5

1.4K 48 0
                                    

"Hmm, baiklah. Kami akan segera ke lokasi sekarang."

Semua saat ini terdiam selama Steven berbicara sebelumnya dan baru saja mengakhiri pembicaraannya melalui telepon, ia mengela nafas lalu menatap semua rekannya, mereka hanya diam tanpa memberikan respon untuk berbicara ataupun bertanya.

Namun setelah sekian lama. Lelaki itu masih banyak diam karena memikirkan segala macam dan pada akhirnya, Virza pun angkat bicara, memecah keheningan karena semua hanya menunggu Steven untuk berbicara.

"Stev, ada apa?" tanyanya, lelaki itu kemudian menatap lekat ke arah Virza, membuatnya bingung.

"Kena-"

"Kau punya adik?" sergah Steven, memotong pembicaraan Virza yang berniat untuk bertanya karena merasa aneh begitu dirinya ditatapui lekat-lekat. Gadis itu mengangguk.

"Iya, adik perempuan. Usianya 6,5 tahun." balas Virza.

"Ia diculik oleh para penjahat bawah tanah dan dijadikan sandera."

Mendengar itu, Virza seketika mematung ditempatnya berdiri tanpa memberikan reaksi apapun. Hanya saja semua mampu menebak jika keadaan Virza saat ini mulai menahan amarah karena suasana dan aura yang muncul dari sekitar tubuhnya menunjukkan hawa kemarahan yang sedang ditahannya setelah mengetahui adiknya jadi korban sandera.

Virza mengatupkan bibir dan rahangnya mengeras, menghasilkan suara yang sedikit berderak ketika gigi gerahamnya saling beradu disaat ia mengeraskan rahangnya.

"Virza, biar kami ban-"

"Tidak." tolak Virza tegas, membuat kedua adik sepupunya hanya bisa diam dengan penolakan tegas penuh kemarahan itu. Keduanya hanya bisa menelan ludah mereka masing-masing biarpun hanya satu kata yang terucap dari mulut Virza.

Semua yang melihat itu akhirnya mengurungkan niat mereka untuk membantu Virza menyelamatkan adiknya, namun siapa yang menduga jika ia membutuhkan pertolongan seseorang, biarpun hanya satu orang.

"Leo-kun, bisa bantu aku?" tanyanya berusaha tenang, namun tetap saja aura kemarahan masih menyelimutinya.

"A ... Aku?" tanyanya tergagap sambil menunjuk diri sendiri, Virza menoleh padanya dan mengangguk. Lalu menunjuk matanya sendiri.

"Untuk saat ini aku butuh bantuan kekuatan Mata Dewa-mu." ucapnya singkat yang lalu di balas dengan anggukan oleh Leo tanpa bisa di tolak oleh rekan kerja yang saat ini tinggal satu apartemen dengannya itu.

Lagi Virza yang kena musim PMS aja pas ngamuk udah seram kayak mak lampir dan Leo selalu kena imbasnya selama berhari-hari, dan itu saja terjadi jika mood Virza sedang jelek selain masa PMS nya, apalagi keadaan sekarang yang sedang terjadi saat ini.

"Perlu di antar?" tawar Steven, Virza menggelengkan kepalanya. Menandakan jawaban tidak atas tawaran rekan sekantornya itu.

"Teleportasi sudah cukup." ucap Virza membalas ucapan Steven, ia kemudian menyentuh pundak Leo dan langsung ke lokasi setelah alamat penyanderaan adiknya disebutkan oleh Steven.

Jane, tunggu nee-chan!

* * * *

"Kenapa kau hanya meminta bantuan kepadaku sendirian? Aku hanya bisa menggunakan kekuatan mataku. Kekuatan fisik ku saja nihil alias 0%. Aku bisa apa?" tanya Leo pelan setelah keduanya menyusup ke lokasi penyanderaan.

"Aku kalau sudah tersulut emosi seperti ini tidak akan bisa mengontrol kekuatanku sendiri. Itulah kenapa aku minta tolong padamu, Leo-kun. Kau sudah tau bagaimana diriku setelah nyaris dua minggu kita tinggal di satu apartemen, kau sudah paham aku luar dalam. Dalam istilahnya ya." balas Virza dengan tenang.

Virza's Destiny [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang