Part 9. Another Scars

1.1K 154 24
                                    

18+

Jimin mungkin seringnya tidak berpikir dulu sebelum bertindak; selalu gegabah mengambil keputusan, tidak bisa tenang dalam memikirkan suatu hal, dan turut serta membawa emosi dalam setiap masalah. Namun pada akhirnya, ia selalu bisa mengendalikan keadaan―meski harus memutar otak berulang-ulang demi meluruskan masalah yang terjadi. Mungkin, memang seperti itu. Tapi jika sudah berhubungan dengan Joeun, ia jadi agak terencana.

Barangkali ada sesuatu yang mulai tumbuh di dasar hatinya, entah perasaan seperti apa, namun yang jelas bukan rasa yang bisa disebut sebagai kasih sayang, hanya setitik kepedulian saja lantaran di mata gadis itu, ia bisa melihat kekalutan dan rasa sakit yang teramat besar. Untuk itu, Jimin selalu ingin berpikir matang-matang dulu sebelum bertindak mulai sekarang―oke, mengecualikan tindakannya di lorong gedung Under Pride tadi, tapi itu pun sanggup ia kendalikan di akhir. Masih bagus ia tidak memaksa untuk mencium Joeun tadi, jadi itu bisa dihitung sebagai salah satu pengendalian dirinya yang baik.

Figur gadis itu terasa mulai mengisi rongga kosong dalam diri Jimin. Entah bagaimana caranya bekerja, masih menjadi rahasia semesta. Jimin hanya merasa sedikit tenang saat menemukan sosoknya; seolah bersinar di antara ribuan orang. Ah, rasanya lelaki itu sudah mulai melantur karena belum juga mendapat kabar dari Taehyung. Sialan, Jimin jadi gusar sendiri, padahal pertandingannya kurang lima belas menit lagi. Dan jadi agak aneh saat Taehyung tidak hadir bersamanya dalam pertandingan, sebab lelaki itu belum pernah sekali pun absen menemaninya.

Mengingat Taehyung, Jimin jadi mengorek kembali memorinya lima tahun silam; saat awal mula pertemanan mereka bisa tercetus. Gambaran hari itu masih teringat jelas dalam otaknya, di mana Taehyung yang semula menghajarnya karena ketahuan baru saja mencuri di pub, lalu menawarinya untuk makan dan memberi obat-obatan. Jimin masih bukan siapa-siapa saat itu, ia menjadi gelandangan selama separuh hidupnya dan begitu pun saat Taehyung menemukannya. Lelaki itu kemudian mengajaknya untuk bangkit bersama-sama melawan dunia yang begitu memuakkan, lantas tahu-tahu menawarinya untuk belajar beladiri.

Jimin awalnya sempat ragu menerima segala kebaikan lelaki tersebut, karena agak aneh saja masih ada orang yang peduli pada zaman sekarang ini. Tetapi, ia menemukan bahwa Taehyung memang sebaik itu. Setelah kedua orangtuanya meninggal saat usianya sembilan belas tahun, rasa kesepian meluap pada diri Taehyung. Sebagian harta peninggalan mereka, ia gunakan untuk bermain judi karena ajakan seorang teman. Tapi di sana, Taehyung ditipu habis-habisan dan membuatnya berada dalam krisis. Baru setelah sadar dan uang yang dimiliki tinggal seperempat, Taehyung punya ide membuat pub kecil di pinggiran kota. Tanpa diduga, tempat tersebut justru menjadi semakin besar dan lebih besar lagi di tahun-tahun setelahnya.

Jimin bisa melihat itu dari nol karena Taehyung mengajaknya bekerja di tempatnya untuk menebus kesalahan daripada dilaporkan ke polisi. Hubungan yang semula antara bos dan bawahan, mendadak berubah semakin dekat dan memiliki nilai. Jimin seolah ikut bertanggung jawab pada Taehyung setelah kini namanya menjadi sangat besar. Begitu pun pengaruh lelaki itu pada diri Jimin memiliki kapasitas yang sama, ia akan merasa tenang jika Taehyung berada di sekitarnya. Oh, tidak, jangan sebut Jimin rasa keju. Pertemanan mereka memang seperti itu, meski pada kehidupan sehari-hari banyak sekali kalimat tak terpelajar yang melolos dari katup bibir masing-masing.

Setidaknya, jalur pertemanan yang semacam itu bertahan lebih lama daripada terlalu menuntut untuk menjadi sempurna. Benar?

"Jangan cemas begitu, kau harus fokus, ini pertandingan penting, Jim." Sanghyuk, salah satu anggota tim dari kelas beladirinya, berucap pelan. Memberi sedikit sokongan, kendati tampaknya itu tidak berpengaruh banyak.

Jimin mengusap wajahnya. Sorotnya mencermati iris Sanghyuk sejenak, lantas helaan napas berat menguar. "Si Kim tengik itu yang membuatku gusar, kalau ada apa-apa bagaimana?"

[M] Locked InWhere stories live. Discover now