DUA PULUH TIGA

8.2K 319 14
                                    

"Tentu kau congkak sekarang. Tapi bagaimana jika keluarga kecilmu juga bernasib sama seperti orangtuamu? Bagaimana jika kuperkosa istri barumu yang cantik lebih dulu?" Suara tawa yang renyah terdengar. "Kemudian kulecehkan putri kecilmu. Setelah itu baru kubunuh mereka, lalu yang terakhir kau."

"Saya tidak takut."

Klik. Calvi mematikan sambungan. Dia sudah melalui banyak hal buruk di dalam hidupnya. Hal buruk yang membawanya ke pribadi yang dingin dan tak kenal rasa takut. Ancaman Hiu Putih tidak menjadi perhatiannya.

Nama Hiu Putih tidak asing lagi di gelapnya dunia malam. Di balik nama itu terdapat orang-orang penting yang memiliki kekuasaan. Mereka sekumpulan pejabat dan pengusaha yang berpengaruh di Asia. Banyak rumor yang mengatakan bahwa keluarga Guritnoko bagian dari Hiu Putih itu. Alasan mereka membunuh orangtua Calvi pun karena perintah dari anggota Hiu Putih. Namun tak ada satu pun yang bisa membuktikannya.

Karena Calvi tidak bisa menembus jaringan Hiu Putih.

Hiu Putih tidak bisa disentuh. Aturannya pun cuma satu; jika tidak ingin mendapat masalah, jangan cari masalah dengan mereka. Ada beberapa sektor bisnis yang sudah diklaim menjadi milik Hiu Putih, dan Calvi sudah taat terhadap aturan itu dengan tidak pernah menyentuh bisnis mereka.

Selama ini Calvi tidak pernah menghubungi kakeknya yang tinggal jauh di sebuah villa di Slovakia. Kakek ingin menghabiskan masa tuanya menyendiri dengan membaca buku dan menyatu dengan alam.

Dammit, Calvi mengutuk dirinya sendiri sambil keluar dari lift. Ditekannya nomor Kakek di ponselnya. "We've got a problem."

*

Di gedung sebrang penthouse Calvi, seseorang memasukkan ponselnya ke saku bajunya. Dengan menggunakan binokular sepasang matanya tak berhenti memandang Irina yang melamun dekat jendela.

I'll kill that bastard, Irina. Just you wait and see.

**

"Dont let that damned organization ruin your business," kata Kakek datar.

"Business? What about my fucking life?"

"What life???"

"I have a daughter and wife I married hours ago!"

"You fucking what? You got married?" Terdengar suara decakan Kakek. "Are you out of your fucking mind?? You dont need a wife. Women are useless"

"Agreed," sahut Calvi. "But my wife is carrying my child."

"Dan kau percaya itu anakmu?"

"Jelas itu anak saya. Saya..." Suara Calvi mengambang di udara.

"Kakek tahu. Kau menculiknya. Seperti Dewi dulu."

"Jangan sebut namanya lagi!" kata Calvi berang.

Klik.

***

Sebulan sejak hari pernikahan Calvi tidak terlihat lagi di penthouse. Dia juga tidak memberikan kabar. Atau menitipkan kabar pada orang yang bekerja di rumah. Irina menghabiskan sebagian besar waktunya dengan Kiara.

Anak itu memang masih sangat kecil, tapi kemampuan berpikirnya sangat bagus. Kiara pandai mengerti apa yang dikatakan Irina. Setelah anak itu diajari gurunya, ia akan bergegas mendatangi kamar Irina, meminta bantuannya untuk menyelesaikan tugas dari gurunya. Dan Irina selalu siap untuk mengajari Kiara.

Setiap Irina bersama Kiara, ia teringat pada kehidupannya sendiri. Hidup Kiara sangat mirip dengannya. Tidak dibolehkan keluar rumah. Belajar di rumah, tidak pergi ke sekolah. Tidak memiliki teman. Irina sering menemukan anak itu duduk di depan TV dengan pandangan matanya yang kosong.

Obsesi sang MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang