DELAPAN BELAS

17K 739 16
                                    

"Pikirkan baik-baik. Tinggal di pulau hanya bisa dilakukan sementara waktu. Dan kau akan kesulitan mendapat bantuan jika terjadi sesuatu."

"Katakan saja kau punya simpanan di sana."

Ikram Karjadi hanya tertawa sumir. "Kalau begitu saya akan suruh orang untuk mendekorasi penthouse itu. Kau skeptis terhadap tempat itu, but believe me, you will not be dissapointed."

Setelah pertemuannya dengan Ikram ia bergegas ke kantornya sendiri. Pada sore harinya dia mendapat kiriman beberapa foto di email-nya yang dikirimkan oleh Ikram langsung. Foto-foto itu menggambarkan suasana penthouse Ikram yang sangat di luar dugaan Calvi. Tadinya Calvi mengira penthouse itu hanya penthouse standar yang punya kamar tidur, dapur dan kamar mandi saja.

Penthouse milik Ikram tidak ada bedanya dengan rumah biasa Penthouse itu seakan mengangkat rumah ke atas gedung. Terdapat lounge, kolam renang, meja makan di luar, dan masih banyak ruangan dengan dekorasi yang modern dan mewah.

Dan yang paling Calvi sukai, Ikram juga mengirimkan foto ruangan untuk memantau CCV. Ikram juga mengirimkan gambar detail denah penthouse-nya berikut dengan keterangan proteksi pada setiap sudut ruang penthouse tersebut.

Tak lama ponselnya berbunyi.

"Have you seen those pictures?"

"Ya."

"Jangan khawatir. Saya bisa memastikan keamanan penthouse itu. Tidak ada satu pun orang yang bisa punya akses ke situ bahkan Sotomayor dan Danishwara sekali pun."

"Kapan saya bisa ke sana?"

"Anytime. That place's always available."

"Thanks."

"But in one condition.."

"Just name it."

"I need a girl tonight."

"Why? Is Kayla not good enough anymore?"

"It's none of your business."

"Oke, nanti saya minta asisten saya untuk mengirimkan foto mereka padamu. Pilih saja, nanti mereka datang ke tempat biasa."

Calvi sudah tidak sabar untuk pulang mengabari Irina mengenai rencananya untuk memboyongnya ke penthouse Ikram. Ikram was right, pikirnya ketika dia mengemudikan mobilnya ke rumah. What the hell has gotten into me? Am I into her? Am I... in love with her?

That's not true.

Cinta tidak ada gunanya dalam hidup. Karena cinta orangtuaku melahirkan Aaron. Karena cinta aku percaya pada wanita yang tidak berhak dipercaya. Karena cinta pula wanita itu berselingkuh dariku dengan sahabatku. Aku tidak akan bodoh lagi.

Saat Calvi sampai rumah anaknya sudah tidur. Hari memang sudah gelap. Calvi sempat mencium dahi anaknya, kemudian berlalu ke ke kamar Irina. Ketika pintunya dibuka, ia mendapati perempuan itu sedang memandang dirinya di kaca dibalut gaun pengantin.

Perempuan itu sangat cantik.

Calvi menelan ludahnya menyadari betapa menariknya perempuan itu. Gaun itu panjang sampai menutupi kaki Irina, memiliki bagian dari bahu sampai dada yang terbuka. Calvi dapat melihat lengan perempuan itu yang kecil dan dadanya yang seakan membuncah keluar.

Bagian tubuh Calvi di bawah sana menegang.

Calvi berdeham.

Perempuan itu menoleh padanya. Wajahnya terlihat jadi kikuk. Calvi sadar gairah yang mulai menggebu itu tersorot jelas dari pancaran mata Calvi sehingga membuat perempuan itu salah tingkah.

"You look beautiful."

"Thank you," jawab perempuan itu pelan. "I have to admit this is the most beautiful dress I've ever seen."

Tidak, bukan yang paling bagus, bantah Calvi. Dewi pernah mengenakan gaun yang jauh lebih bagus dan mewah daripada ini. Tapi entah mengapa, kau lebih pantas memakai gaun berwarna putih ini.

"Aren't you afraid of being married?" tanya Calvi mengalihkan topik. Dilakukannya sebab dia tidak mau membiarkan dirinya menyerah pada gairah yang membuatnya merobek gaun itu. Betapa inginnya dia membawa Irina ke tempat tidur dan menikmati tubuhnya.

Tidak.

Nanti.

"Kau bilang kau akan bunuh saya begitu bayi ini lahir. Karena itu saya memutuskan untuk menikmati hidup ini saja."

Calvi terdiam untuk beberapa saat.

"Not eventually," jawab Calvi dingin. "Kau harus menyusuinya. Mengurusnya. Nanti sampai saya pastikan dia tidak membutuhkanmu, kau bisa pergi ke neraka."

Dapat dilihatnya wajah Irina menegang. Lagi-lagi perempuan itu terlihat takut padanya.

"Pernikahan tidak bisa dilaksanakan besok. Paling cepat tiga hari lagi," kata Calvi memberitahu. "But until then, kau akan tinggal di tempat lain."

Irina mengangguk.

"So get some rest. Karena setelah menikah kau tidak akan punya waktu untuk beristirahat seperti kau di kamar ini."

Pria itu membalikkan tubuhnya dan keluar dari kamar itu. Irina mengernyitkan dahinya. Apa maksudnya? Dia mau menyiksaku selama aku menjadi istrinya? Kau bisa siksa aku sebisamu, Calvi, tapi itu tidak akan membuatku menderita. Hal buruk apa yang bisa terjadi padaku setelah kehilangan keluargaku?

Obsesi sang MafiaWhere stories live. Discover now