DUA BELAS

23.1K 935 54
                                    

"Bukankah saya mengatakan bahwa saya ingin anak darimu?"

"Ada banyak perempuan di dunia ini. Tidak harus saya."

"Banyak hal yang kau tidak mengerti tentang saya, Irina. Dan saya pastikan nanti setelah kau jadi istri saya, saya akan ajarkan kau bagaimana menjadi istri yang baik...untuk saya." Pria itu menatapnya dingin. Dia menutup jendela lalu kembali memandang perempuan itu. "Kau ingin tahu mengapa saya membiarkanmu hidup dan menjadikanmu sebagai istri saya?"

"Ya."

"Karena Almer menimbulkan kerugian pada saya. Dan sejak kau tidak punya harta, alangkah baiknya kau mengganti kerugian itu dengan memberikan tubuhmu dan anak laki-laki."

"I see. Jadi aku adalah alat untuk membayar utang kakakku."

Calvi heran ketika ia melihat wajah perempuan itu berlumur kecewa. Apakah perempuan itu mengharapkan lebih darinya? Tidak, Calvi tidak akan jatuh pada triknya. Semua perempuan yang ada di hidup Calvi tidak ada harganya kecuali ibu pria itu.

Perempuan pertama yang ia bunuh adalah simpanan ayahnya. Saat itu usianya masih tujuh tahun. Dia tidak sengaja melihat ayahnya sedang berciuman di kebun belakang rumah. Setan alas masuk ke tubuh Calvi. Dia mengambil pisau dari dapur, dan kembali ke kebun. Setelah ayahnya selesai menggauli perempuan itu dan masuk ke dalam rumah, meninggalkan perempuan itu seorang diri di semak-semak, Calvi menghampiri perempuan itu.

Ditusuknya dada perempuan itu berkali-kali.

Dia tidak menyesal melakukannya. Justru rasa haus akan membunuh itu terus menantang keberaniannya. Dia terus mencari mangsa. Membunuh semua orang yang berani bermain-main dengannya dan keluarganya. Semuanya sempat berubah saat ia bertemu Dewi.

Dewi mengajarkannya cinta Perempuan itu tulus padanya, memperhatikannya dengan kasih sayang, dan memperlakukannya dengan lembut. Sebelum ia memergoki Dewi bersama sahabatnya, Calvi tidak pernah membunuh lagi. Calvi tidak pernah nakal dengan prostitusi. Namun semua itu sia-sia. Tidak ada Dewi yang mencintainya. Semua yang dilakukan Dewi padanya tak lain taktik perempuan itu agar bisa mendapatkan kekayaan Calvi!

Ia keliru berpikir bahwa Dewi adalah segalanya. Ia bodoh menganggap Dewi adalah cinta sejatinya. Ia tolol mengira bahwa kebahagiaannya adalah menjadi ayah dan suami yang baik.

Jauh di lubuk hatinya yakin, bahwa dia tidak pantas menjadi ayah dan suami yang baik setelah kejahatan yang pernah dilakukannya.

Dia adalah Calvi Soekmabintoro. Pria dengan segala bisnis jahanam yang tak segan-segan mengotori tangannya sendiri untuk mendapatkan apa yang diinginkannya.

Dan kali ini, keinginannya adalah menyiksa perempuan yang notabene adik dari musuh bebuyutannya. Walaupun Almer sudah mati, rasa puas itu belum kunjung hadir di hatinya. Dia masih merasa terdesak untuk terus menyakiti adik musuhnya!

"Kita akan menikah. Siapkan dirimu," kata Calvi dingin. Dia bergegas mendekati pintu kamar.

"Tunggu."

Calvi membalikkan tubuhnya.

"Saya tahu kita tidak mungkin saling mencintai. Saya juga tahu bahwa saya tidak ada artinya untukmu. Tapi..."

Trik apa lagi ini, gerutu Calvi.

"Dulu saya tidak pernah meninggalkan rumah. Setelah menikah denganmu saya yakin kau tidak akan mengizinkan saya pergi." Irina diam sejenak, mempertimbangkan apa yang akan dikatakannya. "Tapi meski pun begitu, apakah kita harus saling membenci?"

"Apa maksudmu?"

Pernikahan itu akan tetap terjadi. Dia akan tetap ditiduri pria itu. Irina menghela napas sekuat-kuatnya.

"Saya janji tidak akan kabur. Jika saya hamil, saya janji akan merawat bayi itu dengan baik. Tapi tolong jangan bunuh saya.. Saya hanya minta padamu, untuk memberikan kesempatan pada saya untuk membesarkan anak saya sendiri."

Calvi paling tidak suka ketika perempuan memohon padanya. Kecuali saat mereka melakukannya di atas tempat tidur. Tapi ketika ia melihat rautan sedih di wajah Irina, dia benci melihatnya.

Dia benci sebab dia pernah ditipu dengan memercayai kebohongan. Kebohongan yang melibatkan kesedihan dan air mata. Dia pernah terpuruk karena itu.

"Saya yang menentukan apakah saya akan membunuhmu atau tidak," katanya dingin. "Satu hal lagi. Jangan pernah meminta dari saya. Saya hanya akan memberikan apa yang saya mau. Jika kau melakukan hal ini lagi, saya tidak akan segan membunuhmu setelah bayi itu lahir."

Ia melihat perempuan itu mengangguk patuh. Good, pikir Calvi. Kau harus nurut pada saya. Akan aku didik kau menjadi istri yang baik agar kau tidak seperti Dewi!

Calvi keluar dari kamar perempuan itu dan berjalan ke ruang kerjanya. Di belakangnya anak kecil memanggil-manggilnya.

"Papa, is that Mama in the room?"

Calvi menoleh pada bocah berusia lima tahun itu. Sejak usia dua dia sudah kehilangan ibunya. Hampir setiap hari Calvi mendapatkan pertanyaan dari anaknya; di mana ibunya, mengapa teman-teman di TK memiliki papa dan mama, bagaimana wajah ibunya, dan pertanyaan-pertanyaan terkait sosok ibu.

Karena Calvi kewalahan menjawab, dia menyekolahkan anaknya di rumah. Guru TK yang datang ke rumahnya. Tidak mungkin ia memberitahu anaknya bahwa ialah penyebab kematian ibunya. Belum. Nanti jika anaknya sudah dewasa, Calvi akan menceritakan bagaimana bejatnya ibu kandungnya.

Obsesi sang MafiaWhere stories live. Discover now