LIMA

34.9K 1.3K 51
                                    

"Saya anak dari orang yang membunuh orangtuamu."

"Sebaiknya kau tidur sekarang. Masih banyak waktu untuk menjelaskannya. Mulai saat ini kau akan tinggal di sini. Selamanya."

Pria itu meninggalkan kamarnya tanpa berkata apa-apa lagi. Ia meminta pengawal di depan kamar itu untuk mengunci pintu. Juga diperintahkannya pengawal untuk tidak membiarkan Irina untuk meninggalkan kamar. Jika hal itu sampai terjadi, Calvi mengancam akan memutilasi kepala pengawal itu.

Tentu pengawal itu menurut. Bukan hal yang berat bagi Calvi untuk membunuh. Dia sudah biasa melakukan kekerasan sejak remaja.

Dari kamar Irina ia berjalan ke ruang kerjanya. Di sana sudah ada anak buah setianya, Marko.

"Bos, untuk mengingatkan saja Irina adalah adik Almer," kata Marko. "Kita tidak bisa membiarkan dia hidup, Bos."

"And then what? As she gets out from here she'll be killed right away," jawab Calvi santai. Ia duduk di sofa. "Almer berurusan dengan orang yang salah. Saya, Moreno Danishwara, dan yang paling fatal Pavel Sotomayor."

"Saya tahu, Bos, tapi...."

"Get out, Marko," perintah Calvi.

Anak buahnya menurut. Begitu ia sendiri di ruang kerjanya, ia memikirkan pertanyaan Irina padanya. Lalu kenapa kau biarkan saya hidup? Saya anak dari orang yang membunuh orangtuamu. Terus terang Calvi tidak tahu jawabannya. Dia dendam sekali pada keluarga itu. Sudah lama ia mengincar Almer dan membunuhnya dengan tangannya-dan berhasil. Tapi mengapa ia lemah sekali ketika ia melihat Irina?

Hari ini bukan pertama kalinya ia melihat Irina. Dia sudah melihat perempuan itu berkali-kali ketika ia memantau rumah besar Almer. Dua bulan lalu, ketika bisnisnya mulai redup, dan polisi mulai menangkap pelanggannya satu per satu, ia menyuruh anak buahnya untuk mencari tahu siapa dalangnya. Tak lama setelah itu anak buahnya datang melaporkan bahwa orang-orang yang ditangkap polisi adalah orang bayaran Almer berdasarkan hasil mutasi rekening mereka. Sejak itu Calvi mulai menguntit Almer. Mencari tahu kegiatannya. Dan mencari tahu dengan siapa musuhnya tinggal.

Di balik mobil Crowne-nya, dengan bantuan binokular ia bisa memperhatikan kegiatan di istana Almer dari jarak jauh. Ia bisa melihat perempuan yang duduk di dekat jendela lantai paling atas. Mula-mula ia tidak tahu siapa perempuan yang hobi duduk di atas sana. Kepada anak buahnya ia beralasan ingin lebih dekat mengobservasi tempat tinggal Almer. Namun pada kenyataannya ia lebih lama memandang perempuan di balik kaca jendela itu.

Ketika bisnisnya semakin ambruk, dia tidak bisa menoleransi Almer lagi. Kali itu Almer bukan hanya menghancurkan bisnisnya. Calvi dengar dari suruhannya, Almer mulai mengusik bisnis-bisnis mafia lainnya seperti Moreno dan Pavel. Moreno yang punya bisnis judi itu mulai murka dengan Almer yang juga membuka bisnis yang sama, dengan strategi mencuri pelanggan-pelanggannya. Sama dengan yang dihadapi Pavel. Bisnis prostitusi Pavel juga sama diusiknya oleh Almer. Calvi tahu, cepat atau lambat, Almer akan mati.

Dia tidak mau orang lain yang membunuh Almer.

Dia ingin dia sendiri yang melakukannya. Dengan tangannya.

"Bunuh semua orang di rumah ini," perintahnya sebelum mengepung rumah Almer. "Kecuali Almer dan adiknya."

"Adiknya perempuan, Bos. Boleh kita...?" Anak buahnya tersenyum mesum penuh maksud.

"Kali ini jangan ada perkosaan," kata Calvi tegas. "Setelah kalian pastikan tidak ada satu pun anak buah Almer yang hidup, bawa dia ke garasi bawah tanah rumahnya. Di sanalah mereka akan bersembunyi."

"Bos, tahu dari mana mereka akan di garasi?" tanya anak buahnya yang lain.

"Karena di sanalah mereka bersembunyi saat orangtua mereka dibunuh."

Obsesi sang MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang