang biasanya lelaki itu akan merusuh di gym dan menggoda para pengunjung perempuan yang melakukan senam zumba, batang hidung Taehyung bahkan tidak terlihat di meja makannya untuk menyicip kacang almond seperti hari sebelumnya. Ia juga tidak menghubungi Jimin jika memang terjadi masalah. Hanya pada malam ini saja tahu-tahu pesan singkatnya meluncur ke ponsel Jimin dan seperti tanpa dosa meminta bantuannya.

Jimin menduga ini pasti masalah wanita yang waktu itu―kalau bukan, ya, berarti soal kelab.

Motornya dibelokkan tajam saat tiba-tiba seseorang menyeberang sembarangan. Beruntung Jimin tidak mengendarainya dengan kecepatan tinggi, jadi ia bisa dengan cepat mengerem dan berhenti. Ia membuka kaca helmnya dan berniat memaki si penyeberang, tapi kata-katanya mendadak hilang, terbawa angin malam.

Dua kali, mata mereka bertemu tanpa sengaja. Jimin jelas sanggup mengingat dengan baik gadis berambut pendek yang nyaris tertabrak motornya ini. Mungkin, jika ia tidak paling menonjol di antara teman-temannya, Jimin tidak mau repot-repot mengingatnya. Lantas kini, keduanya seolah terhipnotis sehingga tidak menyadari posisi yang masih berada di seperempat jalan.

Jimin turun tergesa dan buru-buru menarik lengan wanita itu ke pinggir trotoar. Saat melihatnya dengan jelas, ia baru menyadari jika wajah si wanita basah dengan mata memerah; ia tengah menangis. Napasnya masih memburu dan berulangkali berusaha melepaskan jeratan tangan Jimin pada miliknya.

"Cari tempat lain untuk bunuh diri." Jimin menghakimi, sebelah tangannya melepas helm yang dikenakan. "Kau mungkin akan bebas setelah mati, tapi yang menabrakmu akan dihukum dengan tuduhan pelenyapan nyawa seseorang," tukasnya sarkastik.

Wanita itu masih menangis, mengentak-entak tangan Jimin dengan kasar. "Lepaskan!" geramnya dengan suara serak. Mau tak mau membuat Jimin mengendurkan cengkeraman dan melepasnya tak lama kemudian. Wanita itu menuding Jimin tepat di depan matanya. "Jangan mengurusi hidup seseorang, dan jangan sok tahu, Tuan!" katanya memperingatkan. "Aku sedang buru-buru, bukan berniat bunuh diri, asal kau tahu saja!" si wanita menghadiahkan tatap tajam sekali lagi sebelum akhirnya berlari cepat menyeberangi jalan ketika cukup lenggang.

Jimin berkemam. Mengusap tengkuk lehernya dengan canggung seraya memperhatikan sosok mungil itu berlari meninggalkannya. Orang-orang yang kebetulan melintas di trotoar tampak terkikik melihatnya. Namun, ia buru-buru naik ke motornya lagi saat menyadari ada gerombolan remaja yang berlarian ke arahnya.

"Itu Park Jimin!"

"Benar, The J Bedevil yang tampan itu!"

"Park Jimin! Park Jimin!"

Jimin kontan melajukan motornya dengan kecepatan tinggi ke tujuan awal―serta menghindari kelompok gadis muda yang tampaknya sudah menyadari identitasnya. Tidak ada waktu jika ia harus meladeni setidaknya tujuh gadis itu. Taehyung sedang membutuhkannya. Dan ia tidak bisa lama-lama di tempat itu setelah kejadian memalukan yang baru saja terjadi.

Demi Tuhan, Jimin hanya berusaha mengingatkan―dan ikut menekan angka bunuh diri di Negaranya. Soalnya, ia tidak berpikir banyak hal lagi saat melihat kondisi si wanita yang sangat mendukung; tampak seperti orang putus asa dan hanya berpikir jika bunuh diri adalah satu-satunya cara yang dia punya. Tapi rupanya, ia keliru. Jimin tidak yakin bisa tenang saja jika mereka bertemu lagi di lain kesempatan.

[M] Locked InWhere stories live. Discover now