DUA PULUH

20.2K 799 33
                                    

Barulah perhatiannya tertuju pada Irina. "Karena tujuan saya adalah agar kau melupakan rumahmu sendiri. Apakah kau tahu di mana letak rumah lamamu?"

"Tidak."

"Exactly."

"Kenapa kau melakukannya?"

"Apakah kau suka bicara?"

"Jawab saja. Lagipula, hidup saya tidak akan lama lagi, kan?"

Pria itu diam sejenak. "Saya tidak mau suatu hari kau pergi dari sisi saya kemudian saya menemukanmu di tempat itu."

Jawaban apa itu?

"Ada apa sebenarnya?"

"Saya tidak suka tempat itu," jawab Calvi dingin. "Selama ini Almer bersembunyi di tempat itu. Dia tidak terjangkau dari semua orang setiap dia menghancurkan transaksi bisnis saya. Itu saja."

"Karena itu? Hanya karena itu kau membakar rumahku?"

"Ya."

Pria ini benar-benar gila.

Dari rumah Calvi ke penthouse memakan waktu tiga puluh menit. Melalui kaca jendela mobil Irina dapat melihat luar gedung yang dipenuhi karangan bunga yang menyatakan rasa suka mereka atas pernikahan Calvi dan Irina. Nama-nama pemberinya pun tidak asing di mata Irina. Moreno Danishwara, Pavel Sotomayor, Ernaldi Prawidjaja, Adrian Agraprana, dan masih banyak lagi. Nama-nama itu pernah disebut Almer ketika ia bicara dengan kakaknya membicarakan bisnis. Ya, sesekali Almer mengajaknya ngobrol tentang usaha keluarga mereka.

Usaha keluarga yang entah bagaimana nasibnya sekarang.

"Pavel dan Moreno tidak akan menyakitimu begitu kau menjadi istri saya," kata Calvi ketika mobil berhenti di lobi lantai parkiran. "Karena mereka tahu konsekuensinya jika seinci tubuhmu disentuh oleh mereka."

Ya, kau tidak perlu memberitahu bagaimana berkuasanya dirimu, pikir Irina kesal. Aku sudah tahu apa yang bisa kau perbuat!

Mereka masuk ke dalam lift yang membawa keduanya ke lantai paling atas gedung. Begitu lift terbuka, mereka disambut oleh wedding organizer yang mengatur pernikahan mereka. Wedding organizer itu membawa mereka ke aula di penthouse tersebut.

Di dalam ruangan itu terdapat meja untuk ijab-kabul, kursi-kursi yang dilapisi kain putih di belakang meja ijab-kabul, dan di sisi ruangan terdapat meja buffet. Irina tertegun melihat bunga putih yang bertebaran seisi ruangan; di atas meja, di vas di setiap sudut ruangan, dan di langit-langit. Dari dekorasinya yang didominasi warna putih dan tidak ada benda-benda yang menunjukkan adat tertentu, Irina dapat menyimpulkan pernikahan ini dilaksanakan secara modern-tidak menganut adat tertentu.

Irina tertegun.

Diperhatikannya Calvi yang sedari tadi menggamit lengannya. Tidak disangkanya orang yang dingin seperti Calvi akan mempersiapkan pernikahan seindah ini. Meski pria ini sudah menyakitinya dengan cara terburuk yang bisa dilakukan manusia di bumi ini, namun rasa sakit itu sedikit terkikis mengetahui pria ini punya selera yang tinggi untuk memberikan pernikahan padanya.

"Tamu-tamu sudah berdatangan," kata wedding organizer. "Mereka sudah di lift. Pernikahan akan dimulai tiga puluh menit lagi."

"Are you nervous?" tanya Calvi padanya.

Tak urung Irina mengangguk. Aku tidak tahu penyiksaan apa yang akan menghampiriku nanti. Tapi detik ini aku ingin mengisi pikiranku dengan hal-hal yang menyenangkan. Aku tidak mau memusingkan diriku dengan kegilaanmu.

Karena ayah kandungnya dan saudara laki-lakinya sudah meninggal, proses ijab itu dilakukan oleh wali hakim. Irina menahan kesedihannya karena hal itu mengingatkannya bahwa dia sudah tidak punya siapa pun selain anak yang dikandungnya. Dia juga sedih karena pernikahannya tidak dihadiri oleh keluarganya satu pun.

Karena keluarganya sudah pergi secara paksa.

Tamu undangan tidak banyak. Hanya rekan kerja Calvi dan anak buahnya saja. Atau mungkin ada keluarga Calvi. Irina tidak tahu apakah ada keluarga Calvi yang menghadiri pernikahan itu karena dia belum mengenal mereka. Tapi yang jelas anak Calvi tidak datang.

"Saya terima nikah dan kawinnya Irina Giarratana binti Alex Guritnoko dengan maskawin tersebut dibayar tunai."

"Bagaimana? Sah?"

"Sah!"

Irina memejamkan matanya.

Air matanya mengalir.

Sebab dia tahu penderitaan baru saja dimulai.

Obsesi sang MafiaWhere stories live. Discover now