40

778 23 0
                                    

"Ayaaah ..." rengek si kembar, membuat Zahra dan Klaus menoleh pada keduanya setelan kepergian Viola beberapa saat lalu, dan Gilbert yang dibantu Virza serta KK pun menyiapkan minuman hangat dan dingin, sedangkan trio kwek-kwek (Leo, Zapp dan Zed) yang baru saja kembali ke kantor setelah membeli banyak makanan untuk mereka begitupun Oreki setelah Gilbert serta Klaus memberi uang belanja untuk satu kantor pastinya.

Lagi ditraktir lebih tepatnya.

"Ada apa?" tanya Klaus lembut, sedangkan Zahra bertanya pada keduanya lewat pandangan dan yang mampu diartikan oleh keduanya karena sudah hafal dengan gerak-gerik sang bunda ketika diam dan menatap sayang keduanya.

"Adek Aidan sama Aldan kenapa nggak di ajak, Ayah?" tanya Arkha.

"Iya, Ayah. Mau main ama melekaaa ..." Aran pun ikut merengek sambil mengembungkan pipi diikuti sang kakak, yang dibalas cekikikan oleh orang kantor termasuk orang tua mereka sendiri.

"Ra, ini bocah berdua umurnya berapa sih? Kok fasih banget ngomongnya kayak anak TK? Lagi anak TK aja belum tentu ngomongnya selancar ini selain huruf 'r' nya yang masih rada gimana gitu." tanya Takashi tak percaya.

Zahra tersenyum.

"Umur mereka masih setahun delapan bulan, Oreki-san."

Ia menatap si kembar takjub dan gemas bukan kepalang.

"Emaknya ato bapaknya ya pinter? Kok kepo gua. Nah, Klaus-san, ibu keduanya siapa? Sepertinya gen nya kuat sekali buat mereka sampai pintar begini."

Yep, semuanya mendadak seketika hening. Membuat Oreki menatap sekelilingnya dengan bingung. Lalu menatap sang ketua Libra kembali.

"Klaus-san?"

Teguran Oreki pun langsung menyadarkan semuanya, membuat Klaus tergagap melalui gerak-geriknya begitupun Zahra yang mulai membuang pandangannya dengan menatap si kembar yang sibuk bergelayut di kaki nya dan tertawa riang karena asik bermain di kaki sang bunda.

Zahra yang baru sadar jika ia saat ini sedang mengenakan cincin pernikahannya dengan Klaus dijari manis kirinya berusaha menyembunyikan cincin itu sekeras mungkin, lain halnya dengan Klaus yang biasa saja dengan cincin pernikahannya yang terlihat jelas karena ia memang sudah mengaku pada Oreki tadi jika dirinya sudah menikah.

Namun sayang, bagaikan sebuah pepatah dimana lempar batu sembunyi tangan yang gagal alias ketahuan akan gerak geriknya yang mencurigakan, Oreki kemudian mengulur tangannya dan menarik paksa tangan kiri Zahra yang sedang berusaha disembunyikan oleh gadis itu, Zahra yang lengah pun pada akhirnya membiarkan tangannya tertarik begitu saja dan lelaki tersebut mendapati sebuah cincin pernikahan tersemat dijari manisnya.

"Ra ... Elo?"

Zahra memalingkan wajahnya sedikit setelah mendapat reaksi kaget dari sahabatnya sejak tujuh tahun lalu itu, lalu menarik tangannya pelan dari genggaman Oreki dan menghela nafas pelan.

"Sori, sebenarnya ... Gue ud—"

"Udah nikah kan? Gue juga udah tau dari nih cincin. Udah bisa nebak. Dan elo istri dari Klaus-san?"

Gadis 18 tahun itu terdiam sesaat, lalu mengangguk pelan dan ragu-ragu.

"Iya ... dan si kembar ... Anak-anak gue." cicitnya halus, nyaris tak terdengar jika tak didengar dengan seksama.

Oreki menatap sahabatnya salut, entah kenapa ia justru tak merasakan perasaan marah, dan yang ada perasaan bahagia sekalipun perasaan campur aduk lainnya yang saat ini berdesir dihatinya.

Tapi perasaannya lebih dominan perasaan bahagia tentunya.

"Kapan? Kok gue nggak tau?"

Zahra mendengus, ia menoleh dan mendapati wajah Oreki girang bukan main dan terlihat penasaran, membuatnya mengernyitkan dahi.

Virza's Destiny [✔]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin