13

693 32 0
                                    

"Zahra, gue ama Leo-kun cau pulang ke apartemen bentar yak, mau ambil perlengkapan buat nginap." ucap Virza setelah mengenakan sepatu dan memutar tubuhnya menghadapi Zahra yang mengantar keduanya ke depan pintu ruang rawat diikuti Zapp dan Steven.

"Iye, iye. Udah sana buruan." balas Zahra sebal. Virza mendengus.

"Napa sih lu, bocah? Ngusir?"

Sepupu nya berjengit kesal. Lalu menyeret Virza dari rombongan dan menjauh sedikit sambil merangkulnya.

"Lo tu kenapa, kok bisa sih jadian ama Leo-kun diem-diem gitu!?" bisiknya kesal.

Virza nyengir.

"Lah, bocah ngapa yak? Kok kepo sih lu?"

Dengan cepat tempelengan mendarat di kepala nya, membuat gadis berambut biru langit itu meringis.

"Jawab aj kenapa sih ogeb!?"

Sepupunya mengerling ganjen alias genit.

"Mau tau ya, mbak? Adoh, mak!"

Virza menjerit akibat ditabok Zahra beberapa kali dengan gemas dan kesal tak karuan.

"Jawab gak lo!?" balasnya lagi sambil menjerat leher Virza dengan lengannya, membuat gadis itu menepuk lengannya berulang kali karena merasa sesak.

"Doh ...! Iya ... Iyaaaa! Lepasin dulu, nyet! Sesak nafas gue bangke!"

Sesaat kemudian, ia langsung melepas cengkeramannya dan membuat gadis itu terbatuk-batuk beberapa kali. Melihat Virza yang bercanda seperti itu dengan Zahra, entah kenapa Leo merasa cemas padahal ia sendiri sudah terlalu sering seperti itu. Bahkan kelakuan kedua anggota keluarga itu sama persis.

"Ceritanya gini nih, ya, dengerin lu pasang tu kuping bener-bener. Gue gak mau ngulang dua kali, gue bukan kaset. Capek kalo lu suruh ulang lagi ntar." ujar Virza dengan sebal setelah ia berhasil tenang dari batuknya, lalu menunjuk kedua telinganya sambil menatap Zahra karena menyuruh sepupunya untuk mendengarkan dengan cermat.

Kemudian, Virza pun menghela nafas, lalu bercerita dari awal hingga selesai. Membuat Zahra terkejut dan tak percaya dengan cerita sepupunya itu.

"Jadi kemaren lo fix gitu? Begitu pulang ke apartemen pas dia masih sakit, terus langsung gitu?" tanyanya lagi, masih tak percaya dan berusaha memastikan. Zahra pun manggut-manggut, memberikan jawaban ya.

"Gila lo emang, gesrek. Tapi kok bisa ya, tiba-tiba dia langsung nyatain pas dalam keadaan gitu abis elo ngomong blak-blakan gak pake rem." ucap Zahra sambil mengetuk dagu dan bertopang tangan. Virza hanya menggendikan kedua bahunya, mengatakan bahwa ia juga tak tahu. Kemudian mendaratkan toyoran kepada sepupunya.

"Entahlah, yang jelas sekarang elo juga udah tau gimana ceritanya. Gue aja gak abis pikir. Dah ah, gue ma Leo-kun mau pulang dulu. Mau ditemenin gak lo?" tanyanya kemudian.

"Ya udah, sana buruan, jangan kelamaan."

* * * *

Malamnya, Virza dan Leo sudah selesai mengepak baju-baju mereka kedalam koper sedang yang mampu memuat beberapa stel baju serta perlengkapan lainnya yang dibutuhkan oleh keduanya untuk menginap dirumah sakit.

Sembari menunggu taksi datang, Virza sedikit menunduk sambil menahan udara dingin yang menyeruak karena musim dingin yang baru berjalan dan memasuki hari ketiga hari ini. Padahal ia sudah berbalut jaket tebal, namun rasanya udara dingin yang ada masih mampu menembus jaket tebal serta syal dan juga topi rajut yang digunakannya.

Lain halnya dengan Leo yang hanya menggunakan jaket serta syal, tak lupa penutup kupingnya agar tetap hangat. Ia menatap gadis kecil yang sedikit lebih pendek darinya 16 cm itu dengan tatapan sayang ketika Virza memejamkan matanya sambil menunggu taksi yang lewat.

"Za?"

Teguran halus itu membuat Virza membuka matanya dan menoleh ke arah Leo yang menatap wajahnya dengan jarak yang dekat, bahkan bisa di bilang sangat dekat dan membuat wajah gadis itu merona karena kekasihnya terlihat seperti bocah polos ketika menatapnya seperti itu.

"Kenapa?" tanyanya setelah berusaha menenangkan hatinya yang berdegup kencang. Leo tersenyum ketika melihat wajah Virza yang tak mampu menyembunyikan perasaannya begitupun dirinya, lalu memberikan tangannya kepada Virza, membuat gadis itu menatapnya heran.

"Boleh bagi hangat tanganmu sedikit? Itu ... Aku ... Aku kedinginan." ucapnya malu-malu.

Ekspresi itu membuat Virza terkikik geli.

"Apa-apaan itu? Seperti tidak tau aku saja."

Ia kemudian mengulurkan tangannya, dan menggenggam tangan Leo dengan cepat. Lelaki itu tersenyum lembut lalu terkekeh dibalik wajah meronanya.

"Dasar orang tua pemalu. Untung saja kau pacarku, jika bukan tadi kau sudah ku tabok, tau? Aku gak peduli kalo sampe aku terjangin juga terus nyangkut di pohon, aku biarin aja kegantung ampe hypothermia." ujar Virza lalu mencibir kecil.

Leo menoleh dan menjelit sebal padanya.

"Astaga! Kekasih muda tak tau sopan santun! Untung aja sayang, kalo gak sayang juga udah ku balas tabokan sama ulahmu itu jika kau berani melakukannya!" balas lelaki itu dengan suara cemprengnya.

Gadis itu terkikik, lalu mengeratkan genggamannya dan mendekatkan tubuhnya ke dekat lengan Leo, membuat kehangatan tubuh mereka saling terasa satu sama lain disaat tubuh mereka sudah dekat, gadis itu kemudian memeluk erat lengan Leo.

"Dasar manja." ucap Leo, ia melepaskan genggaman lalu melingkarkan tangan ke pinggang Virza dan memasukkan tangannya kedalam saku jaket milik kekasihnya itu, Virza pun ikut-ikutan memasukkan tangannya kedalam saku jaketnya.

"Memangnya kenapa? Aku pacarmu sekaligus seperti sosok adik bukan? Jadi tak ada salahnya juga aku bermanja-manja denganmu."

Leo menghela nafas.

"Jangankan adik, kau justru lebih cocok jadi pasangan dan pendamping hidupku, kau tau? Bahkan jika kau ingin dan juga siap, kita bisa menikah dalam waktu dekat ini jika kau mau."

Ucapan itu membuat Virza terkesiap dalam posisinya, dan hanya menatap Leo sambil mematung setelah mendengar pernyataan dari kekasih yang baru beberapa hari menjalin hubungan pacaran dengannya itu, mungkin baru sehari ya. Soalnya baru resmi kemaren.

Melihat ekspresinya yang tercengang, Leo pun langsung gelagapan.

"Ke ... Kenapa? Apa aku terlihat jadi aneh karena menyatakan hal itu?" tanyanya dengan muka memerah yang ditahan, Virza pun masih menatapnya dalam diam dengan wajahnya yang memerah, kemudian menggeleng.

Sebuah senyuman kemudian merekah di wajah manis Virza.

"Kau berniat melamarku dalam waktu dekat ini?" tanyanya kemudian.

Leo menunduk. Lalu mengangguk mantap.

"Boleh kan?" ia pun berbalik bertanya.

"Kenapa tidak?"

Mendengar itu, Leo benar-benar tau jika ia sudah mendapat lampu hijau dari kekasihnya.

Kemudian, ia merogoh kantong celananya dan kemudian mengeluarkan kotak merah, membuat Virza penasaran.

"Apa itu?" tanyanya.

Dengan cepat, ia menaruh kembali benda berbentuk kotak merah itu kedalam saku jaketnya, kemudian tersenyum kepada Virza.

"Akan ku berikan nanti setibanya kita dirumah sakit. Tak apa kan?" tanyanya kembali.

Gadis itu tersenyum.

"Tak masalah."

Tak lama kemudian, taksi yang akan ditumpangi oleh keduanya pun tiba, kemudian memasukkan semua barang mereka kedalam bagasi taksi dan berangkat ke rumah sakit.

* * *

Tbc

Virza's Destiny [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang