TIGA BELAS

21.2K 904 33
                                    

Walaupun Dewi mengatakan bahwa Kiara bukan anaknya, Calvi tetap tidak percaya. Tidak perlu tes DNA pun Calvi tahu bahwa Kiara adalah darah dagingnya. Rambut Kiara yang kecoklatan sudah menjawabnya. Baik Dewi maupun Arez berambut hitam pekat. Wajah Kiara pun sebelas dua belas dengan Calvi.

Dewi berbohong padanya hanya untuk menjatuhkan harga dirinya.

"Unfortunetely, it is not Mama, Kiara. I am sorry." Calvi mendekati putrinya dan menggendongnya. "But I will marry her. You can call her Mama."

"So I am going to have Mama?"

"Yes, Kiara. Happy?"

Kiara mengangguk. "Thank you, Papa. I am very happy!" Lalu dikecupnya ayahnya bertubi-tubi.

Di belakangnya Irina melihat kedekatan mereka. Calvi lupa mengunci pintu kamarnya. Di luar kamarnya pun tidak ada penjaga seperti biasa.

Untuk sesaat Irina tidak percaya dengan penglihatannya. Pria itu! Pria yang sudah membunuh keluarganya... Bisa tersenyum pada anak kecil? Anak kecil itu memanggilnya 'Papa'. Jadi pria itu sudah punya anak?

Irina cepat-cepat kembali masuk ke kamarnya sebelum Calvi menyadari dirinya di belakang dua orang itu. Terlambat. Ketika ia sedang bergerak masuk, Calvi menoleh sejenak padanya. Namun pria itu tidak peduli.

Dia kembali fokus pada anaknya.

***

"There will be no mistake this time, Bos." Marko meyakinkan bosnya. Kalimatnya merujuk pada proses penyelundupan narkoba yang dikirim dari Aceh ke luar negeri. "Kami sudah made sure Bea Cukai dan Angkatan Laut tidak akan tahu."

Bisnisnya sempat terancam punah karena Almer menghancurkan transaksi narkoba yang dilakukan oleh anak buah Calvi. Untung saja anak buahnya tidak ada yang buka mulut ketika mereka dibawa ke kantor polisi. Mereka tahu konsekuensinya jika mereka melakukannya. Nyawa mereka dan keluarga mereka akan mati. Identitas mereka tidak akan pernah dianggap ada.

Kesetiaan sudah jadi harga mati bagi Calvi.

Dan ujung ceritanya, anak buahnya dipenjara dengan mulut tetap membungkam. Tidak ada fakta yang keluar dari mulut mereka. Tidak ada Calvi yang dikaitkan. Mereka seperti orang bodoh saja menjawab, "Tidak ingat." dan "Tidak tahu." selama mereka disidang di Pengadilan.

"Tetap kirim orang ke sana," sahut Calvi datar. "Pantau terus. Jika ada masalah, you take care of it."

Semalaman Calvi berada di klub miliknya. Klub malam itu bernama Oceans, berlokasi di Jakarta Utara. Oceans tidak memiliki satu pun jendela sehingga mengesankan tidak ada kegiatan di dalam dari luar. Jika Calvi ingin melihat keadaan di luar, dia hanya perlu menggunakan CCTV yang dipasang di setiap sudut ruangan gedung itu.

Gedung Ocean terdiri dari lima lantai. Lantai dasar diperuntukkan untuk berjudi. Lantai dua tempat untuk pertunjukkan tarian erotis dan transaksi serta konsumsi narkoba. Sementara pada lantai tiga terdapat lima puluh kamar tidur untuk para pelanggannya menikmati layanan prostitusi. Calvi menyediakan kamar dengan fasilitas yang tak kalah mewahnya dengan hotel bintang lima. Kamar itu terdiri dari luxury bed, jacuzzi di setiap teras kamar, dan kamar mandi dengan bak mandi besar serta toilet berlapis emas. Dan untuk lantai empat dan lima khusus untuk Calvi dan anak buahnya bersiaga.

Calvi memiliki ruangan sendiri di lantai lima. Ruangan itu memiliki dekorasi yang tidak jauh beda dengan ruang kerjanya di rumah. Warna hitam mendominasi ruangan itu. Perabotan di ruangan itu juga kurang-lebih sama seperti ruang kerja pada umumnya. Terdapat meja kerja, sofa, komputer dan lemari untuk menyimpan dokumen. Yang membuatnya berbeda di ruang kerja itu terdapat tempat tidur besar yang biasa digunakan Calvi untuk beristirahat dan bersenggama dengan prostitusi yang disewanya.

"I can ensure you there won't be any problem, Bos," jawab Marko lugas.

"Then leave now."

"Bos," anak buahnya memandangnya heran. "Apakah malam ini Bos tidak mau ditemani?"

"Tidak. Sekarang kau boleh pergi."

Terakhir Calvi melakukan seks adalah saat bersama Irina. Sejak itu dia tidak pernah menggauli wanita mana pun. Baru disadarinya sudah sebulan lebih dia tidak melepaskan hasratnya. Dia terlalu sibuk berkutat dengan bisnis kotor dan bersihnya hingga tidak sekali pun ia berpikir untuk mencari kepuasan di tempat mana pun.

Ah, apakah karena dia terlalu sibuk?

Dia bisa meminta anak buahnya untuk membawakan perempuan cantik. Dan itu bisa dilakukannya kapan pun. Hanya saja tidak ada perempuan yang mampu membangkitkan birahinya selain.. Irina.

Perempuan itu berbeda. Tidak pernah sekali pun Calvi meniduri seorang perawan. Hal itu baru dialaminya saat bersama Irina. Jujur saja Calvi terkejut, bahkan tidak tidur seharian setelah mengetahui Irina tidak pernah melakukannya. Fakta bahwa Calvi adalah orang pertama yang tidur dengan perempuan itu menyerikan hati Calvi.

Dia tidak melakukannya dengan baik.

Lebih buruknya, dia menyakiti perempuan itu.

Padahal kapan Calvi menyakiti perempuan saat melakukan seks? Sekali pun perempuan itu bertugas untuk memuaskannya, Calvi juga memastikan perempuan yang tidur dengannya mencapai klimaks. Calvi teringat bagaimana Irina meringis kesakitan. Air matanya yang bercucuran. Dia jauh dari bahagia saat mereka melakukannya!

Awalnya dia memang polos, pikir Calvi. Tapi setelah nanti kuhujani dia dengan barang-barang mewah yang mampu menggelapkan matanya, dia akan menjelma menjadi Dewi. Aku tidak boleh melakukan kebodohan itu untuk kedua kalinya. Sudah cukup Dewi meluluhlantakkan harga diriku. Akan kubuat Irina menjadi pribadi yang kuinginkan.

Dia akan menjadi perempuan yang tidak menarik agar tidak ada satu pun pria yang main mata dengannya. Dia akan menjadi perempuan yang patuh dan tidak berani membangkang terhadapku. Dia akan menjadi orang yang hanya bergantung padaku.

Dan suatu hari nanti, akan kubuat dia mendesah puas saat aku memasukkannya.

Obsesi sang MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang