Part 14. Break The Puzzle

855 114 13
                                    

Lila Lee mungkin tak mengenal semua orang yang kini duduk semobil dengannya. Sebatas mengetahui namanya saja, Lila belum berhasil. Namun, gadis tersebut sadar ini bukan waktu yang tepat baginya mengetahui siapa mereka dan bagaimana latar belakang masing-masing. Ia mungkin penasaran, siapa yang kini tengah mereka cari dan apa hubungannya dengan mereka bertiga. Sebab, sejak duduk berdua dengan seorang perempuan berambut sebahu di jok belakang, Lila dapat merasakan ketegangan yang melingkupi perasaan ketiganya. Ia sendiri bahkan tak mengerti kenapa akhirnya melibatkan diri―mengantarkannya ke tepi jurang masalah secara tak langsung.

Lila hanya menyebut ini sedikit bantuan kepada teman baru.

"Aku yakin ada petunjuk lain." Teman Jimin―seseorang yang bertampang paling pucat di antara lainnya―berujar rendah. Sejak keberangkatan mereka ke arah barat (arah terbenamnya matahari), lelaki tersebut belum ingin melepaskan pandangan dari kotak musik dan cermin yang terpaksa di bawa. Mereka telah memecahkan satu teka-teki, barat adalah arah yang harus dituju. Namun, satu petunjuk lain masih memburam, belum berhasil ditemukan. Apa yang tersimpan di balik kata apeiro ini?

"Infinity bukankah bisa digambarkan dengan angka delapan, ya?" sahut Jimin tiba-tiba.

Gadis di sebelah Lila mengangguk cepat, "Benar juga, mungkinkah itu arah jarum jam? Jam delapan?"

"Kurasa bukan." Lila menimpali, memikirkan segala kemungkinan yang tersembunyi di sebalik kata tersebut. "Arah telah ditunjukkan oleh kata sebelumnya. Jadi, kata selanjutnya tidak mungkin berupa arah juga."

"Aku setuju," ucap teman Jimin buru-buru, memandang ke arah Lila dengan segudang pengharapan. "Tapi apa artinya ini? Apa yang dimaksud dengan tak terbatas?"

"Coba pikirkan secara sederhana, apa menurutmu sesuatu yang tidak terbatas?"

"Cinta?" Jimin menjawab, tepat ketika mobil berhenti di perempatan lampu merah. Membuat semua penumpang memandang ke arah lelaki itu.

Teman Jimin mendecak, "Kau harus tahu seberapa kompleksnya sesuatu yang baru kau ucapkan itu," katanya, raut wajahnya berubah sendu dalam sekejap. "Tak terbatas, namun begitu rumit. Apa yang bisa kita temukan dari kata itu memang?"

"Tempat yang biasanya digunakan orang-orang Korea berkencan, barangkali?" Jimin masih bersikeras.

"Tidak ada tempat seperti itu di arah yang kita tuju, hanya ada hutan dan laut―"

"Tunggu, laut?" Lila memotong cepat, seluruh pandangan kini beralih padanya―kecuali Jimin yang hanya melirik, sebab ia harus fokus memerhatikan jalan usai mengemudikan lagi mobilnya. "Mungkinkah tempatnya di dekat laut? Lautan juga tak terbatas."

"Tidak, Joeun bilang ia tak mendengar suara ombak atau semacamnya."

Lila hanya menatap sesaat sosok gadis yang baru disebutkan oleh teman Jimin tersebut. Keempatnya terdiam dalam rentang yang cukup lama. Memutar otak kembali tentang segala kemungkinan yang bisa terjadi. Lila memerhatikan ke luar, mobil telah meninggalkan areal perkotaan dan menuju jalan-jalan hutan. Jika arahnya benar, maka mereka dapat menemukan keberadaan sosok yang tengah dicari dalam radius ini. Namun, tentu saja ada kendala yang dihadapi; hutan di daerah ini cukup luas, sementara mereka hanya berempat dan tidak mungkin bisa menemukan dalam waktu singkat. Sedang gadis itu tahu betul, mereka harus secepatnya menemukan tempat yang dipetakan oleh si penculik, karena jika semakin lama berputar-putar dan malam akhirnya datang, kabar buruk akan tiba esok pagi tanpa diundang.

Lila sendiri―terutama ketiga orang yang bersamanya kini―tak menginginkan hal itu sampai terjadi. Ia mendengar selenting informasi, hanya saja tak terlalu jelas. Kalian tahu, seorang laki-laki yang tengah patah hati akan menjadi lebih mengerikan dari pada monster. Dan bagaimana jika itu ada dua?

[M] Locked InTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang