9

755 46 0
                                    

Setelah menuruti kemauan Leonardo, Virza hanya bisa menghela nafas dengan kelakuan lelaki 24 tahun bermata sipit itu yang selalu bermanja-manja dengannya sejak keduanya meresmikan hubungan mereka tadi malam.

"Kalau kelakuanmu seperti ini terus, bisa-bisa yang lain langsung tau kalau kita sudah jadian dalam waktu perkenalan yang tergolong singkat seperti ini. Bisa diem dikit gak?" tanya Virza dongkol, yang ditanya hanya sibuk cekikikan.

"Ayolah, sensitif sekali. Bocah ngapa yak." balasnya, lalu menahan tawa lagi, yang langsung mendapat pentungan adonan kue tepat di atas kepalanya, membuat ia menjerit lalu mengelus kepalanya yang kesakitan sehabis dipukuli oleh sang pacar yang baru berapa belas jam jadi kekasihnya itu.

"Diam, kalau masih tidak bisa diam juga kau ku hukum. Tidak aku kasih jatah sarapan. Jajan sana diluar mulai hari ini sampai seterusnya." ancam Virza, membuat Leo langsung bungkam seribu bahasa dan menurutinya, bagaikan seekor puppy yang menuruti tuannya. Ia kemudian berjalan menuju meja makan dan duduk manis disana tanpa berkata-kata, diam bagaikan patung.

"Dasar, umur sudah 24, kelakuan masih kayak batita. Seharusnya kau sejak awal jadi panutan buatku, bukan sebaliknya. Bego kah? Kezel bat." dumel Virza.

"Aku masih bisa dengar." balas Leo dengan malas sambil bertopang dagu dengan kedua kepalan tangannya diatas meja makan.

"Sengaja, gak usah protes." ketus Virza.

"Dih, ngambekan si bocah. Bocah ngapa yak, bocah ngapa yak."

"Diem gak? Gak dikasih makan beneran ini." balasnya lagi sambil menatap Leo sinis.

"Eh, eh, iya, iya!"

Virza kemudian hanya menahan geli yang berusaha keras disembunyikannya karena ia tak menoleh ke arah Leo yang saat ini hanya bisa memajukan bibirnya, seakan bibirnya bisa dikucir dengan karet bagaikan onggokan sayur yang siap dipacking dan diikat menggunakan karet setelah dibagi-bagi untuk dijual kepasar.

Ia menoleh dan mendapati Leo masih dengan ekspresi yang sama sambil memejamkan matanya, sampai pada akhirnya Virza tak mampu lagi menahan tawanya lalu terbahak, membuat Leo tersadar jika dirinya sedang ditertawakan dengan kekasihnya.

"Kenapa ketawa-ketawa? Puas ngerjain aku hah?"

Jujur saja, pertanyaan itu membuat Virza semakin tak mampu menahan gelak tawanya sampai matanya berurai airmata saking geli ia melihat kelakuan Leo yang merajuk melebihi dirinya.

"Maaf, maaf. Entah kenapa aku malah jadi semakin ingin mengerjaimu. Kau terlalu lucu untuk diganggu, tau." ucapnya setelah mengelap air matanya lalu membawa semua masakan yang telah selesai ke atas meja makan.

Melihat ada kari serta daging stik bakar berlumurkan keju mozarella serta cabai colek, Leo merasa ilernya langsung banjir dari mulutnya. Membuat Virza terkikik begitu ia mendaratkan pantat cantiknya di atas kursi di meka makan setelah melihat ekspresi kekasih sipitnya, dan ia sadar jika makanan itu adalah favorit nya.

"Selamat makan." ucap keduanya serentak, lalu dengan cepat Leo langsung mencomot makanannya dengan lahap.

"Favorit, ya?" tanya Virza yang masih menatap Leo dan belum memakan makanannya, yang dimana pertanyaan itu langsung dibalas anggukan oleh Leo karena mulut lelaki itu penuh dengan makanan yang sedang dimakannya.

Ia tersenyum.

"Besok-besok aku buatkan lagi, kari masih bertahan antara tiga sampai empat hari ke depan. Stiknya dibuatkan lagi?"

"Mauu!" sahutnya cepat begitu makanan yang dikunyahnya habis. Gadis itu tertawa.

"Baiklah, baiklah. Sekarang makan dulu, habiskan. Hati-hati jangan sampai tersedak karena kau makannya amburadul seperti itu. Jorok!"

Virza's Destiny [✔]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ