7

1K 45 0
                                    

"Jadi Jane sudah tinggal denganmu, Zhean?" tanya Steven begitu Zhean menjelaskan semuanya, adik Zahra itu kemudian mengangguk karena baginya, lebih baik seperti itu karena ia tau betapa polosnya adik sepupunya itu, bakal di amuk bombai si Virza kalo Jane sampe keceplosan gegara tau kalo Leo sama Virza tinggal satu apartemen saat ini sedangkan keduanya tak ada hubungan apapun selain rekan kerja.

"Kalo nggak gitu, bakal mampos dunia akhirat kalo si Jane ampe tau masalah si sipit tinggal satu apartemen ama Iza (Virza). Mana gak rempong, Stev?" tanyanya balik setelah menghela nafas.

"Sebenarnya kau panggil Virza itu memang Virza atau Iza, sih? Panggilanmu ke dia berubah terus." tanya Steven penasaran.

Zhean menghela nafas.

"Kekadang Iza, ke kadang Virza. Mana nyamannya aja sih. Bukan aku doang yang hobi gonta ganti manggil nama dia kek apaan aja."

"Teman-teman sekolahnya dulu?"

"Hmm. Termasuk mereka."

Keduanya menghela nafas, tak lama kemudian, Virza pun muncul diikuti dengan Leo yang mengekor dibelakangnya. Dan yang membuat mereka heran saat ini adalah ... Leo pucat pakai banget!

"Oi, oi, oi, oi ... Za, lo apain anak orang sih, keso aho! Kok Leo-san pucet gini si- adoh, mak!" pekik Zhean setelah Virza mendaratkan tamparan telak di belakang kepala adik sepupunya itu.

"Mulut apa mulut itu hah!? Mulut kok kek jamban kesumpel eek kodomo sih!"

"Sakit Za! Astaga! Jangan-jangan elo nyiksa Leo-san ya di apartemen!? Ngaku ga- adududududuh!!" tuduhan Zhean seketika terputus ketika Virza mencubit kedua pipinya dengan keras.

"Berisik, anak si amang! Kagak gua apa-apain, boneng! Anak orang itu!" sergah Virza dengan kesal lalu menarik kedua pipi sepupunya sedikit lebih kencang lalu di lepaskannya dengan cepat, membuat Zhean kembali menjerit.

"Terus kenapa dia pucet gitu!? Aduh. Chain-nee, apaan sih!?" ujarnya kemudian begitu Chain yang seorang berdarah werewolf mendarat mulus di atas kepalanya dan bertengger di sana layaknya burung hantu.

"Mampos! Makanya dengerin orang ngomong dulu, kampret!"

"Duh iya, iya! Tapi Chain-nee buruan turun dari kepala aku ish! Bukan tempat berak ini kepala!"

Chain kemudian hanya tertawa lalu segera turun dari atas kepala waka duanya itu, kemudian Zhean membersihkan sedikit kepalanya yang berdebu lalu kembali mengelus kedua pipinya yang masih terasa nyeri akibat kelakuan saudara sepupunya yang udah gesrek itu.

"Haaah ... Dia tuh sakit, udah gue suruh istirahat di apartemen dari pas gue ama dia masih siap-siap tadi. Tapi otak nya BEBAL!" ujar Virza lalu menekankan kata 'bebal' sambil menatap dan menjelit ke arah Leo yang hanya bisa tersenyum tipis sambil sedikit salah tingkah di balik wajah pucat dan lesunya saat ini.

Zhean yang mendengar itu kemudian menghela nafas, merasa setuju dengan pendapat sepupunya jika Leo memang seperti itu sejak ia mengenal Leo begitu bekerja disini beberapa bulan belakangan sejak keponakan kembarnya lahir kemarin.

"Kenapa gak istirahat aja sih, Leo-nii?" tanyanya sambil berjalan mendekati Leo yang saat ini sudah tiduran di sofa panjang sambil memegang keningnya dan memijat kepalanya yang terasa sakit dan berdenyut-denyut.

"Aku tidak mau istirahat sendirian di apartemen, tetangga Virza belum ada yang tau aku tinggal satu apartemen dengannya karena aku keluar apartemen ketika semua tetangga sudah berangkat dengan urusan masing-masing, makanya selama seminggu lebih malah hampir dua minggu belakangan ini masih tenang-tenang saja." ujarnya dengan suara parau.

Virza's Destiny [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang