22

788 25 0
                                    

Cahaya matahari menembus sela-sela gorden jendela yang masih tertutup rapat, suara orang ramai yang berlalu lalang diluar kamar maupun di taman depan dan rumah sakit mengusik tidur Virza yang mengalami insom dan kurang tidur.

Virza menggeliat bangun dengan mata yang masih berat, gadis itu menggerakkan tubuhnya sedikit dan bunyi derak tulangnya memenuhi ruangan akibat tidur dalam posisi membungkuk selamat beberapa jam belakangan karena ia ketiduran.

Ia memaksa matanya yang masih berat untuk menatap jam dinding, dan mengerjapkannya beberapa kali untuk memfokuskan pandangannya yang masih sedikit buram.

"Jam satu siang ..." ucapnya halus tanpa peduli waktu. Lalu menguap lebar dan mengucek matanya pelan.

Virza kemudian menatap suaminya, ia sedikit kaget karena Leo yang semalam masih dalam posisi berbaring, tempat tidur bagian atasnya yang bisa dinaikkan untuk duduk secara otomatis pun justru sudah naik sekitar 45°, ditambah tubuhnya juga sedikit naik karena sudah pasti mencari posisi nyaman untuk duduk.

Ia heran kenapa ia sama sekali tak menyadari kapan Leo bangun dari tidurnya, mungkin karena efek lelah sehingga membuat gadis itu tak mampu menyadari apapun lagi. Ditambah dirinya sendiri juga sudah tidur selama sebelas jam lamanya.

Virza melepas lembut genggaman Leo, ia kemudian berdiri dan mengambil handuk serta baju dan juga peralatan mandinya, lalu beranjak mandi.

* * * *

Srak.

Bunyi jendela yang terbuka karena disibak Virza memenuhi tiap sudut ruangan, rambut biru dengan panjang setengah dari pahanya yang saat ini dibiarkan terurai dan beranjak kering itu terlihat cantik ketika terpapar sinar matahari.

Leo yang menyadari jika ruangan menjadi terlalu terang akibat sinar matahari pun terusik, kemudian ia terbangun setelah beberapa saat ia mendengus kesal akibat jendela yang tirainya terbuka.

"Ah, Leo-kun. Konnichiwa." sapa Virza menatap lembut suaminya, lalu tersenyum merona.

"Konnichiwa ... Bagaimana tidurmu? Nyenyak?" tanya Leo serak dengan wajah yang mulai tidak pucat lagi hanya saja masih terlihat jelas setelah ia menyapa balik istrinya yang beranjak mendekati dan duduk disampingnya.

"Seperti itulah. Kau semalam terbangun? Jam berapa?"

"Iya, jam tiga dini hari. Kau sendiri baru tidur kan?"

Virza mengangguk.

"Iya, jam dua nya baru bisa tidur."

Mendengar penuturan itu, Leo menggelengkan kepalanya.

"Gak baik anak gadis tidur jam segitu. Se insom apapun dia, mau bagaimana pun juga tetap paksain tidur. Nanti matamu berkantung terus jadi mata panda. Mau?" tanyanya, yang dibalas gelengan dengan cepat oleh Virza.

"Gak mau!" protesnya sambil mendengus lalu mencebikkan bibir, Leo terkikik.

"Kemari." ucapnya pelan sambil mengangkat tangan kiri nya yang mengkode agar Virza mendekat padanya, gadis itu menurut.

Ketika wajah keduanya sudah dekat, Leo dengan wajah merona yang muncul di wajah pucatnya justru malah bungkam ketika ia menatap wajah manis dan polos istrinya itu.

Virza yang menyadari wajah rona suaminya pun ikut-ikutan malu kucing, ia tersadar karena mereka selama pacaran memang tak pernah kencan atau apapun itu yang berbau dengan romansa sepasang kekasih sampai pada hari pernikahan mereka kemarin.

Karena setiap hari mereka hanya menemui masalah dan selalu saja muncul karena keadaan kota yang selalu kacau setiap waktunya.

"Ke ... Kenapa melihatku begitu? Ada yang aneh dengan wajahku?" tanyanya kagok.

Virza's Destiny [✔]Where stories live. Discover now